Target terdeteksi. Rey duduk di kantin Bersama kekasihnya yang menjijikkan. Mereka menikmati sarapan bersama dengan senyum yang tak kunjung pudar. Aku harus memberikan kejutan di pagi ini untuk keduanya. Karena Rey dengan seenaknya meninggalkanku. Dia sengaja pergi subuh-subuh dari rumahku untuk menghindari berangkat sekolah bersama dan memilih untuk menikmati sarapan pagi di kantin dengan Liz.
Oke, mari kita mulai permainan ini.
"Hai sayang," aku muncul dan langsung duduk di samping Rey sambil mengusap pelan bahu Rey berusaha terlihat mesra.
Seperti dugaanku, Rey langsung menepis tanganku dengan kasar dan Liz memberikan tatapan tidak suka.
"Waktu aku bangun, kamu udah nggak ada. Rupanya udah berangkat duluan, ya. Padahal mau ngajak sarapan bareng. Eh ternyata sarapannya sama cewek murahan," aku melirik Liz dan menggulas senyum miring untuk meremehkannya.
"Bangun?" tanya Liz penasaran.
"Opps," aku berpura-pura menutup mulut. "Kamu nggak tahu kalau semalam Rey nginap di rumahku?" tanyaku dengan senyum kemenangan. "Dia tidur di rumahku dan kami menghabiskan sepanjang malam bersama."
"Jangan mengarang cerita, dasar cewek gila!" cerca Rey yang mulai merasa terusik.
"Gimana rasanya? Semalam Rey udah janji untuk ngajakin kamu makan malam bareng dihari ulang tahunmu. Eh, dia malah makan malam bareng aku dan nginap di rumahku. Sakit nggak, tuh?"
Liz cuma diam saja tapi dari wajahnya aku tahu dia cemburu.
Rey menarik tangan Liz dan hampir membawanya pergi dari kantin. Tapi aku yang langsung memberikan kado pada Liz menghentikan mereka untuk pergi.
"Kado untukmu," ucapku yang meletakkan kado itu di atas meja. "Sebagai permintaan maaf sudah menguasai pacarmu tadi malam. Selamat ulang tahun Lizzy," aku mengulas senyum lebar yang kata orang terlihat manis. Padahal aku tidak pernah memberikan ketulusan pada senyuman itu. Aku bersyukur lahir dengan wajah cantik, jadi bagaimanapun ekspresiku pasti terlihat cantik.
"Hargai dong kalau ada orang yang ngasih kado. Di buka dong," suruhku yang berhasil membuat Liz kembali duduk. Begitu juga dengan Rey yang ikut duduk namun menatapku dengan curiga.
"Jarang-jarang, loh seorang Ivy ngasih kado. Ini kado spesial," ucapku dengan dramatis.
Kado itu terlihat meyakinkan. Di bungkus dengan kertas kado berwarna merah muda dan dihias rapi. Liz membukanya perlahan dan saat melihat isinya matanya terbelalak.
Dan
"Argghhh...!"
Teriakan Liz terdengar di segala sudut kantin. Menjadikan meja kami pusat perhatian.
Rey spontan melihat isi kado itu. Dia langsung menatapku tajam dan wajahnya memerah menahan emosi.
Seekor kelinci putih yang mati tergeletak dalam kotak kado itu. Lehernya baru saja di gorok dan masih mengeluarkan darah segar. Kado yang sangat sesuai untuk Liz.
"Kau sudah gila! Seharusnya kau masuk rumah sakit jiwa bukan sekolah...!" Hardik Rey padaku yang tertawa puas melihat wajah ketakutan Liz.
"Aku dengar Liz suka kelinci, makanya aku kasih kelinci. Nggak ada yang salah, kan?" jawabku dengan diiringi tawa puas dan wajah bangga.
"Ayo kita pergi, nggak ada gunanya ladeni cewek sakit jiwa," ucap Rey dan langsung menarik tangan Liz yang gemetar untuk pergi.
Namun ditengah langkah mereka aku kembali memanggil Liz.
"Liz, banyak yang bilang kamu mirip kelinci. Cantik, imut, dan polos."
"Kalau kamu melangkah lebih jauh lagi, aku pastikan nasibmu akan sama dengan kelinci ini," ancamku yang mungkin akan membuat Liz berhati-hati. Tapi Rey dengan cepat menarik Liz untuk menjauh dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Change {Proses Penerbitan}
أدب المراهقينNomor peserta : 087 Tema yang diambil: Mental Health Ivy memiliki segalanya, kecuali hati tunangannya sendiri, Reynard. Harta yang berlimpah, paras yang bagaikan Dewi dan otak encer ternyata tidak bisa menarik hati Reynard. Ivy selalu ingin menjad...