Halilintar berjalan di tepi jalan raya yang sepi. Jam menunjuk pukul 2, jadi wajar saja sepi.
Omong-omong, ia habis dari minimarket dekat kantor karena itu ia tak memakai mobil
Hari ini Halilintar berniat menghabiskan waktunya di kantor jadi ia membeli makanan dan minuman
Gael? Dia pulang duluan. Rumahnya sudah selesai di renovasi jadi mau beres-beres, artinya ia akan sendirian di kantor
Sekarang aja sendiri dengan beberapa keresek di kedua tangannya
Halilintar tak meminta pengawalnya untuk ikut karena harus menjaga kantor, takut ada penyusup
Mobil berlalu lalang melewati jalan raya yang sepi bak hatinya yang kosong—anjay
Jalan sendirian, sepi, sambil dengerin musik, beuh mantep amat ya
Omong-omong, kenapa tadi Gael nanya gaji?
Halilintar masih memikirkan masalah siang tadi. Apa ada yang mengeluh pada Gael, kalau gaji yang ia terima kurang?
Atau ada yang korupsi dibagian keuangan? Sampai gajinya dikurangi
Halilintar melamun menatap jalan
Ia harus bertanya lebih lagi ke Gael atau turun tangan untuk melihat karyawan yang berkerja
Langkahnya terhenti. Ia sudah sampai di depan kantor. Hali pun berjalan masuk
Terlihat dari kejauhan ada pria yang menghampirinya
"Selamat malam, Pak. Mau saya bantuin?" Tanya penjaga bagian malam yang bertugas
"Gak usah" Ucap Halilintar dengan tegas
Penjaga itu mengangguk
"Baik, kalau gitu saya mau lanjut keliling" Pria itu membungkuk sejenak lalu pergi
Halilintar mengangguk membiarkan orang itu pergi
Ia menatap punggung orang itu, lalu membalikkan badannya
Tangannya refleks melepas kresek dan menahan pisau yang di lempar kearah punggungnya. Ia melepaskan pisau itu
"Refleks anda bagus juga" Ucap pria itu lalu dilanjutkan dengan tawanya yang membuat kuping Halilintar sakit
Halilintar membalikkan badannya. Seorang pembunuh menyamar menjadi penjaga malam, mana tadi basa-basi dulu lagi
"Atas perintah siapa?" Tanya Halilintar menatapnya dingin
"Pak Halilintar gak perlu tau. Yang jelas anda hanya perlu diam untuk saya antar ke neraka. Hihihi"
Halilintar menatap pria itu yang bertingkah aneh
Ketawa sendiri, pipinya pink lalu dia mengelus pisaunya kayak ngelus bayi. Hih, otaknya udah miring kali ya
Pria itu berlari kearahnya sambil membawa pisau di tangannya yang siap menikam perut Hali
Halilintar diam di tempat tanpa niat menghindar. Menatap wajah konyol pembunuh itu sangat menyebalkan
Muncul beberapa orang dibalik dinding dan menyerang duluan pria itu
"Anda baik-baik saja Tuan?" Tanya pemimpin pasukan itu
Halilintar mengangguk
Mereka sedari kecil sudah menjaganya seperti Papen (Pak Efen).
Kalau tidak ada yang menjaganya, pasukan yang dibentuk Ayahnya itu akan menjaganyaJika tidak ada tugas untuk menjaga Halilintar. Pasukan itu akan beralih menjaga adik-adiknya
Bruk
Pria itu dipaksa bertekuk lutut dihadapan Halilintar dengan wajah yang sudah babakbelur. Lengannya di cengkram 2 orang dengan 2 orang lagi menggeledah tasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar
Teen FictionHalilintar, anak sulung dari 5 bersaudara. Anak SMA yang beberapa bulan lagi akan lulus itu ternyata adalah seorang calon pewaris. Ia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap orang-orangnya juga keluarganya Gael, adalah teman sekaligus asistenny...