⚠️ [WARNING] ⚠️
Semua yang tertulis, murni hasil karangan otak sendiri.
Freshy Allure - Girls - Young series
• •
Chaesol Kang, terpaksa harus menyewakan rumah bertingkat tiga milik keluarga layaknya kontrakan biasa pinggir jalan demi menghidupi dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teriakan demi teriakan terus terdengar kencang bersahutan satu sama lain menyoraki demi meramaikan juga memberikan semangat pada mereka para peserta di suatu halaman tengah sekolah dasar, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia jadilah beberapa guru memutuskan untuk mengadakan lomba agustusan secara besar-besaran hingga memperbolehkan orang tua bahkan orang luar sekalipun untuk masuk menyaksikan. Saat ini, ada lomba makan kerupuk antarkelas dari kelas enam A dan kelas enam B.
Chaerin Park, gadis berponi hitam dari kelas enam B itu tengah menarik ingus cairnya untuk masuk kembali ke lubang hidung sembari menunggu perintah dari panitia melaju berlari menghampiri seuntai tali rafia dengan ujung kerupuk putih. Anak berusia dua belas tahun itu langsung berlari begitu terdengar suara pistol mainan dari sebelah kanan yang menimbulkan keramaian terjadi kembali memenuhi, seperti di ujung garis ada sang Ibu tengah menunggu-nunggu anak perempuan satu-satunya menghampiri kerupuk putih. Ia berteriak sangat keras tak mau kalah dari yang lain.
"Ayo, cepat! Iya, dikit lagi itu!"
"Ayo, ayo habisin!"
"CHAERIN!"
Hingga, seuntai tali rafia berwarna biru tua di hadapan Chaerin tercabut secara paksa begitu saja menandakan bahwa ia di nyatakan sudah selesai dengan menduduki posisi kesatu. Sebelum akhirnya melarikan diri dari tempat kejadian perkara menabrak kerumunan masa ramai di pinggiran halaman tengah dengan tangan menyiku guna menutupi raut wajah musamnya yang akan berubah, tak sedikit juga para wali murid kelas enam B bergosip ria mengenai tindakan Chaerin ke arah sang Ibu sendiri. Si Ibu sendiri tak merasa tersinggung sama sekali, beliau hanya menganggap mungkin saja anak gadisnya itu kelelahan atau kehausan atau tengah kebelet buang air.
"Chaerin. Kemana aja, kamu?"
"Hei! Jangan harap ada guru yang panggil kamu buat ambil hadiah-hadiah cantik di atas panggung sana, mimpi!" jengah sang Ibu meluapkan, "Kamu itu udah didiskualifikasi dari lomba makan kerupuk tadi tau, nggak?! Main ngilang gitu, aja."
Hari demi hari telah terlewati. Chaerin sudah beranjak remaja, saat ini ia sudah menduduki bangku kelas delapan SMP. Di tengah teriknya panas matahari, gadis remaja itu terduduk tenang di ruang keluarga sibuk memfokuskan seluruh pusat perhatian pada sebingkai kain kanvas putih. Jemari kanan memegang erat sebilah kuas untuk menggoreskannya pada kanvas melukis sebuah pemandangan hutan tropis, warna cat akrilik hijau muda penuh mendominasi lukisan indah tersebut. Chaerin sangat senang jika ia berada dalam kondisi ketenangan.
"CHAERIN!"
"Cepet, angkat jemuran! Di luar mau mendung, itu! Ibu lagi goreng ikan, ini!"
Lenguhan nafas singkat melengos seketika dari kedua lubang hidung Chaerin meredam rasa sebal akan waktu tenangnya untuk mengerjakan karya lukis yang akan di jadikan penilaian ulangan harian pada mata pelajaran seni di kelas tersentak oleh teriakan sang Ibu, sejenak gadis itu merasa tak mendengar apapun dari luar rumah bahkan jikalau sudah mendung sekalipun pasti akan terdengar bunyi renyah rintikan air hujan yang menabrak lapisan tanah. Ia menghentikan aktifitasnya sesaat untuk memastikan sekali lagi bahwa pendengaran tak salah menangkap, setelah benar Chaerin melanjutkan kembali acara melukisnya.