57. Kembali?

499 78 1
                                    

"Mungkin kamu udah berusaha melupakan kami, melupakan apa yang terjadi diantara kita, dan melupakan masa lalu. Tapi kami kangen main bareng kamu sampai kami jauh-jauh menemuimu disini," kata si masker hitam yang berjalan mendekatiku.

Aku tidak mundur. Kalau aku mundur kentara sekali aku merasa takut, aku tetap bertahan di posisiku berdiri. Menantang tatapannya padahal aku sedang getir. Ayo Ivy, tetap stay cool di depan musuh. Empat lawan satu, aku pasti kalah, tapi aku harus mempertahankan rasa percaya diriku dan harga diriku.

"Tuan Putri tersayang, bisa kita mulai permainan kita?" si masker hitam mengelus pipiku. Aku langsung menepis tangannya dengan kasar. Dia terkejut, begitu juga dengan temannya.

"Jangan sentuh!" ketusku. "Aku nggak suka di sentuh sembarangan orang, dan aku sama sekali nggak kenal sama kalian."

"Sebenarnya kalian siapa? tujuan kalian apa?"

Tiga dayang-dayang si masker hitam tertawa. Adegan ini seperti bagian dari sinetron yang sering tayang di televisi. Seorang gadis di keroyok anggota genk karena masalah percintaan, yah, kisahnya mirip-mirip itu. Bedanya aku tidak tahu apa masalahnya kenapa sampai di keroyok empat orang.

"Kau benar-benar lupa kami siapa?" tanya si rambut kuncir kuda.

"Akting...!" seru ketiganya serentak dengan mata mendelik untuk mengejekku.

"Dasar Drama Queen...!" tambah mereka lagi serentak.

"Tunggu, tapi aku dengar Liz pernah mengalami kecelakaan. Jangan bilang dia benaran amnesia," si cewek kulit sawo matang mulai berspekulasi. Entag darimana rumor murahan itu berhembus.

Si masker hitam kembali memberikan perhatiannya padaku. Dia menatapku dari atas sampai bawah. Aku memakai barang-barang branded meskipun memakai seragam putih abu-abu yang membosankan. Seragamku di lengkapi bros mahal. Rambutku di beri hiasan rambut indah yang membuat keempat orang ini bingung bagaimana caranya aku bisa mendapatkan barang mahal itu.

"Benar kamu amnesia?" tanya si masker hitam.

Aku tidak menjawabnya, aku cuma menantang mata si masker hitam.

"Amnesia atau bukan, itu bukan urusanmu," ketusku.

Si masker hitam mengangguk, lalu dia berkata, "Kalau kamu benaran amnesia, aku mau menawarkan bantuan untuk mengembalikan ingatanmu."

Si masker hitam membuka maskernya tepat di depan wajahku. Di balik masker itu ternyata bersembunyi luka bakar di dagu dan pipi kanannya. Bekas luka yang terlihat tidak berbentuk tetapi mempengaruhi kecantikannya. Aku sampai ngilu melihat bekas luka itu.

"Apa kamu ingat wajah ini?" tunjuk si masker hitam ke wajahnya sendiri.

"Mungkin wajah ini bisa mengembalikan ingatanmu." Dia menyeringai. Baru kali ini aku melihat dia menyeringai tanpa masker yang menutupi wajahnya.

"Kamu bertanya apa tujuan kami datang?" si masker hitam menepuk bahuku dan menumpukan tangannya disitu. "Menuntut balasan atas apa yang terjadi dimasa lalu. Tentang aku dan kamu. Tentang wajahku."

Dan ketiga cewek yang tadinya jauh dari kami sudah berada di dekatku. Aku belum sempat bicara dan bertanya lebih lanjut, si kulit sawo matang sudah menendang kakiku sampai aku tersungkur di lantai.

Saat aku tersungkur, si masker hitam menginjak punggungku sehingga aku tetap dalam posisi tersungkur. Dia menginjak punggungku berkali-kali sampai aku terbatuk. Kalau terus begini aku bisa mati. Aku meraih kakinya yang sudah kurang ajar menginjak punggungku. Lalu menariknya dan dia terjengkang kebelakang. Berhasil. Aku langsung duduk dan berusaha menahan sakit di punggungku.

Secret Change {Proses Penerbitan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang