Ke 15

294 40 3
                                    

Halilintar berjalan menuju ruang
lukis yang berdekatan dengan kamar Ice

Awalnya sih dia mau nyamper ke ruang lukis di sekolah tapi kata teman sebangkunya Ice, dia tidak ada. Jadi dia berniat bertemu Ice di rumah 

Tangannya mengetuk pintu 3 kali

Lalu pintu terbuka setengah, terlihat Ice mengenakan celemek dengan celana hitam. Juga tangannya yang kena cat

"Bang, gue bilang—"

Ice terdiam seketika saat sadar yang dihadapannya siapa

"Bang Hali? Ngapain?" Tanya Ice yang sedikit terkejut dengan kehadiran Hali

Halilintar menatapnya

Keadaan Ice benar-benar buruk. Wajahnya kusut, kantong matanya menebal, bibirnya pucat. 

"Lagi apa?"

Ice mempersilahkan dia masuk dan menunjukkan lukisannya yang baru setengah di warnai

"Baru setengah, kayaknya besok selesai" Ucap Ice menatap lukisannya. Ia mengusap bagian yang sudah kering

Halilintar memandangi lukisan Ice yang berukuran sebesar papan tulis sekolah

Bunga dengan kelopak besar, memiliki warna yang bagus, namun ada seseorang yang hanya nampak punggungnya. Pria itu memegangi tangkai bunga yang menghalangi jalannya, seperti tengah mencari sesuatu

"Dat ben jij?" Gumam Halilintar

Ice tersentak lalu memalingkan wajahnya

Halilintar menatap kearahnya dengan tatapan bingung

"?"

"Jadi, ngapain Abang ke sini?" Tanya Ice, mengalihkan pembicaraan

Halilintar selalu sibuk sampai jarang menemuinya. Ketemu pun di sekolah atau makan malam (kalau gak lembur)

"Cuman liat"

Halilintar duduk di kursi yang tak jauh dari lukisan Ice

"Jangan peduliin, lanjutin aja" jawab Halilintar dengan wajah datar khasnya

Ice duduk di kursinya. Ia melanjutkan lukisnya. Ice mulai mencampurkan beberapa warna dan mewarnai canvas putih itu

'dia sudah berkembang'

Halilintar melihat dengan seksama

Lalu beberapa jam kemudian terlewati dan Halilintar masih setia duduk di kursinya. Ice sebenarnya tak mempermasalahkan tapi hawanya jadi gak enak

Dengan keringat bercucuran dan konsentrasinya terganggu, Ice tetap melanjutkan kegiatannya

Tiba-tiba tangannya terhenti. Membuat Halilintar menatapnya bingung

Ice terdiam melihat warna di canvas lalu ia beralih melihat catnya

Halilintar pun bangun dari duduknya

"Masih gak tau cara nyampurin?" Ucap Halilintar membuat Ice terkejut hingga kuas yang dipegangnya terjatuh

"Em..."

Ice menghindari tatapan Halilintar. Si gledek cuman diam, ia mengambil palet dan kuas Ice

Halilintar mulai mencapur warna

Ice mengerutkan dahinya saat Halilintar hendak mengambil cat warna

"Bang bukannya warna—"

Halilintar pun menyodongkan palet

"Coba dulu"

Ice pun mengambil kuasnya dan mengambil warna yang sudah dicampurkan

Saat warna itu mengenai canvas. Ice menatap kagum

[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang