Malam hari dikamar seorang gadis cantik memiliki kulit putih yang mulus, bulu mata lentik, bibir merah alami, hidung kecil namun sedikit mancung, rambut panjang sepunggung ia biarkan terurai terbawa angin. Gadis dengan bola mata hitam itu menatap langit dari balkon kamar nya.
Luna menatap langit dengan sorot teduh nya melihat kerlap kerlip bintang dilangit sana, ingin rasa nya luna menjadi salah satu bintang itu menaburi indah nya langit dengan cahaya kecil kecil yang bertaburan lalu hilang disaat ada awan gelap berlindung dari awan hitam.
Luna melihat bintang yang paling terang dan besar ukuran nya dari yang lain.
"Itu pasti mama. Mama disana gimana? Luna disini baik baik aja Papa juga baik tapi Papa selalu pulang malem. Papa kadang lupa makan, lupa istirahat kerja terus padahal kan Papa bukan robot yang bisa sakit"
"Kak Felix juga sama. Sibuk kuliah sampe lupa pulang. Luna nggak mau Papa sama kak Felix sakit karna nggak mikirin badan mereka. Mah kalo mama mampir ke mimpi nya Papa dan kak Felix marain aja mereka, bandel si" Luna mendongak bintang yang tadi nya bersinar paling terang kini mulai redup dan sedikit hilang
Menahan sesak didada nya mencoba memukul mukul berharap rasa sesak yang hinggap dihati nya menghilang. "Mah Luna kangen"
"Luna cape... Luna sakit. Luna mau sama mama. Disana pasti indah banget ya sampe mama lebih milih pergi ninggalin Luna disini sendirian"
Memejamkan mata menikmati angin malam yang menerpa wajah nya, udara yang dingin menusuk kulit ia biarkan wajah nya yang sedikit pucat karna terlalu lama dibalkon kamar Luna hiraukan. Ia lebih suka malam dengan suasana tenang.
"Ma.... Tunggu Luna disana" kalimat terakhir yang Luna ucapkan dengan lirih begitu juga dengan bintang nya yang ikut menghilang.
Luna berjalan masuk ke kamar nya tidak lupa menutup pintu balkon lalu menutup tirai nya.
Berniat untuk tidur baru akan menaiki kasur terdengar suara mesin mobil yang dimatikan. Luna melirik jam, 22.30. arti nya Papa nya baru pulang jam setengah sebelas. Menghela nafas ini bukan yang pertama Papa nya pulang selarut ini bahkan biasa nya Papa nya tidak pulang hanya untuk melampiaskan semua nya.
Membuka pintu kamar berniat menemui Dika. Bisa dilihat dari atas, Dika berjalan sempoyongan dengan jas yang sudah terselampirkan dipundak, dasi yang tidak serapi biasa nya, kemeja yang digulung sampai siku lalu ditambah rambut yang acak acakan.
Luna berjalan cepat menuruni tangga menghampiri Dika.
"Pa" lirih Luna ketika sudah dihadapan sang Papa. Bau alkohol yang sangat menyengat bahkan dari jarak yang sedikit jauh tapi lupa masih bisa mencium bau alkohol.
Papa mabuk. Batin Luna
"Pa" panggil Luna
Dika menoleh. Dilihat nya Luna yang sedang menatap nya dengan pandangan khawatir tapi Dika tidak peduli yang ia rasakan saat ini hanya lah pusing.
Luna berjalan mendekat mencoba menuntun Dika untuk duduk dikursi tapi sebelum tangan nya menyentuh Dika lebih dulu menyentak kasar lalu mendorong Luna, pelan tapi berhasil membuat Luna sedikit mundur.
"Papa mabuk" ucap Luna masih mwncoba membantu Dika agar tidak kembali sempoyongan
"Ck! Lepas!!" Sentak Dika.
"Saya tidak butuh bantuan orang yang sudah membunuh istri saya" ucap Dika dengan memburu
"Pa, papa mabuk" ulang Luna
"SAYA BILANG LEPAS YA LEPAS!" Bentak Dika
"Kenapa tidak kamu aja yang mati! Kenapa harus istri saya yang kamu bunuh!!!" Racau Dika dengan menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANA
Teen Fiction[ Biasakan follow sebelum membaca ] ***** Dipatahkan oleh keadaan, disembuhkan dengan cinta, dan kembali dihancurkan dengan luka ~~~ Seorang gadis manis, yang rela bertahan dengan segala perbuatan kasar dari papa nya dan dibenci oleh kakak nya. Mam...