Taman bunga luas mengitari rumah pohon sang kumiho yang besarnya bukan main, rumah berdasar kayu teman Hueningkai itu tentunya sangat indah dan enak dipandang. Angin sepoi-sepoi dari pepohonan rimbun disekelilingnya, menyegarkan pikiran dan mengundangmu untuk beristirahat di sana.
"Selamat datang Kai," sapa sang kumiho senang ketika melihat anak Caballus kesayangannya datang untuk mengunjungi rubah berekor sembilan itu lagi, dengan beberapa buah tangan bersamanya.
Hueningkai berjalan mendekati kumiho itu, menyerahkan sekantong belanjaan dan berkata, "Hehe, hai kak Yeonjun. Hari ini Kai bawakan kue pai, daging ayam segar, beberapa bumbu masak, dan soto ayam dari kota."
"Wihh, banyak sekali!" Dengan menggerak-gerakkan ekor senang, Yeonjun menelisik isi kantung belanjaan Hueningkai.
"Oh Kai, ayo masuk kedalam rumahku. Akan kujamu kau seperti biasa." lanjutnya, namun Hueningkai membalas dengan gelengan membuat sang kumiho sedikit kecewa.
"Maaf kak, sepertinya tidak untuk malam ini. Kai ingin pulang lebih awal, lelah sehabis mengajar di Sekolah Dasar Caballus. Tetapi Kai tidak keberatan berbincang-bincang sebentar disini," jelas yang lebih muda.
Yeonjun mengangguk paham. Memang tugas Hueningkai untuk mengurus para rakyat di Caballus. Selain anggota kerajaan dan bangsawan setiap wilayah, tidak ada yang dapat memakai kekuatan. Oleh karena itu para mereka yang tingkatnya ada diatas, harus melindungi yang lemah, juga keutuhan wilayah. Seperti Kira yang melindungi keamanan Caballus, dan Hueningkai yang melindungi kemakmurannya.
Hueningkai menghela napas, mukanya berubah lesu.
"Kak, Kira masih saja kasar. Kemarin siang, ia menginjak tangan seorang pelayan di atas pecahan gelas kaca hanya karena pelayan itu menjatuhkannya. Tatapannya padaku juga menyirat kebencian, tetapi Kai tidak tahu kenapa, kak." adunya, dihadiahi elusan lembut di kepalanya oleh Yeonjun.
"Tetapi Kai tidak membalas Kira kan?" ujar Yeonjun lembut, membuat hati Hueningkai menghangat.
"Tidak, pekerjaan Kai lebih penting."
Hueningkai terdiam sejenak, lalu menatap wajah kumiho itu dengan penuh harap. Tak lupa, digenggamnya juga kedua tangan sang kakak, membuat Yeonjun benar-benar kebingungan.
"Oleh karena itu, demi penelitianku, bawa aku ke-"
"-Dark Forest? tidak Kai. Sudah kesekian kalinya aku menolak, memintamu meninggalkan penelitian itu. Nantinya kau hanya seperti seekor kuda yang berkeliaran di hutan yang penuh dengan serigala, menunggu untuk disantap ketika kau kehilangan arah!" sela Yeonjun -diikuti ceramahnya, melepaskan genggaman Hueningkai.
"Tapi kan kak Yeonjun keturunan pemerintah kumiho, tentu bisa jaga Kai di dalam sana, kan?" pinta Huening.
Yeonjun memijat pelipisnya, juga menetralkan hatinya agar tidak marah kepada junior kesayangannya yang satu ini. Ia memiliki kesulitan dalam mengatur emosi, tetapi Hueningkai selalu mengujinya ketika sudah membahas mengenai Dark Forest.
"Aku tidak bisa menjaga keamananmu sepenuhnya, Kai Kamal Huening. Tidak lucu bukan, jika aku kembali dari sana membawa kabar kepada rakyat Caballus, bahwa salah satu pemimpinnya tewas ditengah Dark Forest ketika melakukan penelitian namun tersesat. Dimutilasi sudah setiap inci dari tubuhku, lalu keturunan bangsawan para kumiho punah dengan cara yang konyol, meninggalkan mereka berkeliaran tidak jelas tanpa pemimpin."
Mendengar penolakan atas permintaannya, bibir Hueningkai mengerucut lucu. Namun sayang, hal yang seperti ini tidak lagi mempan bagi Yeonjun. Beberapa detik Hueningkai gunakan untuk berpikir, kemudian ia angkat suara,
"Kalau begitu bawa aku ke tempat penyihir kecilmu-,"
"Tidak." tolak Yeonjun entah untuk yang keberapa kalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Healer • Sookai ✓
FantasyDijodohkan dengan pangeran Phoenix, menjadi calon ratu dari Kerajaan Phoxenias, juga disegani banyak orang karena kemurahan hatinya. Dia sangat beruntung bukan? Memiliki kehidupan yang mulus tidak membuat Hueningkai menyombongkan diri. Ia justru sa...