Ke 23

675 55 17
                                    

Solar memandangi Taufan yang masih terbaring tak sadarkan diri. Rasa penyesalan terus menghantuinya sejak kemarin

Rasanya jadi punya banyak beban, bagaimana caranya ia menyampaikannya ya?

Hari ini ia tak sekolah, lebih tepatnya tidak mau karena permasalahan kemarin

Yang tak sekolah bukan hanya dirinya, tapi-

"Lar, sampe kapan lu mau mandangin muka Taufan? Yang ada dia gak bangun" Ucap Ice yang terbaring di sofa sambil memakan duren

"Berisik lu bang! Gue lagi mikir nih"

Ice terdiam. Tentu ia tau apa yang adiknya pikirkan, masalah kabur kemarin

Dan kenapa Solar memikirkannya sampai mukanya mengkerut sejak malam, karena dia adalah dalang idenya

Awalnya Solar hanya iseng saja meng-chat Taufan, niatnya bercanda tapi jadi beneran. Ice yang kebetulan ada di sebelah Solar di ajak olehnya. Namun saat tengah mencoba kabur lewat gerbang belakang, ketahuan oleh Gempa dan jadinya mereka kabur ber-empat dan ketahuan oleh anak buah Ubay

Tapi mereka membuat alasan, kalau pacar Solar lainnya mengirim bekal lewat pagar belakang dan mereka bertiga hanya niat membantu. Dan alasan itu di terima, karena Solar sangat di kenal playboy jadi wajar toh

Mereka pun membuat rencana lagi keesokan harinya. Solar mengusulkan untuk mereka keluar secara terpisah dan bertemu di taman yang berada dekat di rumah

Sebenarnya 'kabur' ini bukan semata karena ingin lepas dari pengawasan tapi karena ingin membahas sesuatu yang menurut Gempa (sebagai ketua OSIS) sendiri penting

Mereka pun bergerak secara sembunyi. Tapi saat Solar dan Gempa sedang menunggu lainnya, mereka mendapatkan kabar dari Ice yang masih dijalan kalau Taufan kecelakaan

Segera mereka berdua menyusul ke rumah sakit

Jadi gitu...

Ice menghela nafasnya. Ia membenarkan posisinya menjadi duduk

"Kalau gitu terus gak bakal selesai bebannya" Ucap Ice sambil mengusap rambutnya

Solar pun menatap Ice, ia justru semakin gelisah

"Pasti Bang Hali marah" Ujar Solar, ia menatap lantai

"Coba dulu ngomong ke Bang Hali, jelasin semua terus minta maaf" ujar Ice dengan tangan yang ia silang

Solar nampak ragu, jujur ia masih takut dengan yang kemarin

Ice pun menghela nafas berat

"Gue ikut kok. Karena gue juga pelaku masalah ini"

Adik bungsunya itu langsung mengangguk. Kalau sama Ice ia mau, kalau sendiri yang ada besok ia malah masuk rumah sakit sehabis menjelaskan kalau dalangnya adalah dirinya

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, menampilkan Gempa yang membawa beberapa makanan

Ice segera berdiri menghampiri Gempa dan mengambil makanan yang berada di kresek

Solar hanya diam memperhatikan keduanya. Lalu menatap ubin

"Solar?"

Ia menatap Gempa kembali dan tersenyum

"Maaf bang"

.........

"Percepat Gael, kita udah gak ada waktu lagi" Ucap Halilintar

"Sabar! Kalau enggak, lu doa minimal"

Kini mereka berada di pinggir jalan raya. Ada tukang lontong sayur dan Halilintar membelinya, tapi mungkin karena pesanannya terlalu banyak jadi sedikit lama

[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang