1

22.9K 1.6K 220
                                    

Yang sudah baca Excitedex (di KaryaKarsa), mungkin gak asing sama nama tokohnya 😂.

Well, sebenernya cerita ini memang lebih dulu ditulis daripada Excitedex. Beberapa bulan ada di draft dan gak dipublish. Bukan karena aku gak suka sama ceritanya, lebih karena aku bimbang mau bikin ini jadi cerpen atau cerita yang panjang 😂. (Masih bimbang sampai sekarang)

Jadi, coba kalian baca dulu dan kasih tahu aku.

___________

Emily menurunkan seloki hingga mengetuk meja. Ia lalu menghela napas, entah sudah ke berapa kalinya. Meski begitu, sialnya sesak di dadanya tak kunjung mereda. Bayangan itu terus berputar di kepalanya, tidak mau menghilang bagaimanapun Emily mencoba.

________

Emily selesai merapikan meja kantor dan mengemasi barang-barangnya. Ia siap untuk pulang. Ia melongok ke arah pintu, lalu menatap jam dinding di ujung ruangan. Agak mengherankan Danny belum muncul untuk mengajaknya pulang. Emily mengedikkan pundak, lalu beranjak. Ia rasa, hari ini harus menjemput sang kekasih ke ruangannya.

Emily menyapa beberapa orang yang ia kenali. Walau sudah waktunya pulang, di mana orang-orang biasanya kelelahan, teman-temannya masih ramah dan ceria. Mungkin hal baik akan terjadi di kantor mereka. Emily bersungguh-sungguh saat mendoakan mereka untuk perjalanan yang aman hingga sampai di rumah masing-masing.

Emily berlari kecil begitu pintu ruangan kekasihnya sudah tampak. Ia segera tiba di sana dan langsung membuka pintunya. Senyuman Emily turun perlahan mendapati adegan apa yang disuguhkan padanya. Ialah Danny duduk di sofa dengan seorang wanita menungganginya. Mereka tengah saling melumat dengan cukup intim hingga tidak menyadari Emily ada di sana.

Tangan Emily jatuh perlahan dan dadanya terasa sesak dengan tiba-tiba. Benarkah apa yang ia lihat saat ini? Sebuah perselingkuhan? Danny dengan Anne, model Ambassador perusahaan mereka?

Mata Emily menangkap sorot mata Anne yang mengarah padanya. Wanita itu tidak berhenti walau menyadari kehadirannya. Artinya ia percaya diri dengan apa yang dilakukannya. Emily menarik napas yang rasanya berat luar biasa. Ia tidak ingin berdiri di sana lebih lama, memilih untuk enyah saja. Ia berbalik dan kembali terkejut karena hampir saja menabrak seseorang. Ia tidak sadar jika ada orang lain yang menonton pertunjukan itu di belakangnya. Antoni Marano, bosnya sekaligus kekasih Anne.

"Kau harusnya mengetuk pintu dulu, Nona," gumamnya pada Emily.

Antoni kemudian melewati Emily dan benar-benar melakukannya. Mengetuk pintu untuk menyadarkan dua orang yang bercinta itu bahwa mereka kini tengah menjadi tontonan.

Danny dan Anne terkejut dan langsung menoleh. Wajah Danny memucat segera, sedangkan Anne langsung turun dari pangkuannya.

"E-Emi, ini ...." Danny merapikan celananya dan berusaha mengatakan sesuatu. Akan tetapi, nyatanya tidak ada apa pun yang bisa ia katakan untuk menyangkal apa yang telah dilihat Emily dengan nyata.

Anne tampak menelan saliva dan menatap Antoni dengan cemas luar biasa.

"Let's talk!" kata Antoni dengan suara tenang, menatap lurus pada kekasihnya.

Itulah perbedaannya. Jika Antoni ingin bicara, Emily justru tidak ingin mengatakan atau mendengar apa pun. Ia melakukan apa yang sempat tertunda sebelumnya, yakni enyah dari sana. Ia melangkah pergi dan yakin bahwa Danny tidak mengejar atau sekadar memanggilnya untuk menahan.

______

Emily meraih botol beling lalu menuang untuk mengisi ulang selokinya. Ketika ia angkat seloki itu untuk kembali ditenggak, seseorang menahan tangannya. Emily menoleh dan mendongak untuk melihat pelakunya. Wajah tampan keturunan Italia, dengan jenggot tipis dan bulu mata lentik khas orang sana itu jelas tidak asing bagi Emily. Antoni mengambil gelas dari tangan Emily, lalu bergabung duduk di sampingnya. Yang selanjutnya dilakukan pria itu adalah menenggak isi gelas hingga tandas, lalu menghela napas dengan muram juga.

Affair or Fair?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang