Ke 5

408 41 1
                                    

"Terlambat lagi"

Ya, terlambat

Sangat terlambat untuk me—

"Ekhem"

Perempuan dengan rambut panjang yang ia kuncir setengah itu menoleh, dihadapannya berdiri seorang guru

"Pak Terda?!" Seru Carlina, wajahnya berubah pucat pasi

"Kamu ngapain di tengah jalan begini? Ngalangin jalan tau ga" Ucap Pak Terda. Carlina langsung menyingkir dari hadapan Pak Terda

"Maaf pak" Pak Terda hanya meliriknya sekilas lalu berjalan melewatinya

Saat ia rasa sudah menjauh dari posisinya berada, Carlina menghela nafas lega

"Selamat" gumam Carlina mengusap dadanya

Niatnya ingin menuju rooftop untuk menenangkan diri tapi ia urungkan saat ada seseorang yang harus dihindarinya jadi ia turun kebawah lagi

Carlina mengencangkan jaket yang ia kenakan saat melihat kantin yang begitu ramai. Yuk bisa yuk

Tak sadar jika ada sepasang mata yang melihatnya sedari tadi

"Oi!" Halilintar tersentak kaget, ia langsung berbalik

Gael berdiri menatapnya bingung

"Napa lu?" Tanya Gael, sejak tadi Halilintar tak fokus diajak ngobrol

"Gak, lu liat Taufan?" Ia ingin menemui adiknya, ada hal yang harus di bicarakan

"Terakhir gue liat dia ada di perpustakaan, tumben tumben dia rajin" Ucap Gael, anak itu jarang membaca buku tapi kali ini entah kesambet apa dia selalu membaca buku

"Ok" Halilintar pergi meninggalkan Gael yang menatapnya kebingungan

Halilintar melewati beberapa kerumunan yang melirik kearahnya

Bisik-bisikan ciwi' yang terdengar oleh telinganya yang tajam itu sangat menganggunya

'berisik banget'

Halilintar buru-buru meninggalkan gerombolan orang itu. Matanya menangkap tulisan 'perpustakaan'

Belum tangannya menarik pintu, pintunya sudah di tarik oleh seseorang dan keluar Taufan bersama temannya

"Taufan, lu gak mau ke kantin dulu?" Ucap salah seorang teman Taufan dari basket

Halilintar dan Taufan saling bertatapan, mereka terkejut. Tapi cepat-cepat Taufan merubah ekspresinya menjadi biasa

"Enggak deh, gue udah gatel megang bola ni" jawab Taufan yang memalingkan mukanya

Taufan melewatinya begitu saja tanpa menyapa. Halilintar menatap punggungnya, tak lama ia duduk di kursi yang berada dekat dengan pintu perpustakaan

Matanya terpejam, Halilintar menghela nafas berat

Dia benci jika adiknya mencoba menghindarinya, menutupi masalah kecil atau besar. Mereka itu sangat susah untuk jujur kepadanya

Apa yang kemarin itu benar?

.........

Semakin hari entah kenapa rasanya ada yang aneh dengan keduanya. Gael berjalan di koridor sekolah, dia habis dari ruangan seni melihat Ice yang sedang melukis. Terkadang ia tak percaya kalau yang melukis Ice

Balik lagi. Yang dia maksud keduanya adalah 2 sejoli itu, Halilintar dan Taufan. Ada apa dengan mereka?
Bukannya kemarin-kemarin akrab aja

[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang