"Tempatnya bagus banget," kata Jeslyn yang menunjukkan foto kolam renang yang memang terlihat modern dan unik di salah satu Instagram Story dari salah satu pengguna yang dia ikuti.
Aku tidak tertarik. Tentu saja, aku tidak kenal dengan pengguna akun, aku juga tidak tahu itu dimana. Aku lebih baik fokus memikirkan alasan Venya selalu menghindariku.
"Enak, ya jadi atlet dari sekolah. Udah di biaya untuk pergi kompetisi, tempatnya cantik-cantik lagi. Ini mah Namanya liburan gratis, bukan mau tanding."
Mendengar kata bertanding aku sedikit tertarik.
"Tanding? Maksudmu?"
"Init uh Insta Storynya Juna. Dia, kan ikut pertandingan basket bawa nama sekolah. Nah, kolam tadi tempat lokasi tandingnya." Jelas Jeslyn.
"Maksudnya lokasi bertandingnya dekat ke kolam tadi?"
"Bukan, Liz. Semua cabang olahraga tempat bertandingnya di pinggir kolam renang sekalian promosiin kolamnya yang kebetulan baru dibuka. Kecuali basket sama sepak bola yang udah punya lapangan khusus."
"Itu berarti Taekwondo juga," ucapku refleks.
"Iya," jawab Jeslyn malas sambil mendelikkan mata. "Taekwondo doang yang ditanya," sungutnya.
"Padahal pacarnya sendiri ikut tanding basket. Jadi kapten malah."
Aku spontan berdiri, satu yang ada dalam pikiranku. Kolam renang, Helix.
Helix tidak boleh lama-lama di pinggir kolam renang kalau tidak mau kejadian kemarin terulang kembali.
"Grace sama Kak Helix nggak suka kolam renang. Bukan karena benci, tapi takut."
Ucapan Grace waktu itu terngiang-ngiang di telingaku. Tidak, Helix tidak boleh ke tempat itu.
"Jes, berapa jam ketempat itu?" tanyaku.
"Sekitar tiga jam."
Aku langsung mengemas semua alat tulisnya yang berserakan di atas meja. Jeslyn tentu heran melihat tingkahku. Ini masih istirahat pertama dan aku sudah mengemasi semua barangku.
"Mau kemana?"
Akhirnya Jeslyn bertanya setelah aku keluar dari kursi.
"Bolos pelajaran," jawabku dengan enteng.
****
Tiga jam. Aku terlambat. Niat hati ingin menguatkan Helix, atau minimal aku menemaninya sepanjang pertandingan berlangsung. Nyatanya aku harus menemui Helix di rumah sakit.
Dari cerita Rey, saat Helix tengah bertanding, dia kehilangan fokus. Berkali-kali kecolongan poin dan bertanding tidak seperti biasanya. Gerakannya seperti orang yang baru saja belajar Taekwondo padahal dia sudah puluhan kali menang. Dan terakhir Helix tiba-tiba berlutut di lapangan sambil memegang kedua telinga dan teriak seperti orang gila. Disitulah lawan Helix beraksi untuk menyerang Helix. Hasilnya Helix pingsan karena tendangan keras yang tidak sengaja mengenai dadanya.
Guru olahraga kami kecewa. Pasalnya, Helix tidak pernah kalah dan ini pertandingan yang sangat menentukan kejayaan nama sekolah. Tapi Helix gagal. Semua orang mengatakan dia tidak seperti biasanya.
Helix sudah sadar, tapi dia tidak mau dijenguk siapapun. Dia memaksa perawat untuk tidak boleh memasukkan tamu ke dalam kamarnya. Dari cerita perawat, Helix juga belum makan apapun sejak siuman tadi.
"Biarin aku masuk, sus," mohonku pada perawat yang baru saja keluar dari ruang rawat inap Helix.
Perawat itu menggeleng kuat. Dia tidak mengizinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Change {Proses Penerbitan}
JugendliteraturNomor peserta : 087 Tema yang diambil: Mental Health Ivy memiliki segalanya, kecuali hati tunangannya sendiri, Reynard. Harta yang berlimpah, paras yang bagaikan Dewi dan otak encer ternyata tidak bisa menarik hati Reynard. Ivy selalu ingin menjad...