Part 8

7.7K 664 18
                                    

Pikiranku tentang Harry terhenti karena suara klakson bus yang akan membawaku menuju kampus. Aku segera berdiri dan masuk ke dalam bus merah khas kota London itu. Dengan sengaja, aku memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Pandanganku menyapu seluruh bus ini yang mayoritas berisi dengan anak muda dan pekerja kantoran.

Perjalanan dari apartemen menuju kampus terasa lebih cepat. Mungkin karena aku menikmatinya. Apalagi ini hari pertama aku resmi menjadi mahasiswi University of London.

Kulangkahkan kakiku dengan mantap menuju gerbang kampus. Seseorang yang sudah tidak asing lagi bersender ke tembok yang ada di belakangnya. Tangan kanannya sengaja menenteng tas punggungnya yang tidak dipakai.

"Hai Miss Sweater?"

Aku ikut tersenyum saat menyadari aku memakai sweater hangatku lagi pagi ini. "Hai Mister Pierce?" Luke memajukan bibir bawahnya ke depan. Menunjukkan tindik hitam di bibirnya.

"Kau terlihat berbeda pagi ini. Apa kau gugup dengan hari pertamamu?" tebak Luke yang kini sudah tidak bersender lagi.

Aku menggeleng cepat. Berusaha menutupi kegelisahanku karena Harry.

"Tidak. Kau ini sok tahu. Ayo masuk!" ajakku pada Luke yang langsung menyetarakan langkahnya denganku.

"Um, memangnya kau mengambil jurusan apa? Bodohnya aku karena belum sempat menanyakan ini padamu."

"Aku mengambli Sastra Inggris. Kau sendiri?"

"Musik. Sangat menarik, kan?" Aku tertawa karena alis yang ia mainkan.

Kami masih berjalan melalu lorong-lorong yang terkena sinar dari luar. Mataku mengamati peta ruangan yang sedang kugenggam.

"Kau tahu dimana kelasmu?" tanya Luke yang membuat pengamatanku terhenti.

"Tidak." Aku meringis pada Luke.

Luke berdecak sambil merebut peta ruangan yang kugenggam. "Millie, kau tahu ini dimana?"

"Tidak."

"Di depan sana, nona. Lain kali, bertanyalah jika kau tidak tahu." Luke mengangkat tangan kanannya lalu menunjuk sebuah ruang kelas yang tidak jauh dari kami.

Tiba-tiba aku jadi ingat Oliver. Kenapa aku belum bertemu dengannya. Padahal kan dia bilang sudah diterima di kampus ini. Jangan-jangan dia membohongiku.

"Hei!" ucap Luke yang menyadarkanku bahwa dia ada di sini.

"Ada apa?"

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

"Tidak."

"Ruang kelasku berada di sana, nona." Luke memiringkan kepalanya ke kanan. "Jadi, sampai ketemu lagi."

Kuanggukan kepalaku mengerti. "Baiklah. Terimakasih lagi atas bantuannya."

Luke berjalan ke lorong menuju ruang kelasnya tanpa menjawab pertanyaanku. Seperti biasa, ia berhenti lagi secara tiba-tiba. Lagi-lagi, aku sedang menatap kepergiannya. "Hei, aku masih merasa tersindir dengan yang kemarin. Kau harus meminta maaf padaku."

"Apa?" pekikku tidak mengerti. "Baiklah. Maafkan aku." Ucapku sedikit berteriak padanya yang sudah lumayan jauh dariku.

"Cukup datang ke kantin siang ini dan makanlah bersamaku!" Luke memutar tumitnya membelakangiku sebelum aku menjawab tawaran darinya.

***

Kelas pertamaku berjalan dengan lancar. Semua teman baruku terlihat sangat bersahabat. Saat berjalan keluar dari ruang kelas, aku teringat tentang perintah Luke tadi pagi. Aku pun memilih pergi ke kantin untuk menebus kesalahanku kemarin.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang