Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillah lanjut lagi.
Lihat aku, Daf! Aku masuk tiga besar lagi kelas sebelas, bahkan sekarang aku sudah menyelesaikan masa pendidikan sekolah menengah atas, lulus dengan nilai terbaik. Aku bisa mengabulkan permintaanmu yang katamu harus masuk tiga besar. Aku dapat ranking dua sekarang, Daf. Ranking aku anjlok tidak lagi berada di bawah nomer dua, tapi di atas nomer satu. Jujur, waktu masih duduk di kelas sebelas semester akhir aku tak banyak waktu untuk
menghabiskan belajar, tapi lebih banyak menghabiskan waktu menangisi kepergianmu. Aku sedih kala itu, Daf. Entah seberapa lama larut dalam air mata dan hati terluka.Padahal aku berharap kamu akan selalu ada menjadi bagian dalam hidupku selamanya mendukung hal-hal baik untuk aku, tapi semua hanya harapan semata.
Untuk janjimu yang katanya akan memberikan hadiah istimewa, itu tiada tak kunjung memberikan? Tapi tidak apa-apa aku tak pernah meminta kala itu.
Aku tak pernah meminta hadiah-hadiah istimewa darimu, 'kan? Aku tak pernah menuntut apapun yang berkaitan dengan tantangan, 'kan? Tetapi kamu sendiri yang bersikeras memberi janji akan memberi hadiah untuk aku. Ya, aku jadi sedikit berharap dan menunggu hadiah itu. Maafkan aku, Daf.
Mungkin hal ini tentang janji-janjimu kamu telah melupakannya, tapi tidak denganku. Aku tak pernah melupakan hal ini bahkan dalam setiap perkataan yang keluar dari mulutmu selalu aku kenang.
Sudah berapa lama kamu pergi dari hati ini? Kalau di pikir-pikir sudah lama juga. Bayangkan saja, kamu pergi di kala aku masih menyelesaikan ulangan akhir semester berlangsung kelas sebelas. Di mana hati dan pikiran tenang hanya di isi dengan pelajar-pelajaran, tapi tiba-tiba kamu mengundang luka dan air mata seketika hancur kala itu.
Tapi, tak mengapa walaupun pada waktu itu kamu pergi. Namun, do'a mu tetap begitu kuat untuk aku. Setidaknya masih bertahan di ranking dan masih bisa memberikan nilai-nilai terbaik hingga lulus walau tanpa kamu yang mendampingi. Do'a itu tak sepenuhnya darimu, tapi ada do'a orang tua juga yang begitu kuat melebihi do'amu.
Safa Durratul Jinan
Awan panas telah berlalu menjadi redup mendung, banyak guratan yang muncul diiringi air hujan yang jatuh ke bumi, menciptakan kenangan di setiap rintikan terjatuh.
Tetes-tetes air berterbangan membasahi kerudung lebar, tanah basah telah di banjiri genangan air hujan membasahi sepatu, dedaunan saling terayun terbawa angin, trotoar jalanan sunyi lengang tanpa orang lalu lalang, hanya suara bising pengendara satu dua melintas di depan sana. Safa berdiri sendiri di tempat teduh bersandar pada tembok emperan toko tertutup nan sepi.
Safa menatap setiap rintikan air langit terjatuh, maniknya kembali menyendu, kedua tangannya memeluk tubuh menggigil. Kini yang di rasakan dingin menelusup masuk ke sela-sela kulit. Duduk sejenak pada kursi kayu tersedia mengibas-ngibas rok terkena cipritan air. Berkali-kali ia bergumam kenapa dirinya terjebak hujan menjadikannya terlantar di jalanan sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Telah Usai (Selesai)
Художественная прозаTentang dua insan yang saling merelakan, melepaskan, menjauh, melupakan, dan pergi. Jangan lupa follow dulu dan kasih votmennya, ya... Start: 23-Juli-2022 End: 03-April-2023