Chapter 11 - Sorry

198 40 10
                                    

Ditengah keputusasaannya, Kai memilih untuk mendengarkan perkataan Soobin. Perlahan namun pasti, kekuatan yang ia kerahkan sedikit Kai lemahkan. Hueningkai memejamkan matanya dan berfokus pada satu titik pada tanaman itu. Tepat pada bagian akar yang paling dalam, Hueningkai menemukan bekas sihir merah yang Soobin tinggalkan, lalu menetralkannya.

'Memanggilnya kembali?' batin Hueningkai.

Walau saran Soobin sedikit membingungkan, Hueningkai tak dapat berpikir terlalu lama dikarenakan batas kekuatannya yang mulai menipis. Putra Caballus itu menghela napas untuk menenangkan dirinya dan mengatur kekuatannya, lalu mencoba untuk berbicara pada tanaman mati tersebut dari hati ke hati.

'Kumohon, kembalilah.'

Pada sudut pandang Pangeran Soobin, kekuatan Hueningkai memuda menuju putih. Sangat disayangkan, sang pemilik kekuatan tak dapat melihatnya dari mata kepala sendiri, ia memulihkan tanaman tersebut.

Tanaman yang bunganya berwarna kecoklatan kini kembali menjadi merah, bahkan lebih kontras dari sebelumnya. Daun dan batang mawar tersebut menegak, terlihat sehat dan segar setelah dipanggil kembali.

"Selamat, Kai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat, Kai." kata Soobin pelan.

Mendengar ucapan selamat Soobin, perlahan, Hueningkai membuka matanya. Jantungnya berdegup kencang, takut akan kemungkinan terburuk yang dapat menimpa tanaman itu, yaitu kematian. Soobin memperhatikan gerak-gerik sang purity, sembari perlahan melepaskan pelukannya memberi jarak.

"I-ia hidup?" tanya Hueningkai tidak percaya.

Soobin kembali berdiri dan menyunggikan senyum seramah waktu mereka berkeliling Caballus.
"Ya, kau berhasil,"

Putra Caballus di depannya itu kemudian menunduk, membuat Soobin sedikit khawatir.

"Hei, kau tak apa?"

Soobin memandang punggung Hueningkai yang terlihat sedang mengisi energinya dan mencoba menahan emosinya. Tangannya tergerak mengelus punggung Kai dan baru akan bertanya lebih, namun...

"Aku tak tahu kau bisa sekejam ini Choi Soobin. Kupikir kau akan meminta maaf lalu mengajariku secara perlahan," ucap Hueningkai sedikit bergetar.

"Kau harus berusaha sendiri. Aku terpaksa menggunakan bunga itu sebagai taruhan agar kau berhasil," jelas Soobin tegas.

Begitu Hueningkai berdiri menghadap Soobin, apa yang dilihat sang pangeran membuat pangeran phoxenias itu terkejut. Air mata yang awalnya menggenang di pelupuk Hueningkai, kini mulai turun membasahi pipinya. Tanpa ia sadari, air mata Kai menggores sedikit bagian dari hatinya.

"Kau... Menangis?" tanya Soobin perlahan mendekat ke Hueningkai.

Sang pangeran menangkup kedua pipi Hueningkai dan memperhatikan wajahnya untuk memastikan apakah benar muridnya menangis. Situasi sudah seperti ini, Soobin yang sadar pun panik dan khawatir. Ia tidak menyangka Hueningkai akan menangisi sebuah tanaman yang berharga, hatinya terlalu lembut.

My Beloved Healer • Sookai ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang