16

45 1 0
                                    

Suara roda yang berjalan cepat dari brangkar memasuki ruangan gawat darurat. Pintu ruangan langsung tertutup rapat hingga orang luar tidak bisa masuk. Didalam sana dokter dan suster tengah sibuk menyelamatkan nyawa seseorang.

Bi inah menunggu diluar dengan takut takut. Takut terjadi hal buruk pada nona nya. Dalam hati bi inah terus berdoa untuk Luna yang tengah berjuang didalam sana.

Sedangkan mang Nurdin mengurus administrasi diresepsionis.

"Non harus bertahan" ucap nya dengan berdoa

"Bibi teh tau non kuat" melihat pintu yang masih tertutup dan belum ada tanda tanda akan terbuka.

"Bi!" Panggil Arin. Langkah kaki yang tergesa dengan nafas yang memburu Arin mendekati bi inah

"Gimana kondisi luna bi?"

Sebelum nya bi inah sempat memberitahu Arin tentang Luna yang baru saja kembali dipukul oleh Dika dan sedang menuju rumah sakit. Arin yang mendapat telepon dari bi inah langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat sahabat nya.

"Masih didalam non"

Arin segera memeluk bi inah. Orang yang sudah dianggap sebagai ibu oleh Sabahat nya itu. Menangis tidak kuat melihat sahabat nya yang terus menerima rasa sakit, baik mental maupun fisik.

"Bi Arin takut. Luna udah banyak terima rasa sakit nya Arin takut Luna bakal menyerah"

Bi inah membalas pelukan Arin. Arin adalah sahabat nona muda nya jadi Arin juga dekat dengan nya. Mengelus punggung Arin menenangkan gadis tersebut.

"Bibi yakin non Luna teh pasti kuat lewatin semua nya"

"Tapi kali ini si Dika Dika itu kelewatan bi! Luna itu darah daging nya. Dia tega sama anak kandung nya sendiri, segitu pengen nya dia buat Luna mati!"

"Husss! Nggak boleh gitu"

Baru akan membuka mulut nya suara pintu yang terbuka menampilkan dokter yang menangani Luna, Arin dan bi inah segera menghampiri.

"Dok gimana keadaan sahabat saya?" Tanya Arin

"Apakah Luna baru saja mendapat kekerasan atau semacam nya?" Tanya dokter Siska. Dokter yang biasa merawat Luna

Arin dan bi inah saling pandang lalu Arin mengangguk. Dokter siska menghela nafas.

"Kondisi nya buruk, jika saja kalian terlambat membawa Luna kesini kita tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Dan saya perlu bicara dengan kalian tapi diruangan saya"

Bi inah sempat kaget, ia tidak menyangka akan seburuk itu. Sama hal nya dengan Arin ia menerawang jauh jika Luna benar-benar terlambat ditangani ia sudah tidak tahu lagi.

Arin dan bi inah mengangguk mengikuti sang dokter keruangan nya.

"Kenapa dengan sahabat saya dok?" Tanya Arin setelah tiba diruangan dokter siska

"Karna kondisi luna yang terus memburuk ditambah mendapat kekerasan fisik penyakit luna semakin parah. Leukimia yang diderita luna sekarang sudah stadium tiga dan itu berdampak pada tubuh Luna yang membuat nya semakin lemah" jelas dokter siska

Sebenarnya dokter siska sudah menyarankan Luna untuk berobat diluar negeri karna fasilitas disana pasti lebih canggih dan terjamin walaupun tidak sepenuhnya sembuh tapi bisa memperlambat penyebaran kanker agar tidak semakin parah.

Kanker adalah penyakit ganas tidak banyak orang terkena penyakit tersebut namun tidak banyak juga yang berhasil sembuh dari penyakit ganas tersebut jika tidak ditangani dengan benar dan kemauan sembuh dari orang yang diderita nya.

ALGANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang