14

4.3K 673 35
                                    

Hellooo. Long time no see 😢😢😢

Happy reading ♥️

_________

Emily meletakkan ponselnya di meja kafe lalu menghela napas panjang. Ia baru saja membaca pesan lain yang Danny kirimkan dan alih-alih merasa luluh atau tersentuh, Emily hanya bisa merasa muak sekarang. Ia sudah cukup mendengar semalam, di mata Danny ia tidak lebih dari pelayan dan ATM berjalan. Dan mungkin memang hanya itu alasan Danny ingin mempertahankan hubungan mereka.

"Ke mana mata dan otakmu pergi selama ini, Emily?" Emily kembali merutuki dirinya sendiri.

"Kenapa?" tanya Rose muncul sudah membawa dua gelas kopi untuk mereka.

Emily menoleh lalu menghela napasnya lelah. Ia bangkit dan menerima satu gelas yang Rose sodorkan padanya, mereka mulai berjalan untuk menuju kantor.

"Tadi malam aku baru saja tahu bahwa Danny …"

"Apakah itu cupangan yang ada di lehermu?" tanya Rose lebih dulu memotong pembicaraan. Emily menyentuh lehernya, sedangkan Rose berubah murka seketika. "Kau kembali pada Danny?" Rose menahan tangan Emily seraya mendelik besar luar biasa.

"Emily!" Rose menatapnya dengan tajam. Dan sebelum mendapat amukan, Emily cepat-cepat menyangkalnya.

"Bisakah kau tenang dulu dan mendengarkan?" balas Emily sama geramnya, menarij tangannya kembali dari Rose. Emily menatap sekeliling, takut mereka menjadi pusat perhatian karena kemurkaan Rose yang salah paham. Emily lalu membungkuk lebih dekat untuk berbisik padanya. "Dan tidak. Ini bukan dari laki-laki sialan itu."

Rose langsung terkesan dan ingin tertawa mendengar Emily menyebut Danny dengan makian.

"Kau akan mendengarkan ceritaku atau tidak?" tanya Emily, kali ini memastikannya dulu sebelum memulai.

"Okay," jawab Rose geli. Mereka kembali berjalan.

Emily berdecak sengit. Apa yang ingin ia ceritakan adalah tentang keberengsekan Danny, tapi tampaknya Rose lebih tertarik mendengar bagaimana cupangan itu ada di lehernya.

"Aku semalam mendengar sendiri dari mulutnya," kata Emily memulainya, "selama ini dia hanya menganggapku pelayan dan ATM berjalan."

"Siapa maksudmu?" tanya Rose jelas tidak paham karena sempat mengharapkan cerita lain untuk didengarkan.

"Aku bicara soal Danny, Rose," terang Emily kesal.

"Oh," seru Rose, "dan, apa?" lanjutnya setelah berhasil mencerna cerita sebelumnya. "Dia selama ini menganggapmu pelayan?"

Emily mengangguk pelan kemudian menceritakan bagaimana semalam ia sempat ingin membicarakan hubungan itu dengan Danny secara baik-baik, tapi berakhir dengan ia tak sengaja mendengar percakapan Danny dengan temannya.

"Berjanjilah kau akan menamparku kalau satu hari nanti terlintas di pikiranku untuk memaafkan dan kembali pada laki-laki itu," kata Emily.

"Oh, dengan senang hati," sahut Rose, "aku akan memastikan untuk menamparmu dengan penggiling adonan."

Emily menatap Rose dengan ngeri. Baru saja merasa terancam dengan rencana kejam Rose padanya.

"Kau mau membunuhku?" tanya Emily.

"Mungkin, tapi ingatlah bahwa aku melakukannya karena cinta." Rose tertawa setelahnya.

Mereka sampai di gedung perusahaan ketika Rose meminta Emily melanjutkan.

"Sekarang ceritakan tentang cupangan!"

"Tentang itu … sebenarnya …."

Hening sejenak.

Affair or Fair?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang