Aku sengaja menatap Venya. Walaupun dari kejauhan aku tahu dia sadar sudah ditatap terus-terusan. Terbukti dari kepalanya yang menunduk sepanjang dia berjalan dan sesekali hampir menabrak orang lain karena dia sudah tidak fokus.
Dugaanku, Venya takut padaku. Lebih tepatnya pada Lizzy. Tapi apa alasannya?
"Cewek aneh sana selalu menghindariku," ucapku sambil menunjuk kea rah Venya yang berjalan cepat dan menunduk. Dia ingin buru-buru lepas dari jangkauan mataku.
"Semua orang juga pengen menghindar dari kamu," jawab Helix yang terlihat santai dengan susu coklat kotak yang sedang dia nikmati di jam istirahat.
"Bukan aku. Maksudku Lizzy. Cewek aneh itu pasti menghindari Lizzy."
"Apa yang salah, ya, sama muka Lizzy?" aku menunjuk wajahku dan memaksa Helix mencari kejanggalan di wajah itu.
"Selain cantiknya berlebihan, nggak ada yang salah sama muka Lizzy."
"Uwekkk," aku mengejek Helix. "Bucin stadium akhir."
"Mungkin kamu pernah ngomong yang tidak-tidak ke dia. Situ, kan hobby bentak dan ngomong kasar."
"Aku Cuma bicara dua kali sama dia. Dan itu aku bicaranya normal dan baik-baik."
"Ekspresi muka kamu nyeremin mungkin."
"Hei, coba lihat, walaupun aku cemberut, muka ini tetap terlihat cantik."
"Benar juga, muka Lizzy waktu marah aja kelihatan tetap cantik," puji Helix.
"Udah deh bucinnya," keluhku.
"Kenapa? Cemburu?"
"Idih, cemburu darimana?"
"Kamu, kan selalu cemburu kalau di banding-bandingin sama Lizzy."
"Bukan cemburu, tapi kesal aja, setiap kali dengar aku dibanding-bandingin sama Lizzy, Lizzy selalu menang. Kesal aja dengar semua orang puji-puji dia udah kayak dewa. Tapi maki-maki aku seolah-olah aku Iblis dan nggak punya sisi baik."
"Lizzy nomor satu. Dimata Rey, dimatamu dan dimata teman-teman kita semua."
"Giliran ngomongin Lizzy tuh mulut nggak ada berhentinya," ujar Helix yang geleng-geleng kepala.
"Iya, iya, aku berhenti bicarain Lizzy," ucapku malas sambil mendelikkan mata.
"Eh, tapi aku masih penasaran apa alasan si cewek aneh tadi selalu menghindari Lizzy. Apa dia bagian masa lalu Lizzy?"
Helix memukul pelan pundakku dan berkata, "Kamu memang sedang berada di tubuh Lizzy. Tapi bukan berarti kamu Lizzy sungguhan sampai harus tahu masa lalunya segala. Cukup pura-pura jadi Lizzy selama kamu ada di tubuh ini."
"Satu lagi, besok aku ada pertandingan Taekwondo di luar kota. Jadi, walaupun CCTV mu nggak ada, bukan berarti kamu bebas melakukan apa saja dengan tubuh ini."
"Iya, iya, kamu yang paling berhak sama tubuh ini."
"Jangan kencan sama Rey selama aku pergi."
"Kenapa? Cemburu lihat Lizzy jalan sama Rey? Tenang aja. Casingnya memang Lizzy dalamnya Ivy."
"Pokoknya nggak boleh," perintah Rey.
"Memaksakan kehendak."
"Aku bilang nggak boleh, ya, nggak boleh."
Aku tersenyum jahil, "Aku nggak bakalan kencan sama Rey selama kamu pergi, tapi ada satu syarat yang harus kamu penuhi."
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Change {Proses Penerbitan}
Teen FictionNomor peserta : 087 Tema yang diambil: Mental Health Ivy memiliki segalanya, kecuali hati tunangannya sendiri, Reynard. Harta yang berlimpah, paras yang bagaikan Dewi dan otak encer ternyata tidak bisa menarik hati Reynard. Ivy selalu ingin menjad...