Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kala itu, langit malam yang indah di penuhi dengan
kelap-kelip bintang. Udara dingin merasuk kedalam tubuh. Suara binatang kecil riuh saling bersahutan, mengisi kekosongan malam yang sunyi. Safa berdiri menikmati semilir angin di asrama lantai dua,
membiarkan jilbabnya melambai kesana kemari terbawa hembusan angin kecil.Maniknya menatap lurus ke arah lampu pijar yang bersinar terang di bawah bangunan bertingkat. Majelis tersebut seharusnya jam segini, setelah isya
sudah di penuhi para pengtholabul ilmu. Namun, nampak masih sunyi dan sepi seperti hati yang kosong ini."Safa, kamu tau nggak? Malam ini latihan penarikan suara." Tiba saja dari belakang suara Mbak Mala memecahkan suasana keheningan.
Safa terdiam. Manik matanya tetap lurus kedepan tanpa menoleh ke samping, mengingat moment satu tahun lalu, awal pertama kali penarikan suara yang membuat gugup sampai detik ini belum bisa move on. Siapa lagi pelatihnya kalau bukan lelaki jenius itu. Kira-kira sekarang bakal gugup gak, ya? Bakal salah tingkah gak, ya? Dia-nya baik, kan? Dari sekian lama jadwal itu khusus putri tidak aktif tapi sekarang secara mendadak aktif lagi.
Mungkin sebagian orang dengan adanya kegiatan ini mereka penuh semangat. Karena pelajaran paling terfavorit, tapi tidak dengan Safa. Ketika mendengar kata-kata 'kumpul di majelis', seringkali muncul rasa malas.
Mbak Mala menyenggol lengan Safa pelan. "Saf, kamu dengar nggak?"
Safa menoleh ke arah Mbak Mala. "Latihan tarik suara? Nggak ah. Aku mau bobok aja di kamar."
"Saf, ini wajib khusus semua santri."
"Aku takut, Mbak. Kamu juga tau kan dulu aku gimana gugupnya? Jantung aku sampe mau copot."
"Kenapa? Takut Daffa? Tenang, malam ini yang ngajar bukan bagian Daffa."
"Terus siapa? Ah palingan kamu bohong. Biar aku dateng ke majelis, iya, kan?"
"Safa ayo, cepetan." Mbak Mala terus menarik lengan Safa.
"Aku gak mau, Mbak. Duluan aja deh, nanti aku nyusul ke bawah. Beneran, deh."
"Beneran?"
Safa mengangguk. Mbak Mala terdiam dan terus memastikan raut wajah Safa yang tak bersemangat itu. Sedangkan mereka para santriwati lain berlarian memasuki majelis dengan penuh semangat, termasuk Mbak Ulya yang tengah berlari memasuki pintu majelis.
Mbak Ulya memang paling bersemangat dalam urusan Qiro. Karena ia satu-satunya gadis yang memiliki suara merdu di antara beberapa santri lainnya. Selain tubuhnya yang langsing, cantik, gigi gingsul dua. Ia juga punya kelebihan dalam suara. Memiliki suara perut, suara basah, sehingga suara tenggorokan. Yang belajar dalam bidang qiro pasti tahu macam-macam suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Telah Usai (Selesai)
Fiksi UmumTentang dua insan yang saling merelakan, melepaskan, menjauh, melupakan, dan pergi. Jangan lupa follow dulu dan kasih votmennya, ya... Start: 23-Juli-2022 End: 03-April-2023