Ke 14

248 35 2
                                    

Halilintar berjalan di tepi jalan raya yang sepi. Jam menunjuk pukul 2, jadi wajar saja sepi.

Omong-omong, ia habis dari minimarket dekat kantor karena itu ia tak memakai mobil

Hari ini Halilintar berniat menghabiskan waktunya di kantor jadi ia membeli makanan dan minuman

Gael? Dia pulang duluan. Rumahnya sudah selesai di renovasi jadi mau beres-beres, artinya ia akan sendirian di kantor

Sekarang aja sendiri dengan beberapa keresek di kedua tangannya

Halilintar tak meminta pengawalnya untuk ikut karena harus menjaga kantor, takut ada penyusup

Mobil berlalu lalang melewati jalan raya yang sepi bak hatinya yang kosong—anjay

Jalan sendirian, sepi, sambil dengerin musik, beuh mantep amat ya

Omong-omong, kenapa tadi Gael nanya gaji?

Halilintar masih memikirkan masalah siang tadi. Apa ada yang mengeluh pada Gael, kalau gaji yang ia terima kurang?

Atau ada yang korupsi dibagian keuangan? Sampai gajinya dikurangi

Halilintar melamun menatap jalan

Ia harus bertanya lebih lagi ke Gael atau turun tangan untuk melihat karyawan yang berkerja

Langkahnya terhenti. Ia sudah sampai di depan kantor. Hali pun berjalan masuk

Terlihat dari kejauhan ada pria yang menghampirinya

"Selamat malam, Pak. Mau saya bantuin?" Tanya penjaga bagian malam yang bertugas

"Gak usah" Ucap Halilintar dengan tegas

Penjaga itu mengangguk

"Baik, kalau gitu saya mau lanjut keliling" Pria itu membungkuk sejenak lalu pergi

Halilintar mengangguk membiarkan orang itu pergi

Ia menatap punggung orang itu, lalu membalikkan badannya 

Tangannya refleks melepas kresek  dan menahan pisau yang di lempar kearah punggungnya. Ia melepaskan pisau itu 

"Refleks anda bagus juga" Ucap pria itu lalu dilanjutkan dengan tawanya yang membuat kuping Halilintar sakit

Halilintar membalikkan badannya. Seorang pembunuh menyamar menjadi penjaga malam, mana tadi basa-basi dulu lagi

"Atas perintah siapa?" Tanya Halilintar menatapnya dingin

"Pak Halilintar gak perlu tau. Yang jelas anda hanya perlu diam untuk saya antar ke neraka. Hihihi"

Halilintar menatap pria itu yang bertingkah aneh

Ketawa sendiri, pipinya pink lalu dia mengelus pisaunya kayak ngelus bayi. Hih, otaknya udah miring kali ya

Pria itu berlari kearahnya sambil membawa pisau di tangannya yang siap menikam perut Hali

Halilintar diam di tempat tanpa niat menghindar. Menatap wajah konyol pembunuh itu sangat menyebalkan

Muncul beberapa orang dibalik dinding dan menyerang duluan pria itu

"Anda baik-baik saja Tuan?" Tanya pemimpin pasukan itu

Halilintar mengangguk

Mereka sedari kecil sudah menjaganya seperti Papen (Pak Efen).
Kalau tidak ada yang menjaganya, pasukan yang dibentuk Ayahnya itu akan menjaganya

Jika tidak ada tugas untuk menjaga Halilintar. Pasukan itu akan beralih menjaga adik-adiknya

Bruk

Pria itu dipaksa bertekuk lutut dihadapan Halilintar dengan wajah yang sudah babakbelur. Lengannya di cengkram 2 orang dengan 2 orang lagi menggeledah tasnya

[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang