"Tidak, memang keputusan saya sendiri untuk membantu Hueningkai, dan saya tidak menyesalinya." sangkal Soobin.
Kira memberikan tatapan tajam pada saudaranya, dan Hueningkai menyadarinya. Lagi-lagi, Kira, yang menjadi antagonis di mata sang keluarga Caballus. Ingin mempertahankan martabat sang pangeran, justru dianyalah yang terlukai martabatnya.
"Hueningkai tidak hanya mengajak saya jalan-jalan, tetapi juga mengajarkan banyak hal pada saya hari ini." lanjut Soobin menjelaskan.
Nyonya Caballus mengangguk mengerti, sedikit memajukan badannya yang terduduk tegak dengan anggun lalu bertanya,
"Lalu baru saja Hueningkai menyinggung 'masalah tadi sore', apakah hueningkai melakukan sesuatu yang merugikan Anda, Yang Mulia?"
Soobin menolehkan kepalanya pada Hueningkai yang hanya bisa diam, seolah percakapan mereka tidak memperbolehkan Kai untuk berbicara. Senyum nakal terpampang pada ujung bibir Soobin. Melihat hal itu, Hueningkai menebak Soobin akan mengatakan hal yang berbahaya, dan langsung menggelengkan kepalanya pelan untuk mencegahnya.
"Tidak Nyonya Caballus, ini hanya permasalahan kecil saja. Malah, saya merasa pertemanan kita semakin kuat setelah kejadian tadi." kata Soobin kembali pada ibu Hueningkai.
Pertemanan?
Diam-diam ucapan sang putra mahkota menggores pedas hati Hueningkai, membuatnya mengehela napas dan merenung segala hal yang terjadi. Dari semua orang yang ada di ruangan besar tersebut, hanya seorang, sang ibunda yang menyadari wajah masam anak laki-lakinya.
'Teman, ya. Lagipula... Apa yang kuharapkan dari semua kejadian ini, dan pertemuan kita yang kurang lebih baru dua hari,' batin putra Caballus itu tersenyum miris.
"Maaf, saya pamit undur diri."
Garpu berukuran kecil Kai letakkan disebelah piring dengan potongan pai apel yang hampir habis diatasnya. Setelah itu ia membungkuk hormat dan beranjak pergi, memberi sedikit rasa bersalah di benak sang pangeran Choi.
Percakapan berlanjut, dimulai dari Tuan Caballus.
"Mohon maaf menyela percakapan Anda, Yang Mulia. Bolehkah saya mengejar Putra Caballus dan berbicara padanya sebentar saja?" bisik Taehyun pada tuannya.
Yang diajak bicara terdiam sejenak, tampak berpikir dengan hati-hati. Taehyun hanya berharap ia mendapatkan jawaban positif agar dapat memperbaik situasi, namun--
"Tidak."
itulah jawaban mutlak dari Soobin.
'Apakah aku mengucapkan sesuatu yang salah?'
.
.
.
Malam ini baik awan maupun bulan tak tampak, meninggalkan Soobin sendirian ditengah-tengah taman Caballus. Suara gemercik dari air mancur dekat Soobin perlahan menghilang. Masih menggunakan piyama ia berjalan di sana, tak terusik oleh dinginnya malam yang menembus piyamanya. Walau langkahnya lurus, namun berkebalikan dengan pikiran dan hatinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Healer • Sookai ✓
FantasiaDijodohkan dengan pangeran Phoenix, menjadi calon ratu dari Kerajaan Phoxenias, juga disegani banyak orang karena kemurahan hatinya. Dia sangat beruntung bukan? Memiliki kehidupan yang mulus tidak membuat Hueningkai menyombongkan diri. Ia justru sa...