Part 2

8.8K 761 62
                                    

Hari ini aku berniat untuk berbicara pada Dad tentang usulan Oliver. Aku mencari Dad yang ternyata sedang membaca koran di halaman belakang. Dad terlihat sangat serius sambil membalik-balik halaman koran yang digenggamnya. Anne juga sedang duduk di sampingnya.

"Dad?"

"Ya?" Dad menoleh padaku.

"Boleh aku berbicara?"

"Tentu." jawab Dad sambil melipat kembali korannya.

"Apa ini privasi?" tiba-tiba Anne bertanya padaku dan aku langsung menggeleng dengan cepat.

"Tidak Mom." ucapku jujur. "Aku hanya ingin membicarakan tentang universitasku nanti."

Anne terlihat sangat antusias. "Kau sudah menentukannya, sayang?"

"Dimana? Dad sangat penasaran."

Aku kembali mengumpulkan semua keberanianku untuk ini. Semoga Dad akan menyetujui ini. Hanya University of London lah yang mampu menarik perhatianku.

"Tapi ini hanya usul. Tidak masalah jika Dad tidak setuju."

"Baiklah, Dad akan mendengarkan?" Dad mengubah posisi duduknya agar lebih nyaman.

"University of London." ucapku sedikit memelankan suaraku.

Dad dan Anne terdiam setelah mendengarnya. Sepatah kata pun tidak keluar dari mulut mereka. Ini membuatku sangat khawatir. Semoga mereka tidak keberatan dengan usulku.

"London?" tanya Anne memecahkan keheningan di antara kami. Aku menatap Anne dan hanya sanggup mengangguk satu kali. Lalu pandanganku kembali tertuju pada Dad yang masih terlihat sedang menimbang-nimbang pilihanku.

"Harus sejauh itu kah?" Dad bertanya padaku dengan pandangan yang sulit ditebak.

Sungguh aku sudah kehabisan kata-kata. Jika aku menjawab 'iya', berarti aku setuju bahwa itu terlalu jauh dan itu berarti aku masih sedikit ragu. Dan jika aku menjawab 'tidak', tetapi London memang jauh dari Australia. Sekarang aku benar-benar merasa terhimpit.

"Oliver juga berkuliah disana." tambahku untuk meyakinkan mereka.

"Jadi Oliver lah yang telah penghasutmu?"Dad menyipitkan matanya padaku. Membuatku menggigit bibirku gelisah.

"T..tidak. Aku sangat ingin berkuliah di sana dan aku juga merindukan Ingrris." ucapku memelas.

"Lalu kau akan mengambil jurusan apa nantinya?" tanya Anne padaku yang terdengar sedikit tertarik.

"Mungkin Sastra Inggris." kuusahan suaraku agar terdengar sangat semangat. Semoga bisa mendorong nurani mereka.

"Tidak jika sejauh itu. Australia masih memiliki banyak universitas yang lebih bagus dari itu." keputusan Dad seketika mematahkan harapanku.

"Sayang?" ucap Mom Anne yang mengelus lengan Dad.

"Tidak." jawab Dad singkat lalu kembali membuka koran yang tadi ia lipat.

Anne menunjukkan wajah prihatinnya padaku dan aku membalasnya dengan sedikit ulasan senyum dari bibir kecilku. Harapanku sudah pupus. Jika sekali saja Dad berkata 'tidak', maka itu berarti tidak untuk selamanya. Aku sudah sering menghasutnya dan usahaku selalu gagal. Jadi aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan meratapi hari-hariku yang akan selalu membosankan di Australia.

Hingga sore harinya saat aku turun ke ruang bawah dan Gemma sudah terlihat dengan warna rambut barunya. Entah aku harus menyebut warna rambut barunya dengan apa. Mungkin merah muda yang sangat muda.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang