Kini Halilintar berada di mobilnya. Ia sedang menuju kearah apartemen, hendak mengerjakan PR yang tertinggal dengan Gael
Tiba-tiba ponsel Halilintar berdering, Hali mengerutkan keningnya. Ia tempelkan ponselnya ke telinga
"Kenapa?" Halilintar menyalakan speaker agar terdengar juga oleh Gael
"Maaf pak menganggu waktu anda, saya asep—"
"Ada laporan apa?" Potong Halilintar, ia tak suka pembukaan memperkenalkan diri dahulu
Lawan bicara Halilintar itu terdiam sejenak
"Kaca jendela di ruangan bapak pecah" Ujarnya
"Apa?!"
Gael membelalakkan matanya mendengar percakapan keduanya. Ia menepikan mobil
"Kok bisa?!" Ucap Gael, bukannya kaca ruangan Hali di desain khusus?
"Lalu saya nemu kain yang menggulung—saya gak tau isinya apa, tapi dilihat kayak pisau pak"
Halilintar dan Gael melihat satu sama lain
"Pak Asep, boleh ceritain lebih jelas?" Pinta Gael mendekatkan dirinya ke ponsel Halilintar
Ia kenal dengan Pak Asep, sering sekali ia berpapasan dengannya
Halilintar memencet spiker agar lebih terdengar
"Tadi saya lagi menuju ke ruang manejemen, ngelewatin ruang bapak tuh. Terus ada suara pecahan kaca. Keras banget Pak Gael!"
Halilintar menggepalkan tangannya. Sial, baru saja ia ingin bersantai
"Pak, saya lagi menuju ke sana. Pastiin gak ada yang tau" Titah Halilintar
"Siap pak!"
Telepon dimatikan
Mobil berputar balik, kembali menuju kantor
Setelah mereka sampai di depan pintu utama. Keduanya segera turun, Gael melemparkan kunci mobil ke penjaga
Mereka segera naik memakai lift. Wajah gelisah Gael sangat terpampang jelas, sedangkan Halilintar terlihat marah membuat suasana di dalam lift mencekam
Tak lama pintu lift terbuka. Keduanya langsung berlari keluar menuju ruang Halilintar
Saat membuka pintu, hal pertama yang dilihat adalah ruangan yang kacau balau. Pak Asep juga berada di sana membersihkan kepingan kaca
Kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota itu bolong tengahnya. Entah bagaimana Halilintar menjelaskan ini ke Amato
Gael menatap sekitar
"Pak Gael, ini benda yang tadi saya omongin" Ucap Pak Asep menyerahkan benda itu
Gael pun mengambilnya
Halilintar memperhatikan. Benar, seperti pisau namun bentuknya... aneh?
"Pak Asep, makasih ya. Bapak boleh balik" Ucap Gael. Karena bentar lagi jadwal pulang
Pak Asep mengangguk lalu keluar dari ruangan sambil membawa sapu yang ia bawa
Gael pun membuka balutan kain itu. Isinya, pisau yang runcing dengan kertas yang menempel di pisau itu
Mereka berdua bertatapan sejenak. Halilintar pun mengambil kertas yang
Ia menyalakan koreknya. Halilintar mengarahkan koreknya ke kertas, perlahan tulisan itu terlihat
"Gak kerasa bentar lagi ulang tahun kamu. Paman ada beberapa hadiah spesial, khusus untuk keponakan kesayangan paman"
Itulah isi tulisan yang terlihat
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar
Teen FictionHalilintar, anak sulung dari 5 bersaudara. Anak SMA yang beberapa bulan lagi akan lulus itu ternyata adalah seorang calon pewaris. Ia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap orang-orangnya juga keluarganya Gael, adalah teman sekaligus asistenny...