Happy Reading☺️
Maret 2018.
“How are you, Safa? Apa kamu baik-baik saja di sana?” tanya nya dalam telpon sebrang sana.
“Aku baik, Daf. Aku rindu suasana di sana kala itu beberapa bulan lalu kamu hadir dalam mimpiku seakan-akan kita masih di tempat yang sama nyatanya, tidak.”
“Sudah jangan berlarut dalam pikiran yang tak penting, Saf. Kamu sekarang pokus kependidikan barumu.”
“Iya,” jawab Safa singkat dan pelan. Ia fokus membereskan buku-buku kedalam tas mungilnya. Bukan itu ia hanya malas untuk terus-menerus berlarut diam dalam kenyamanannya.
“Jangan sampai bolos sekolahnya oke, Safa. Bye see you.”
“Yaps, ini Safa mau sekolah. Bye.”
Daffa nampak peduli dan cemas. Walaupun sikap Safa sedikit cuek. Kala itu Safa mengatakan kalau ia punya aktivitas baru melanjutkan sekolah Smk di kota x.
Daffa-lah laki-laki pertama yang selalu menangkap curhatan tentang keluh kesah. Daffa selalu jadi pendengar setia di kala jiwa ini kesepian. Kapanpun itu waktunya ia selalu ada mengetuk pintu hati. Tapi, nampaknya hanya berani berdiri di pucuk hati enggan untuk masuk kedalamnya.
Pasti ada alasan kuat mengapa enggan masuk kedalamnya, mengapa tak kunjung bergerak kian waktu semakin berputar. Bahkan pertemanan itu sudah menginjak mau ke dua tahun. Namun, nampak masih berlarut diam di situ-situ saja tanpa ada perubahan sedikit pun.
Semakin lama berteman semakin akrab tanpa harus ada rasa canggung-canggung lagi untuk bertegur sapa dengannya, yang setiap harinya selalu alih-alih perhatian dan peduli.
Nyatanya semakin lama berteman Safa takut akan jatuh sebuah harapan asa semata darinya. Takut akan jatuh cinta duluan kedalam hatinya, sebelum Daffa yang jatuh cinta terlebih dulu.
Ia tidak ingin berlarut terlalu jauh. Namun, kian hari malah selalu dibuat jatuh cinta akan kebaikannya. Safa semakin dibuat bingung.
Padahal ...
Sejak itu akhir bulan februari 2018 pun kedekatan ini sudah mulai merenggang, sedikit berubah. Pertemanan ini sedang dalam bahaya yang tidak memungkinkan untuk terus berlanjut, yang nanti akan menimbulkan luka pada orang tanpa sadari di belakang. Karena pertemanan ini telah sampai pada telinga Alina Syaila. Yang katanya dia adalah kekasih Daffa.
Safa mencoba untuk mengawali mundur, dengan perlahan memberi seutas sikap cuek dan tak peduli lagi terhadap Daffa.
Namun, Daffa begitu mempesona. Ia punya daya tarik seperti magnet yang terus-menerus menarik dirinya untuk terus bersamanya. Walaupun hanya diperuntukkan sebagai teman bukan orang satu-satunya di dalam hidupnya.
Juga memiliki daya tari ulur yang akan menghantarkan hati ini kedalam jurang yang dalam, serta dipenuhi ranting yang akan menimbulkan luka di setiap satu kali tusukan. Sungguh, hal itu tidak ingin terjadi menimpa hati kecil ini.
Dan alasan kuat darinya, yang tak pernah Safa sadari di belakang. Daffa memang sudah memiliki orang spesial di dalam hatinya. Sejujurnya, Safa sakit hati, tapi mencoba untuk tenang.
Peningnya merasakan berputar saat otak memutar pada memori beberapa minggu lalu di bulan februari. Percakapan bersama Daffa semakin menyeruak kembali saat pertama kali menemui satu komentar milik Daffa di dalam akun orang yang tak dikenali bernama Alina, kekasih Daffa.
Foto wanita cantik mempesona. Wanita itu mengenakan jilbab pink muda. Berdiri dibalik jendela majelis menopang dagu. Foto itu terpampang jelas di dalam laman Facebook milik kekasih Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Telah Usai (Selesai)
Ficção GeralTentang dua insan yang saling merelakan, melepaskan, menjauh, melupakan, dan pergi. Jangan lupa follow dulu dan kasih votmennya, ya... Start: 23-Juli-2022 End: 03-April-2023