Ryoba menatapku dengan sangat serius, matanya memancarkan cahaya keyakinan yang besar. Aku merasa bingung apakah aku harus menerima tawaran itu atau tidak. Aku hanyalah iblis biasa, aku tidak memiliki pengetahuan tentang sistem pemerintahan.
"Aku rasa itu tidak akan mungkin"
"Hee!! Kenapa?!"
"Aku tidak memiliki pengetahuan apa-apa tentang sistem pemerintahan, apalagi menjadi seorang asisten ratu itu merupakan tanggung jawab besar"
"Araa~ jadi kamu lebih memilih orang lain untuk berada disisiku sepanjang waktu?"
Aku terdiam, memikirkan hal itu membuat dadaku terasa sesak. Aku tidak ingin orang lain berada disisinya, namun aku juga masih bimbang harus setuju atau tidak. Aku memikirkan dengan matang semua kemungkinan yang akan terjadi, setelah kurang lebih tiga menit akhirnya aku siap menentukan pilihan.
"Ryoba... aku bersedia!!"
"Awwhh... itu jawaban yang kutunggu. Jadi mulai sekarang, aku Ryoba Aoi penguasa Elven mengangkat dirimu Alexander Diablo sebagai asisten dan penasehat pribadiku"
"Saya Alexander Diablo bersedia menerima jabatan sebagai asisten dan penasehat pribadi dengan kesadaran penuh tanpa paksaan sedikit pun" Aku menjawab dan mengucap sumpah dengan tegas tanpa ragu. Ryoba tersenyum gembira, walau aku tidak bisa melihat wajahnya secara utuh karena terhalang oleh payudaranya, aku bisa melihat matanya yang menyipit dan pipinya yang seperti tertarik.
Aku bebaring tenang diatas pahanya, rasa kantuk mulai menyerang, mataku terasa berat dan hembusan angin seakan menghipnotis untuk beristirahat.
"Kamu mengantuk? Tidurlah disana, aku akan menjagamu" Ryoba menyadari bahwa aku sedang mengantuk, dia membetulkan posisi duduknya dan bersandar di batang pohon besar itu. Ryoba membetulkan posisi kepalaku agar terasa nyaman dan tidak sakit.
"Sekarang pejamkanlah matamu, aku ada disini, aku tidak akan pergi, kau aman sekarang, beristirahatlah... sayang~" Ryoba menenangkanku, suara yang lembut layaknya nyanyian nina bobo sebelum tidur. Mataku terasa semakin berat, tubuhku seakan melepas segala bebannya. Aku mampu merasakan Ryoba yang dengan lembut mengelus kepalaku sembari bersenandung. Tak perlu waktu lama, aku sudah tertidur diatas pahanya.
Sinar terang kini berubah menjadi sinar berwarna jingga kemerahan yang menandakan sebentar lagi malam akan tiba. Aku terbangun dari tidur pulasku, dilihat dari keadaan sekarang aku sudah tertidur sekitar empat atau lima jam. Aku langsung bangkit dan mengambil posisi duduk. Aku menoleh kebelakang dan melihat Ryoba yang masih tertidur pulas bersandar di pohon. Aku mendekatinya, wajahnya saat sedang tertidur ternyata tidak kalah menawan dengan saat dia terjaga. Aku melihat separuh wajahnya tertutup oleh rambut, karena tidak ingin membuatnya risih aku lalu menggeser rambut itu dan menyangkutkannya di atas telinga Ryoba. Aku menatap pipinya yang terlihat sangat lembut, aku berusaha menahan keinginanku namun aku tidak sanggup.
*Toeell*
Aku menekan pipinya dengan jari telunjukku dan ternyata memang benar, pipinya terasa seperti jelly yang begitu kenyal dan juga lembab. Aku menekan pipinya berulang-ulang karena itu terlalu menggemaskan. Saking tidak bisa menahan keinginanku, aku langsung mencium pipinya. Aku berulang ulang mencium pipinya dan ciumanku terdorong semakin kuat setiap kali aku mengulangnya.
"Uhmhh... Alex?" Ryoba terbangun dari tidurnya dan menatapku.
"A-ahh se-selamat sore.. hahaha"
"Hmm... kau bertingkah aneh"
"I-itu tidak benar! Mungkin hanya perasaanmu saja.." aku berusaha meyakinkan Ryoba, aku tidak ingin dia tau kalau aku mencium pipinya tanpa izin.
"Hmm~ apa tadi kau menciumku?!" Ryoba tersenyum nakal kepadaku.
"Ma-maafkan aku... aku tidak mampu menahannya"
"Ahahaha sayang tidak perlu merasa bersalah seperti itu, itu adalah hal yang wajar, lagi pula kamu adalah kekasihku. Tapi... jika boleh tau, bagian mana yang kamu cium?" Ryoba terlihat sangat penasaran akan hal itu.
"Pi-pipimu... aku mencium pipimu"
"Hhhhh~ sedikit mengecewakan tapi setidaknya kamu berani menciumku" Ryoba menghela nafas panjang dan terlihat cukup kecewa. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, apakah aku berbuat kesalahan. Dia berkata bahwa menciumnya bukanlah masalah, tapi saat aku memberi tau kalau aku mencium pipinya, dia terlihat kecewa.
"He!! Kenapa kamu terlihat kecewa? Apa aku berbuat salah?" Tanyaku.
"Humph... entahlah. Pikirkan saja sendiri. Baiklah, saatnya kita pulang, sebentar lagi gelap" Ryoba lalu berdiri dan kembali menggenggam erat tanganku mengajak kembali pulang ke istana.
"Haik! Ahh sebelum itu aku ingin mampir kesatu tempat"
"Kalau begitu aku akan menemanimu"
"Tidak perlu, aku hanya sebentar. Kamu tunggu saja disini aku tidak akan lama, Ventus Rimor!!" aku lalu pergi ke angkasa meninggalkan Ryoba.
Aku meninggalkannya sekitar sepuluh menit dan sekarang urusanku telah selesai. Aku kembali kehadapan Ryoba secepat mungkin. Akhirnya aku sampai, aku mendarat di depan Ryoba yang sedang menungguku sembari melihat bunga yang bermekaran diatas bukit.
"Moo~ kamu lama sekali, memangnya kamu pergi kemana? Toilet?"
"Uhn... aku merasa perutku tidak enak, jadi aku pergi ke toilet. Baiklah, ayo kita pulang!" Akhirnya kami bergandengan tangan dan berjalan pulang menuju istana. Lampu jalan mulai menyala, suasana malam tidak terasa menyeramkan. Lampu bersinar terang dikanan dan kiri jalan. Kami saling berbagi canda tawa selama perjalanan membuat lelah tidak terasa. Akhirnya setelah kurang lebih sepuluh menit berjalan, kini kami telah sampai di depan gerbang istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Would You Do If Your Girlfriend Was A Succubus..??? [ END ] ( Book 1 Of 3 )
RomanceElven city, siapa sangka aku akan mendapat sesuatu yang sangat menarik saat pertama kali tiba di tempat ini. Apakah ini sebuah kesalahan? Ataukah sebuah takdir? Aku akan menjaganya dengan segenap tenaga, akan kubuat dia tertawa dan suatu saat nanti...