"Permisi om, lihat tuan Caballus tidak?" tanya seorang anak kecil.
Umurnya sebelas waktu itu, dan tingginya tak lebih dari 160 cm. Awalnya anak laki berbibir mungil itu berjalan bersama adik perempuannya. Karena terlalu fokus pada bersenang-senang, mereka kini tersesat di jalan yang kelamaan menjadi sepi.
Sesampainya di sebuah gang sempit yang dingin, mereka bertanya arah jalan pulang pada pria bertubuh besar dengan gambar naga hitam di sisi lengannya. Pria itu tak sendirian, kedua temannya lelaki yang lebih kecil menemani di gang tersebut.
"Hari ini aku tidak melihat mereka, tapi aku bisa menghantar kalian padanya." ujar yang paling besar tersenyum.
"Serius?" bisik bawahan pria itu, masih terdengar oleh Kai.
Tak memedulikan bawahannya, pria bertato naga justru merangkul bahu Kira. Adik perempuan dari Kai. Mata Kai mengawasi dengan jeli tangan pria itu yang mulai mengelus lengan Kira.
"Tapi hari mulai gelap, ayo ikut sama om dulu. Besok pagi om hantarkan, nona."
Menyadari Kai telah bertanya pada orang yang salah, ia memegang tangan Kira untuk menjaganya.
Kemajuan waktu terkadang membuat orang-orang di zaman tersebut tidak memandang sifat dari fisik, termasuk Kai.
Menurutnya, makhluk yang jahat belum tentu berpakaian seperti preman dengan gelang duri dan tato, dan orang yang baik belum tentu berpenampilan polos dan rapi.
Begitulah alasan Kai ingin mempercayai orang-orang ini sebelumnya. Tetapi sepertinya keputusannya salah, penampilan dan sikap mereka sama saja buruknya.
"Tidak terima kasih om, ayahanda dan ibunda pasti sudah mencari kami." balas Hueningkai lembut.
Tatapan ketiga preman di depannya beralih pada Hueningkai, tatapan garang yang seolah berkata dapat membunuh Kai kapan saja. Beruntung sang putra Caballus selalu berlatih sihir, jadi di pandangan Kai mereka bukanlah apa-apa.
"Tangkap dia." perintah si bos pada kedua anak buahnya.
"Ah kak Kai tolong, KAK KAI!!"
Tak hanya itu, Kira juga digendong seperti karung beras di pundak lebar yang badannya paling besar. Kira belum punya sihir saat itu, sayapnya juga tak sebanding dengan kekuatan preman besar, membuatnya semakin panik.
"LEPASKAN AKU!" teriak Kira
Tak basa basi Kai mendorong kedua anak buah dengan sihir, membuat senjata yang mereka bawa menjadi tak berguna pada akhirnya, karena dengan mudahnya terlempar begitu saja.
Sebagai seorang purity, Kai menghafal bagian kritis pada pasien. Disaat seperti ini dia menggunakan kesempatan itu untuk menyelamatkan adiknya. Serangan sihir ia berikan tepat pada ulu hati, membuat sang preman kesakitan bukan main. Ditengah kesempatan yang ada, Hueningkai berhasil menarik Kira dari gendongannya.
"Kau tak apa?" tanya Kai memastikan pada Kira.
Mata adik perempuan Kai mulai berkaca-kaca dan ia bernapas tidak karuan, Kira takut akan apa yang baru saja terjadi, juga sedikit syok walau Kai menyelamatkannya.
."Kaii, Kiraa!!"
Betapa leganya Kai mengetahui keberuntungan ada di pihaknya. Suara sang ibu yang mencari mereka seperti sepercik cahaya di tengah kekacauan. Setidaknya Kira tidak perlu melihat kekerasan yang akan terjadi nantinya.
"Cepat Kira, pergi cari ibu. Nanti kak Kai susul!" perintah Kai pelan.
Kira mengangguk, kemudian lari begitu saja, meninggalkan kakaknya sendirian sebagai jawaban. Namun tidak apa-apa, setidaknya Kira selamat. Begitu pikir Hueningkai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Healer • Sookai ✓
FantezieDijodohkan dengan pangeran Phoenix, menjadi calon ratu dari Kerajaan Phoxenias, juga disegani banyak orang karena kemurahan hatinya. Dia sangat beruntung bukan? Memiliki kehidupan yang mulus tidak membuat Hueningkai menyombongkan diri. Ia justru sa...