Chapter 37 - Father

118 20 6
                                    

Senyum tipis terlihat dari ujung bibir Hueningkai. Bukan sebuah senyuman yang ramah, melainkan senyuman yang membawa kematian. Bahkan Soobin yang setiap hari melihat Kai pun dibuat merinding.

Senyuman itu datang begitu saja saat Taehyun berhasil membawa sang kusir pergi dari sana dengan sihir teleportasi. Hanya seorang yang menyadarinya, Soobin kita.

"Akhirnya." gumam Hueningkai pelan.

Tengkuk sang pangeran terasa dingin, ia sempat mengelus tengkuknya kemudian menepuk pundak Hueningkai bermaksud menenangkannya.

Tetapi mata Hueningkai yang penuh dendam itu tak sedikitpun melihat ke arah Soobin. Ia hanya terfokus pada Kira yang lengah, menyiapkan rencana untuk menyerangnya.

"Butuh bantuan?" tawar Soobin pelan.

Hueningkai menggeleng pelan,
"Tidak perlu, ini semua sudah cukup. Binnie istirahat dulu saja, karena sekarang giliran Hyuka."

Soobin mengangguk, memilih untuk menurut. Langkahnya dibawa menjauh ke suatu rumah yang dekat dari sana. Hanya sebuah rumah sederhana dengan dua jendela bersanding disebelah pintu masuk. Jendela dan gorden merahnya tertutup, pintunya terkunci rapat.

Soobin lalu mendudukkan diri di kursi yang tersedia pada teras rumah. Memang, setelah perjalanan jauhnya dari hutan kelam, sebenarnya Soobin cukup kelelahan.

"Manis sekali dibantu oleh pangeran Soobin," ujar sang perempuan, memutar bola matanya.

Ia mengangkat satu alis heran, saat Hueningkai kembali menggenggam salah satu pedang yang dibawanya dibawanya erat-erat. Kakaknya sudah kalah, energinya sudah habis sedari tadi. Apa yang bisa dilakukannya?

"Soobin, Soobin, Soobin. Kau suka sekali ya menyebut namanya." ucap Hueningkai dengan dingin.

Hueningkai melangkahkan kaki dengan cepat, membuat Kira takut sehingga mengeluarkan kembali sihir ilusi. Tetapi semua itu tak berguna, Hueningkai berlari lurus menerobos semua sihir Kira yang ada.

Kaki Kira bergetar merasakan aura Hueningkai, seperti mengunci Kira untuk tetap diam disana.

Dalam sekali sayat, pipi mulus sang adik berhasil terluka dengan mudahnya, membuat Kira yang baru saja ingin berbicara jadi mendesis perih. Tendangan juga berhasil Hueningkai layangkan tepat di perut, memukul mundur sang adik yang sudah kewalahan.

"MATILAH SAJA KAU!" teriak Kira.

Kira bangun dan berusaha keras melawan Hueningkai, lagi-lagi lelaki itu bisa mengalahkan Kira dengan mudah di darat. Gerak geriknya lincah tak terkejar, latihan dari Dark forest memang berbeda.

Wilayah pegasus yang tidak bisa dijangkau oleh Hueningkai hanyalah di langit, pikir Kira. Ia melebarkan sayap emasnya dan membawa Kira terbang ke atas. Dengan begini, perempuan itu bisa mengimbangi, bahkan sangat dimudahkan untuk mengerahkan kekuatannya.

"Jangan merusak dunia yang telah kubangun, Kai. Di tanganmu, pulau ini akan hancur sepenuhnya!" ucap Kira disertai amarah.

Sebuah sihir dirapalkan oleh Kira. Hueningkai menatap langit yang tertutup awan mulai berwarna merah. Satu persatu, pedang mulai bermunculan mengarah pada Hueningkai. Tak hanya puluhan jumlahnya, mungkin mencapai ratusan. Inikah kekuatan Kira yang sebenarnya?

Kira pernah berkata ia seorang destructive, tetapi mengapa warna matanya atau kekuatannya tak berubah?

Kelima kekuatan terbesar memiliki perubahan warna mata dan sihir ketika memakai kekuatan tertingginya.

Salah seorang yang memperhatikan Hueningkai khawatir, hingga berdiri dari tempat duduknya. Terlebih lagi mengetahui Hueningkai hanya berdiri pasrah, terdiam menatap langit. Soobin bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah saat ini Hueningkai perlu pertolongannya?

My Beloved Healer • Sookai ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang