Mungkin sudah sepuluh kali aku melirik ke kursi kosong di sudut kelas. Apa yang aku harapkan? Sekarang sudah istirahat kedua dan mustahil Helix masuk sekolah. Tapi kursi kosong itu seperti mempunyai daya tarik tersendiri.
Kenapa Helix belum masuk sekolah? Padahal semalam saat menjenguknya aku jelas-jelas melihat dia sudah baik-baik saja. Apa Helix sengaja menjadikan sakit sebagai alasannya untuk bolos sekolah?
Eh, kenapa aku jadi peduli pada Helix?
"Cie yang lagi naksir Tomy."
Suara itu menarik perhatianku. Ada Cesil yang sedang menggodai teman sebangkunya, Reti.
"Siapa juga yang naksir, nggak usah ngarang cerita," elak Reti yang sok cool padahal wajahnya menahan senyum.
"Udah ngaku aja, kamu naksir Tomy, kan?"
"Idih, nggak, jangan sok tahu."
"Kalau gitu Tomy nya sama aku, ya."
"Eh, jangan," sambar Reti langsung.
"Tuh, kan, panik sendiri," Cesil akhirnya tertawa.
"Tahap pertama jatuh cinta adalah penyangkalan terhadap perasaan. Semakin kamu menyangkal semakin kamu menyadari kalau kamu sudah mulai menginjak start untuk jatuh cinta," ucap Cesil.
Entah kenapa, aku merasa Cesil juga bicara padaku. Aku kembali melirik ke kursi Helix.
Nggak, nggak aku nggak jatuh cinta sama Helix.
"Lihatin apa? Nungguin Helix balik sekolah?" tanya Jeslyn tiba-tiba yang memang sejak tadi duduk disampingku.
Aish, ini anak satu lagi yang buat aku semakin tidak nyaman.
"Nggak," jawabku malas dan singkat.
"Nggak usah bohong, udah 17 kali kamu lihat ke kursi Helix. Mulai dari jam pertama sampai sekarang."
Aku menghela napas, kenapa rasanya aku seperti Reti yang digodai Cesil?
"Perasaan kamu aja, aku lagi peregangan leher," kilahku.
"Peregangan leher tapi lihatin kursinya lebih dari lima menit."
Aku langsung membuka buku catatanku dan mencoret-coretnya asal supaya terlihat sibuk dan membuat Jeslyn diam. Tapi aku salah, dia tetap berisik.
"Khawatir, ya sama Helix?"
Tanganku yang mencoret-coret berhenti sejenak.
"Dia jatuh ke kolam di depan mataku, wajar kalau aku khawatir."
"Tapi jangan rasa khawatirmu berlebihan sampai buat Rey risih. Kamu boleh khawatir sama Helix tapi tetap peduliin Rey."
Aku langsung melihat Jeslyn. "Rey cerita ke kamu?"
Jeslyn mengangguk. Sudah aku duga, Rey sepertinya memang sering cerita pada Jeslyn.
"Kamu lebih peduliin Helix dibanding Rey. Kamu seharusnya bisa bagi porsi dan tahu posisi. Pacar kamu itu Rey, bukan Helix."
Aku tersenyum kecut.
"Kamu dan Rey sama aja. Kamu di pihak Rey?"
"Bukan dipihak siapa-siapa. Tapi memang benar, kamu punya pacar tapi lebih perhatian ke cowok lain. Liz, aku nggak mau kamu salah jalan, tetapkan hatimu, karena selingkuh bukan melulu soal seseorang yang menjalin hubungan dengan orang lain di belakang pasangan resmi. Tapi saat hatimu mencintai laki-laki lain dibelakang pacarmu sendiri juga disebut selingkuh."
"Jeslyn, harus aku ulangi sampai berapa kali? Apa perlu aku umumin lewat toak sekolah kalau aku nggak ada hubungan sama Helix. Kami Cuma teman, tetangga juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Change {Proses Penerbitan}
Teen FictionNomor peserta : 087 Tema yang diambil: Mental Health Ivy memiliki segalanya, kecuali hati tunangannya sendiri, Reynard. Harta yang berlimpah, paras yang bagaikan Dewi dan otak encer ternyata tidak bisa menarik hati Reynard. Ivy selalu ingin menjad...