Part 67

1.5K 144 10
                                    


Semenjak Niall menghabiskan waktu begitu lama untuk mengganti pakaiannya, aku terpaksa menunggunya di luar kamar Harry sambil menirukan suara bergeraknya jarum jam. Sesekali dia berteriak jengkel dari dalam karena merasa tertekan dengan suara yang kubuat. Entah pakaian apa yang ingin dia kenakan hingga membutuhkan waktu selama itu.

Aku berdiri tegap ketika suara pintu di belakangku terbuka. Menunjukkan Niall dengan senyuman lebarnya. Kedua alisnya terangkat, membuat matanya terlihat lebih bulat.

"Hei." Bisiknya di telingaku.

"Kau sudah selesai berdandan, nona?" godaku yang masih belum tahu pasti pakaian yang Niall kenakan karena dia hanya menampakkan bagian lehernya ke atas.

"Aku tidak tahu jika kau menungguku." Niall mengangkat bahunya, melangkahkan kakiknya keluar kamar. "Maaf, aku tadi sekaligus mengemasi pakaianku."

"Kau mau kemana?"

Niall terkekeh, "Pergi ke dapur untuk makan dengan keluargamu. Aku lapar."

"Niall." Aku memukul bahunya. "Aku serius."

Aku menatapnya dengan satu alisku yang terangkat. Mencoba membaca isi kepala Niall melalui mata birunya yang terlihat sebiru air samudra yang dalam.

"Bagaimana jika kita makan malam dulu lalu aku akan menjelaskannya padamu." Dia mendekat dan meletakkan tangan kanannya di kepalaku, mengelusnya seperti seorang kakak yang membujuk adiknya. "Oke?"

"Tidak oke." Niall terkekeh. "Tapi kau janji?"

"Yeah."

Niall menggenggam tanganku ketika kami berjalan menuju dapur. Namun, setelah kami hampir sampai dia melepaskan genggamannya. Seketika perasaan nyaman melayang di udara dan tergantikan oleh kerinduan dari genggamannya. Memang terdengar berlebihan, tapi ketika dia menggenggam tanganku rasanya seperti Niall benar-benar tidak ingin kehilangan aku.

"Hei, maaf kami makan dulu karena kalian membutuhkan waktu berabad-abad untuk muncul." Gemma memberikan tatapan meminta maaf dan aku hanya mengangguk.

"Tidak terkejut." Gumam Harry ketika aku menarik kursi di sampingnya. Jujur saja, aku tidak akan membiarkan Niall duduk di sampingnya. Entah apakah ini hanya perasaanku tapi Harry bertingkah seperti tidak peduli pada Niall.

"Seperti kau tidak tahu seberapa lama wanita menggambari wajahnya." Niall memutar kedua bola matanya sebelum aku sempat menyangkal kebohongannya. Membuat Anne dan Gemma tertawa. "Mungkin hanya butuh lima menit jika aku yang melakukannya."

"Benarkah?" tanya Anne yang terlihat tertarik dengan candaan Niall.

"Yup. Kau bisa mengujiku." Niall memiringkan kepalanya seperti menantang Anne. "Kau ingin aku menggambar sesuatu di alismu?"

Kali ini kami tertawa lagi, kecuali Harry. Pastinya.

Sekilas kekecewaan muncul ketika dad lagi-lagi tidak berada di antara kami. Aku khawatir dengan kesehatannya karena dia selalu pulang malam akhir-akhir ini. Anne juga sudah memberitahuku jika dad sudah seperti ini semenjak dua bulan yang lalu.

Aku menoleh Harry yang sudah selesai dengan makanannya meskipun masih terdapat sisa di piringnya. Tubuhnya disenderkan ke punggung kursi dan tidak tergambar jelas ekpresi di wajahnya. Bibirnya mengatup rapat dan tangannya memainkan sendok di piringnya.

Mulutku terbuka hendak memulai percakapan dengannya tapi terhenti ketika Anne berdeham pelan sebelum berbicara.

"Niall." Aku menatap mata Anne yang tertuju pada Niall. Matanya yang indah menurun tepat pada kedua anaknya.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang