Chapter 02

5K 507 14
                                    

Disebuah ruangan bernuansa serba putih, terlihat seorang gadis yang tengah terbaring lemah dengan beberapa selang yang terpasang di tubuhnya, serta wajahnya yang kini nampak pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Disebuah ruangan bernuansa serba putih, terlihat seorang gadis yang tengah terbaring lemah dengan beberapa selang yang terpasang di tubuhnya, serta wajahnya yang kini nampak pucat.

Perlahan tapi pasti jari-jari tangan gadis itu mulai bergerak, awalnya tidak ada yang mengetahui kejadian tersebut. Hingga akhirnya seorang wanita masuk ke dalam ruangan gadis tersebut, dan dengan cepat wanita itu menekan tombol darurat yang berada didekat brankar pasien.

"Akhirnya kau siuman."
Gumam wanita itu dengan perasaan leganya.

Tak lama dokter beserta suster akhirnya datang, kemudian menyuruh wanita itu untuk menunggu diluar selama dokter memeriksa keadaan pasien.

Mata gadis itu perlahan terbuka, membuat dokter yang tengah memeriksanya tersenyum ramah.

Gadis itu terlihat bingung dengan keberadaan dirinya, badannya terasa lemas dan kepalanya terasa pusing.
"A- Aku dimana?"

Matanya terus saja menelurusi ruangan serba putih itu, kemudian akhirnya ia sadar dimana kini dirinya berada. Namun ia merasa bingung, mengapa tidak ada orang tuanya yang menjaga dirinya, dan sejak kapan dirinya memakai cincin berlian yang terlihat sangat mahal di jarinya.

"Nyonya, bagaimana dengan kondisi anda? Masih terasa mual?"
Tanya sang dokter dengan ramah.

Gadis itu hanya bisa terdiam ketika mendengar ucapan sang dokter, seingatnya jika ia masuk ke rumah sakit karena tertabrak mobil, lalu mengapa sang dokter bertanya tentang mual? Tidak mungkin bukan seseorang yang baru saja kecelakaan mengalami keluhan mual-mual.

"Nyonya?"
Panggil sang dokter sekali lagi, berusaha memastikan keadaan gadis itu sekali lagi, karena sedaritadi gadis itu hanya diam tidak merespon ucapannya.

"E- Eh, emm saya cuma ngerasa pusing aja dok."
Sahut gadis itu ketika kembali tersadar dari lamunannya.

"Banyak istirahat, maka rasa pusing itu akan menghilang. Saya pamit keluar, permisi."
Pesan sang dokter, kemudian pamit pergi untuk kembali ke ruangannya.

Setelah kepergian dokter, tiba-tiba saja seorang wanita asing masuk ke dalam ruangannya membuat ia semakin kebingungan.

"Kau baik-baik saja nyonya, Rebecca Queenby Aleandra?"
Tanya seorang wanita yang sangat asing baginya.

"A- Apa? Itu nama sa- saya?"
Bukannya menjawab, gadis itu justru balik bertanya dengan tergagap saking terkejut nya.

"Mau ku panggilkan Mrs Freen? Kebetulan dia berada di depan."
Jawab wanita asing itu dengan menyebut nama seseorang yang tidak asing ditelinganya.

"Maaf ya saya tidak kenal anda, lebih baik anda enyah dari hadapan saya."
Cetus gadis tersebut, merasa kesal dirinya dipanggil dengan nama orang lain.

"Maksud nyonya?"
Tanya wanita itu semakin bingung dengan tingkah laku istri bos nya itu.

"Saya itu Rebecca Alisha Armstrong! Bukan siapa tuh yang anda sebut?"
Tegasnya dengan perasaan kesalnya.

"Iya itu memang bukan nama mu. Tapi nama mu adalah nyonya Becky Bleszynski, SAYANG"
Bukan. Bukan wanita itu yang berbicara, melainkan seorang wanita dengan setelan jas nya yang baru saja masuk menyela perdebatan keduannya.

Gadis itu tercekat, kala pandangannya melihat seorang wanita yang begitu mempesona dihadapannya.

"Bleszynski?"
Batin Becky, ia merasa tidak asing dengan nama itu.

Seketika matanya membulat, ketika mengingat jika nama itu adalah nama tokoh, yang berada di dalam novel yang sempat ia baca sebelum akhirnya mengalami kecelakaan.

"Bagaimana bisa aku masuk ke dalam sebuah novel? Jangan bilang jika aku masuk ke raga tokoh antagonis?"
Batinnya, lagi dan lagi Becky hanya bisa terdiam berusaha mencerna semua kejadian yang kini menimpanya.

Becky menggeleng cepat, ini pasti mimpi pikirnya. Namun sayang sebuah cubitan di pipinya terasa sakit, ketika Becky berusaha memastikan jika ini adalah sebuah mimpi dan tidak nyata.

Saat Becky masih terdiam, tiba-tiba saja sebuah kejadian terlintas di kepala Becky. Membuat dia memekik kesakitan sambil memegangi kepala nya, Freen dengan cepat memanggil dokter dengan menekan tombol darurat yang tidak jauh dari brankar pasien.

"Kau bertahan ya, sebentar lagi dokter akan datang."
Ujar Freen, sedikit panik melihat sang istri yang meringis kesakitan.

Becky hanya bisa memejamkan matanya sambil menahan rasa sakit dikepalanya, tanpa waktu lama akhirnya dokter pun datang dan menyuruh Freen serta Nam untuk menunggu di luar.

Kejadian itu terus saja terputar di ingatan Becky, sebuah kejadian yang memperlihatkan seorang wanita yang tengah tergeletak di lantai dengan mulut yang berbusa karena keracunan.

Namun satu hal yang membuat nya bingung, mengapa wajah dari wanita itu sangat mirip sekali dengannya, hanya penampilannya saja yang berbeda. Sungguh ingatan ini semakin membuat Becky bingung, tidak mungkin bukan jika memori yang baru saja terlintas di kepalanya, adalah ingatan milik si antagonis yang raga nya ia tempati sekarang?

***

"Apa kau yakin jika dia meminum racun itu dengan sengaja? Hanya karena lelah hidup bersamamu?"
Tanya Nam, berusaha memastikan dugaan Freen tentang Becky yang masuk rumah sakit karena keracunan.

"Vanka bilang seperti itu, dia bilang telah melihat Becky meminum racun itu sendiri. Dia juga mendengar, jika Becky mengatakan lelah hidup bersama ku."
Ungkap Freen dengan wajah yang tak bisa di artikan, sedangkan Nam hanya bisa mendengus mendengar ucapan sahabatnya itu.

Jelas saja bukan, jika Becky lelah hidup bersama dengannya, mana ada yang mau hidup bersama wanita seperti Freen yang sebenarnya banyak sisi tak terlihatnya. Belum tentu terlihat baik di depan, juga akan terlihat baik dibelakang, pikir Nam.

"Vanka lagi, Vanka lagi. Ingat kau sudah menikah, yang harus kamu dengarkan itu Becky bukan Vanka!"
Tegas Nam, merasa lelah dengan sifat Freen.

"Hatiku hanya terbuat untuk Vanka seorang! Hanya dia!"
Cetus Freen dengan datar, hingga membuat Nam hanya bisa pasrah.

Di sela-sela perdebatan mereka akhirnya sang dokter keluar, dan mengucapkan jika keadaan Becky baik-baik saja hanya perlu istirahat yang cukup.

Setelah kepergian dokter, mereka memilih untuk masuk ke dalam ruang perawatan Becky.

"Istirahat lah jangan banyak pikiran, aku yakin kau pasti akan cepat pulih."
Pesan Nam, ketika sudah berada di dalam ruang perawatan Becky.

Becky yang semula diam kini mengalihkan atensinya kepada wanita berambut cokelat, wanita yang menurutnya asing. Sedangkan wanita yang telah membuat nya terpesona hanya diam saja, tak berbicara apapun kepadanya membuat Becky tampak bingung.

Di dalam novel bukan kah Becky adalah istrinya Freen? Lalu mengapa wanita itu tidak merasa khawatir jika sang istri terbaring sakit? Tidak mungkin bukan jika Freen menikahi Becky hanya karena sebuah pelampiasan? Tetapi jika benar mengapa di novel tidak di tuliskan?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak seorang Rebecca Alisha Armstrong, yang kini masuk ke dalam jiwa sang antagonis yaitu Rebecca Queenby Aleandra. Semula yang awalnya tidak nyata dan tidak masuk akal harus di terima Becky secara terpaksa, ia sangat membutuhkan penjelasan yang ntah siapa yang akan akan menjelaskan semuanya kepada dirinya.

~~~

Tbc gess, jangan lupa tinggalkan jejak kalian😄👌

Drama Queen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang