17

4.7K 704 115
                                    

Sebelumnya…

Emily duduk dengan patuh, setelah itu menatap Antoni dan kegugupannya datang kembali. Emily menelan ludah lalu menyodorkan amplopnya tanpa perlu ditanya. Antoni mengernyit heran, tapi menerimanya.

"Itu ada di dekat pintu waktu saya tiba tadi, Sir," terang Emily tak bisa menyembunyikan getaran suaranya.

Antoni membuka dan menarik keluar isi amplop itu. Emily mengepalkan tangannya kuat-kuat, cemas menunggu tanggapan Antoni setelah ini.

_________

Antoni tidak butuh waktu lama untuk membaca isinya, lanjut menatap lembar kedua lalu menghempaskan semua ke meja.

"Apa kau sudah membacanya?" Antoni menatap Emily dengan tidak ramah.

Emily mengangguk. "Sudah," jawabnya.

Antoni menghela napas lalu bersandar pada sofanya. Ia berpaling ke arah lain, tertawa pelan sembari mengendurkan dasi di lehernya. "Apakah ini sepadan?" gumam Antoni tersenyum sengit, tampak tidak senang.

Antoni menegakkan dirinya lalu bertanya, "Apa kau tahu siapa orang yang ada dalam foto itu?"

"Saya benar-benar minta maaf, Tuan Marano." Emily menunduk menatapi tangannya yang mengepal di atas paha.

Bukan jawaban ya atau tidak, tapi Antoni cukup paham maksudnya. Antoni tidak langsung menanggapi, menjadikan suasana hening selama beberapa saat. Antoni menautkan jemarinya satu sama lain lalu menatap Emily lekat-lekat.

"Apakah itu masalah bagimu jika artikelnya dimuat, Emily?" tanya Antoni.

Emily mengangkat muka dan menoleh pada Antoni, hanya agak terkejut dengan pertanyaan yang Antoni berikan. Tatapan mereka bertemu, kemudian Emily menjawabnya dengan gelengan.

"Tapi, sepertinya bisa jadi masalah bagi Anda, Sir," terang Emily.

Antoni tidak bergerak, tidak juga langsung menjawabnya. Ia hanya menatap Emily, dan hal itu justru membuat Emily khawatir.

"Masalah seperti apa?" tanya Antoni.

Emily menggeleng. "Saya tidak tahu, Sir. Mungkin masalah citra dan nama baik Anda atau semacamnya."

Antoni mengangguk-angguk bukan untuk membenarkan, lebih tampak seperti persetujuan yang menyiratkan bahwa perkataan Emily itu masuk akal.

“Fotonya terlalu ambigu,” lanjut Emily, "bisa ditarik ke arah mana pun. Dampaknya tergantung pada artikel yang wartawan buat nantinya." Emily menunduk lagi. "Jika mereka katakan Anda menolong seorang wanita mabuk, saya rasa itu bukan masalah, tapi dengan foto yang sama mereka juga bisa mengarang cerita tentang Anda membawa pulang sembarang wanita yang Anda temui di bar."

Antoni mengembuskan napasnya. Baru saja membuka mulutnya untuk bicara saat tiba-tiba Emily turun dari kursi dan berlutut di hadapannya.

"Saya benar-benar minta maaf, Tuan Marano."

Antoni berusaha cukup keras untuk menyembunyikan rasa terkejut dan rasa gelinya yang sudah ingin tertawa. Ia menatap ke arah lain, lebih tampak seperti muak untuk menatap Emily, meski sebenarnya tidak begitu. Ia menarik napas dalam untuk menenangkan diri dan masih tidak menatap Emily saat menjawab.

"Apa kau punya 50 ribu dolar?" tanya Antoni.

Emily sontak menatap Antoni dengan wajah pucat pasi. Tidak menyangka akan sebanyak itu uang yang pemeras itu minta dari Antoni. Dan … tidak, kalaupun Emily punya sebanyak itu, Emily tidak rela untuk memberikannya pada seseorang yang memakai cara kotor untuk membiayai hidup seperti pemeras itu.

Affair or Fair?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang