16

3.7K 666 52
                                    

Hay, sudah balik lagi ♥️♥️

___________
Sebelumnya...

Emily menemukan surat ancaman untuk Antoni.

"Hanya jika Anda tidak ingin foto ini muncul di surat kabar besok pagi, Anda tahu berapa dan ke mana harus membayar saya, Tuan Marano."

Masalahnya bukan hanya itu, Emily baru saja tahu siapa laki-laki yang kemarin bersamanya.

___________
Happy reading ♥️
___________

Emily menjatuhkan dirinya duduk di sofa lalu memegangi kepala. Kakinya lelah setelah satu jam terakhir mondar-mandir memikirkan apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukannya perihal surat ancaman dan pemerasan itu.

"Itu benar-benar dia?" tanya Emily masih tak bisa menerimanya.

Emily memegangi kepalanya kuat-kuat, adegan demi adegan muncul di kepalanya dan kini dengan wajah Antoni terpampang jelas di sana.

"Apa aku boleh menciummu sedikit saja? Please, just one kiss."

"Tinggallah lebih lama, Antoni!"

"Antoni, kau membuatku menginginkan yang lain,"

"Kau sering menggoda wanita dengan tubuh ini, kan?"

"Diam dan jadilah Antoni yang tenang!"

Emily melongo, menjambak rambut, dan kesulitan bernapas mengingat apa yang dilakukannya. "Apa yang sudah kau lakukan, Emy?" cicit Emily, saking malunya sampai ingin menangis sekarang.

Emily kemudian menjerit sambil mengacak-acak rambutnya karena adegan lain muncul dalam benaknya. Emily menyerah, ingin mati saja mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Antoni, pada bosnya.

"Apa yang akan aku lakukan kalau bertemu dengannya nanti?" gumam Emily prihatin dengan dirinya sendiri. Detik berikutnya ia terdiam dengan mata melotot, teringat bahwa mereka sebenarnya sudah bertemu lagi beberapa kali. Bahkan pertemuan mereka tadi pagi …

"Tinggallah dengan nyaman, tidak perlu buru-buru mencari tempat baru. Hanya saja, pastikan kau tidak membawa pria lain pulang bersamamu."

Mata Emily nanar menatap kosong, sedangkan mulutnya perlahan membuka. "Dia menyindirku," simpul Emily pada dirinya sendiri.

Emily bangkit berdiri, memegangi dahi, lalu kembali melangkah ke sana kemari. Setelah setidaknya lima kali mondar-mandir dan puluhan kali pukulan pada dahinya sendiri, Emily berhenti lalu menatap beberapa lembar kertas di meja.

"Bukan saatnya mengkhawatirkan dirimu, Idiot!" omel Emily pada dirinya sendiri, ingat akan surat ancaman yang kini lebih penting untuk diurusi.

Emily bergegas menghampiri surat ancaman itu dan membacanya sekali lagi.

"Hanya jika Anda tidak ingin foto ini muncul di surat kabar besok pagi, Anda tahu berapa dan ke mana harus membayar saya, Tuan Marano."

Emily mengembuskan napas lesu dan kembali menjatuhkan diri di sofa.

"Kau membuatnya berada dalam masalah, Emy. Bagus sekali." Emily memejamkan mata dan merutuki dirinya untuk hal ini. Ia sungguh merasa berutang budi pada Antoni, dan alih-alih tahu diri atau membalas budi, Emily malah menariknya ke ranjang dan sekarang membuat Antoni diancam dan diperas oleh seseorang dengan skandal.

Emily memaki berkali-kali sembari meneliti lembar-lembar itu mencari nomor telepon atau identitas pengirim. Emily berdecak dan menyerah, surat itu tidak meninggalkan nomor apa pun. Orang itu tidak menyebut nama dan mengklaim Antoni pasti tahu orangnya. Itu berarti Antoni berurusan dengan pengancam ini beberapa kali dan itu menjelaskan kenapa orang itu tahu di mana Antoni tinggal.

Affair or Fair?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang