Part 35

4.2K 518 77
                                    


Mata dan kakiku sibuk mengitari pusat perbelanjaan yang terhitung sangat megah di London. Meskipun jaraknya cukup jauh dari flatku, setidaknya itu sepadan dengan apa yang kudapat saat ini. Toko pakaian, sepatu, salon, juga restoran berteriak-teriak untuk dikunjungi sedari tadi. Tapi, tak apa kan menikmati pemandangannya dulu.

Senyumku merekah ketika menemukan sepasang kekasih yang berjalan dengan bergandengan tangan. Aku memang sangat sering melihatnya di manapun. Namun, kali ini terasa begitu berbeda. Aku ingin sekali merasakan hal seperti itu juga.

Lamunanku terhenti ketika iPhone yang kusimpan di saku jeansku bergetar. Dengan sekali gerakan aku segera mengambil dan mendapati satu pesan yang masuk. Kuanggap pesan itu adalah kado terindahku siang ini.


From : Harry

Tidak ingin menjemputku di bandara? Aku menunggumu x.


Tanpa melirik tempat lain, aku segera memutar tubuhku dan berjalan menuju pintu keluar pusat perbelanjaan. Dengan senyum yang sangat merekah, aku menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat. Sepertinya keuntungan berada di pihakku hari ini.


To : Harry

Yeah captain! X.


Tuhan memang adil. Pagi tadi aku pergi ke gereja dengan hati yang bersih seperti bayi kecil dan sekarang memberiku hadiah yang luar biasa. Sungguh aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Aku sangat ingin berteriak, tapi sopir taksi ini bisa saja menendangku keluar.

Entah kenapa waktu menuju bandara terasa sangat cepat. Aku segera membayar taksiku dan melangkahkan kaki aktifku dengan lebar. Sambil membayangkan betapa menawannya wajah kakakku yang sangat kurindukan.

Aku berhenti di barisan kursi tunggu dan mengamati dengan seksama. Mencari pria keriting dengan mata hijaunya yang bagaikan Firdaus dunia.Bodohnya aku! Kenapa aku tidak menghubunginya saja?

"Millie!" aku menoleh pada suara yang menghentikan gerakanku.

"Harry!"

Ia melambaikan tangannya padaku dengan tas besarnya serta rambut panjangnya yang menggemaskan. Senyumnya yang sangat kurindukan terulas bagaikan lengkungan paling indah di dunia. Ia berlari seperti orang yang kewalahan. Batinku menyuruh kakiku untuk berlari menjemputnya. Aku sudah tidak sabar dan tidak seharusnya berdiam diri.

Aku menabrakkan diriku ke dadanya yang bidang dan meraih tubuhnya yang memelukku erat. Nafasnya terdengar berat karena jarak lari yang baru ia tempuh. Aroma mint dan maskulinnya bercampur masuk ke dalam hidungku. Aku suka itu.

Ya Tuhan! Tidak kusadari mataku yang memanas menjatuhkan bulir-bulir air ke pipiku. Aku menangis, tapi karena bahagia bisa memeluknya kembali.

"Aku merindukanmu." Suaranya serak ketika ia melepaskan pelukannya dan menatapku yang sedang menangis.

"Aku juga merindukanmu."

Harry mengusap air mataku dengan ibu jarinya. Membuatku tidak berani menatap matanya sedikitpun. Aku takut ia akan berpikir aku berlebihan.

"Kenapa menangis?"

"Tidak tahu." Jawabku dengan campuran tawa dan tangisan.

Aku hanya berani meliriknya dari balik bulu mataku. Sungguh aku memang merindukannya. Mungkin perasaan itu sangat kuat karena Harry satu-satunya keluarga dekat yang kumiliki di London.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang