Part 16

5.9K 608 12
                                    

Aku terduduk lesu di pinggiran taman sambil memandangi Luke yang tengah bermain basket. Kedua bola mataku memang tertuju kesana. Namun pikiranku melayang entah kemana. Sedikitpun aku tidak bisa mencoba untuk fokus.

Sementara aku membiarkan Grace yang masih mengoceh tentang—entah apa itu. Bibirnya terus saja bergerak ketika sekilas kulirik. Sedetikpun dia tidak mau berhenti.

"Hei!" sentaknya. "Apa kau mendengarku?"

"Maaf. Aku sedang melamun tadi. Kau bicara apa?"

Jujur aku tidak semangat melakukan aktivitas apapun hari ini. Kejadian malam itu benar-benar membuatku berantakan. Tapi aku berusaha tidak mengecewakan Grace.

Ia mendengus pelan. Kemudian menolehkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. "Lupakan."

"Grace, maafkan aku. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya sedang tidak enak badan." Kubuat suaraku agar terdengar benar-benar tidak enak badan. Aku hanya takut Grace akan marah padaku.

"Hei, aku tidak apa. Sepertinya kau memang butuh istirahat. Memangnya, apa saja yang kau lakukan dengan kakakmu hingga kau seperti ini, hah?" candanya kembali membuat senyum di bibirku muncul. Apalagi ketika mengingat kembali pelukannya yang sangat nyaman itu.

"Tidak ada. Bahkan akhir-akhir ini kami jarang bertemu."

"Yea. Aku tahu dia artis papan atas." Ia menarik nafasnya. "Hei, apa kau mau pergi keluar malam ini?"

"Kemana?" tanyaku sedikit hati-hati.

"Serahkan padaku."

*

Aku masih terduduk penuh diam di bangku penumpang. Seperti janjinya, Grace benar-benar mengajakku keluar malam ini. Tentu saja Luke ikut bersama kami. Wajahnya sarat dengan kebahagiaan yang entah karena apa. Tak lama kemudian, Luke yang menyetir, membelokkan mobil yang kami tumpangi ke sebuah pertigaan. Tepat beberapa meter berikutnya, Luke menghentikan mobilnya.

Ini pertama kalinya aku keluar malam bersama dengan temanku. Aku harus sedikit waspada karena aku tidak tahu apa-apa di sini. Benar saja. Ketika aku keluar yang kudapati hanyalah sebuah pub dengan nama 'Dirty Martini' terpampang jelas di depannya.

Oh Tuhan! Membacanya saja sudah membuatku mual. Apalagi memasukinya.

"Kau mau tetap duduk disini sampai tahun depan, tuan putri?" Grace menolehkan tubuhnya ke arahku dan aku segera mengikutinya yang sudah beranjak keluar.

Dengan langkah yang sedikit ragu, aku berjalan bersama mereka. Tuhan! Ini sebuah pub dan aku tidak yakin aku akan menyukai tempat ini. Rasanya jantungku berdegup lebih kencang ketika nama 'Harry' muncul di kepalaku. Semua nasihatnya pun ikut campur dan membuatku semakin ragu dengan langkahku selanjutnya.

"Ayo Millie!" Grace menarik tanganku agar masuk lebih jauh ke dalam.

Ini gila! Baru saja aku menginjakkan kakiku di sini dan tiba-tiba perasaan takut itu semakin meningkat. Ditambah lagi aroma minuman beralkoholyang menusuk hidungku. Aku memang pernah datang ke sebuah pesta dengan banyak minuman. Tapi mengunjungi sebuah pub? Jangan bermimpi. Dad bisa saja membunuhku.

"Kita duduk di sana." Mataku mengikuti kemana jari Luke tertuju. Dan dengan cepat, Grace membawaku ke tempat yang Luke usulkan.

Kami duduk tepat di depan bar kecil dan Luke langsung mengambil alih semuanya. Ia memesan tiga minuman yang bahkan aku tidak bisa mendengar namanya. Suara musik menggema terlalu kencang di telingaku. Menusuk-nusuk gendang telingaku yang sebentar lagi bisa pecah.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang