4

7.7K 1K 38
                                    

"Jadi, apa kau sudah menemukan emperan toko yang nyaman?" tanya seseorang, tiba-tiba menyela lamunan Emily.

Emily menoleh, mendapati Antoni bersandar pada mobil, bersedekap dan menatap ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Sir?" tanya Emily lirih, tiba-tiba merasa sangat lelah.

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku berkeliling," jawab Antoni dengan lancar, seolah sudah memikirkan jawaban itu seribu kali sebelum ditanyai.

"Berkeliling mencari emperan toko?" tanya Emily dengan heran. "Apa ide itu kedengaran menarik sampai Anda ingin mencobanya?"

Antoni tersenyum, bahkan tertawa pelan. "Mungkin," jawabnya, "atau mungkin aku hanya ingin memastikan kau tidak benar-benar melakukannya." Antoni bangkit dari sandaran lalu berjalan mendekat.

"Saya masih mampu menyewa kamar hotel kalau itu yang Anda cemaskan, Sir," jawab Emily lirih. "Tapi, terima kasih."

Antoni duduk di samping Emily dan tampak begitu kontras. Kemeja, celana kain, dan sepatu kulit mahal itu tampak sangat tidak pantas untuk diajak duduk di sebuah undakan di trotoar.

"Atau mungkin aku hanya memastikan bahwa kau benar-benar pulang dan bicara dengan Danny," terang Antoni lebih pelan. "Aku serius saat kubilang Anne-lah yang lebih dulu memulainya."

"Apa itu sebabnya Anda terus merasa bersalah dan berusaha membayar kesalahan itu?" tebak Emily.

"Mungkin," jawab Antoni, benar-benar tidak yakin akan hal itu.

"Anne pasti menyesal sudah kehilangan pria sebaik Anda, Mr. Marano."

"Menurutmu begitu?" Antoni tidak serius bertanya.

"Ya, apalagi dia hanya mendapatkan laki-laki seperti Danny setelah melakukannya," jawab Emily.

Antoni menoleh pada Emily, dan Emily paham bahwa maksud Antoni adalah bertanya. Emily menjelaskannya tanpa perlu mendengar Antoni mengutarakan kebingungannya.

"Ini bukan pertama kalinya Danny selingkuh," cerita Emily kemudian. "Aku pernah memaafkannya untuk hal itu dan lihatlah apa yang dia lakukan tadi!" Emily menarik napas dalam-dalam, lalu menatap lurus ke depan. "Kalaupun benar yang Anda katakan bahwa Anne-lah yang memprovokasi atau memulainya, bukankah sebagai laki-laki yang baik dan punya hubungan serius dengan seseorang, Danny akan tetap menolaknya?"

Antoni menelengkan kepala lalu bersedekap dan membayangkannya. Antoni berdecak lalu mendesis sebelum mengutarakan pendapatnya. "Sejujurnya, itu mungkin sulit untuk dilakukan …."

"Maka aku tidak punya alasan untuk mempertahankan hubungan kami," tukas Emily.

"Kau cepat memutuskan," gumam Antoni terdengar cukup terkesan.

"Jika menurut Anda sah-sah saja untuk lepas kendali dan memeluk wanita lain yang bagi Anda tampak menarik dan sepadan, padahal Anda sedang terikat pada satu hubungan, sebaiknya Anda juga tidak berkomitmen dengan seseorang dulu, Mr. Marano." Emily bangkit setelah mengatakannya. Ia membersihkan roknya sebelum beranjak tanpa berpamitan.

Antoni terdiam beberapa saat, entah kenapa merasa terhina dengan kata-kata itu. Ia tidak seperti Danny, ia hanya mencari kemungkinan alasan Danny melakukannya, bukan berarti ia akan melakukan hal yang sama.

"Masuklah ke mobil." Antoni bangkit dari duduknya. Antoni yakin Emily mendengarnya, tapi wanita itu tetap berjalan.

"Emily, tidak aman berjalan sendirian selarut ini," seru Antoni agak keras.

Emily berhenti sambil berdecak. Entah kenapa wanita itu tampak sangat kesal saat berbalik.

"Sir, apa Anda bisa berhenti memanggil nama depan saya?"

Affair or Fair?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang