Langit gelap dihiasi petir yang bergemuruh, suara hujan deras yang mengenai tanah membuat becek
Langkah kaki dan deru nafas yang memburu. Air mata yang terus mengalir membasahi pipinya
"Dimana dia?"
Anak itu bersembunyi di balik bangunan kosong
"Buat apa kita menangkap 'cadangannya' itu? Kenapa tidak dibunuh saja?"
"Entah, tapi yang paling penting adalah menangkap pewaris pertama itu. Mungkin Tuan juga akan membunuhnya"
"Jangan banyak omong! Segera tangkap atau kita akan dipecat"
Dasar manusia jahat!
Saat ia rasa mereka sudah cukup jauh, anak itu keluar dari tempat persembunyiannya. Namun ternyata langit sedang tak berpihak padanya
"Itu dia!"
"Cepat tangkap!!" Seru laki-laki itu dari arah belakangnya
Anak itu hanya dapat berlari, menangis. Ia harus segera pulang dan memberitahu orang tuanya
Namun karena terlalu fokus dengan pikirannya, ia tak melihat batu yang membuatnya jatuh
Orang-orang itu mendekatinya sambil membawa senjata sebagai ancaman
"Ikut denganku atau saudaramu mati!" Ancam laki-laki itu yang mendekatinya
"Jangan berani sentuh dia! Br*ngs*k!!" Balas Anak kecil itu. Ia menatap tajam
"Dasar kau! Mati—"
Sebelum ia menusuk sang pewaris, nyawanya sudah pergi duluan. Tiba-tiba sorot lampu menyala dari arah belakang anak itu membuat orang-orang itu pergi, namun pada akhirnya tertangkap
"Halilintar!" Panggil seorang wanita yang menghampirinya. Ia memeluk anak sulungnya
"Kamu kemana aja?! Kamu baik-baik aja kan?!"
Halilintar mengangguk dengan terbata-bata. Ia takut
Bunda memeluknya erat, lalu Amato datang. Ia melihat sekitar
"Dimana Taufan?" Tanya Amato
Halilintar melepas pelukannya Bunda lalu kepalanya menunduk
"Maafin Hali, Ayah..." Gumamnya
Amato terdiam lalu menatap Ubay. Pria itu mengangguk
"Cepat temukan Tuan muda Taufan SEGERA!!" Seru Ubay pada anak buahnya
Halilintar menangis dalam diam. Pak Efen menghampirinya, menyelimutinya dengan handuk dan membawanya kedalam mobil
Ia tadi berhasil lolos namun tidak dengan Taufan yang tertangkap. Taufan bilang padanya untuk lari, tentu saja Halilintar tak mau meninggalkannya seorang. Kembar harus bersama!
Tapi Taufan bersikeras kalau ia harus 'kabur duluan dan memberi tau Bunda, lagipula ia tak akan kenapa-napa karena hanya cadangan'
Tak ada pilihan lain karena sebelum Hali menyelamatkannya, Taufan sudah dibawa ke mobil penculik itu
"Tuan Halilintar, jangan khawatir. Tuan Taufan akan segera ketemu oleh Ubay" Ucap pak Efen dengan senyuman khasnya
Tak lama setelah itu Taufan di temukan dengan kondisi pingsan. Ada luka besar di tangannya. Halilintar segera membuka pintu mobilnya dan berlari kearah adiknya
"Ufan!" Teriak Hali yang berusaha meraih tangan Taufan
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS!] Si Pertama || Halilintar
Fiksi RemajaHalilintar, anak sulung dari 5 bersaudara. Anak SMA yang beberapa bulan lagi akan lulus itu ternyata adalah seorang calon pewaris. Ia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap orang-orangnya juga keluarganya Gael, adalah teman sekaligus asistenny...