Chapter 2 - Kumiho

437 53 8
                                    

Mungkin chapter ini bakal lebih panjang dari chapt sebelumnya:'

Selamat membaca!


"Pangeran Phoenix, Choi Soobin itu orang yang seperti apa sih?"
.
.

Setelah bertanya, Hueningkai memundurkan badannya dan menatap sang lawan bicara, menunggu jawaban darinya. Pelayan bermarga Shin itu tampak berpikir sejenak.

"Saya pernah melihat pangeran dari kerajaan Phoxenias ketika dahulu, masih kecil tinggal di daerah sana. Phoxenias adalah kampung halaman saya," ujar Yuna.

Memotong pembicaraan Yuna, Kai mengajak sang pelayan untuk duduk di bangku putih yang terletak di depan kamar Hueningkai, agar lebih nyaman berbincang-bincang.

"Apakah dia memang setampan yang dibicarakan oleh orang-orang? Bagaimana sikapnya? Hubungan dengan rakyatnya? Apakah dia sudah punya pacar?" tanya sang atasan bertubi-tubi.

Yuna yang baru saja mendudukkan pantat pada kursi di depan Hueningkai, diam-diam tersenyum tipis. Muka atasannya yang polos saat bertanya membuatnya heran, benarkah lelaki semenggemaskan ini adalah penerus pemimpin Caballus nantinya?

Sang pelayan merapikan cara duduknya, lalu berdehem, "Dari sudut pandang saya, ketampanan pangeran Soobin diatas rata-rata, Tuan. Ia terkenal akan kebijaksanaannya dan selalu memilih solusi terbaik di setiap masalah. Tetapi, di sisi lain, pangeran Soobin adalah orang yang lemah lembut dan penyayang," jelasnya membalas setengah dari pertanyaan Hueningkai.

"Tidak hanya memimpin di Istana, ia juga sering turun tangan ke lapangan untuk membantu kami. Dengan begitu, Pangeran tentu sangat disayangi hampir seluruh rakyat di wilayah Phoxenias. Untuk pasangan hidup, ia masih single, Tuan." lanjutnya.

Hampir sepuluh menit mereka nyaman dengan percakapan bertopik 'Pangeran Soobin'. Mulai dari kekuatannya, tinggi badan, hingga humor sang pangeran pun disinggung secara lengkap. Namun mengingat waktu mulai memasuki jam tidur Hueningkai, Kaipun beranjak dari tempat duduknya, diikuti Yuna.

"Terima kasih sudah meluangkan waktumu, Yuna. Aku pamit tidur, ya." Hueningkai tersenyum sabit, dibalas senyum oleh sang pelayan sambil membungkuk hormat kepada sang atasan.

"Terima kasih kembali, Tuan. Saya senang dapat membantu. Selamat malam Tuan Huening, saya izin kembali ke ruangan." ujar Yuna dengan sopan.

"Kalau sedang berdua tidak perlu seformal itu kok, panggil kak saja. Lagipula tadi kata kamu jarak umur kita hanya satu tahun kan?"

Pertanyaan Hueningkai dibalas anggukan oleh Yuna, tidak lupa dengan senyuman mengambang di ujung bibir sang pelayan. Anak pemerintah Caballus tersebut pergi ke kamarnya untuk beristirahat setelah menepuk pundak Yuna, meninggalkan pelayan perempuan cantik itu berteriak bahagia dalam hatinya.

Bagaimana tidak, sedikit orang biasa yang bisa sedekat Yuna dengan Kai saat ini, dan Yuna mendapatkan kesempatan langka tersebut secara tidak sengaja.

'Kapan lagi seberuntung ini,' batin Yuna.

---🌾---


Keesokan harinya, tepatnya pada pagi menjelang siang, Hueningkai memiliki waktu luang untuk berkeliling disekitar wilayah Caballus. Segala pekerjaan bangsawannya pada hari itu, dengan rajinnya sudah ia selesaikan dua hari lalu.

Namun sayangnya, hari liburnya harus tertunda ketika ia mendengar sebuah kabar bahwa guru yang mengajar di sekolah dasar Caballus memiliki acara penting. Tidak adil jika hanya satu kelas yang dipulangkan, tetapi tidak aman juga jika para anak dibiarkan sendirian. Oleh karena itu, lelaki murah hati Hueningkai, bergegas pergi ke sekolah dasar kota dengan kereta kuda untuk menjadi guru cadangan.

My Beloved Healer • Sookai ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang