Part 53

2.7K 268 52
                                    


Harry's POV

"Kau bercanda, Styles?"

"Tidak, Liam. Momku benar-benar hamil."

"Kau seharusnya bahagia. Sangat aneh jika kau terlihat resah seperti itu. Jika aku jadi dirimu, aku pasti terharu mengetahuinya."

"Kita berbeda, Li." Kuputar kedua bola mataku pada nasehat kuno dari Liam.

Awalnya dengan senang hati aku menemani Liam bermain video game di flat besar kami. Rencana utamaku adalah meminta saran darinya tapi yang kudapat hanyalah respon yang sama seperti Millie.

"Oh ya," Liam menggaruk kepalanya. "aku memang belum pernah mempunyai adik, eh...tidak, aku tidak menginginkannya."

Kujatuhkan tubuhku dengan malas ke lantai. Tanganku memang masih nyaman dengan konsol di tanganku tapi aku tidak bisa fokus memainkan permainan sepak bola sialan ini.

"Bukannya aku aku tidak menyukainya, tapi aku merasakan sesuatu yang aneh..." kuletakkan konsol game di sampingku.

"Hei, kenapa kau berhenti?"

"Aku sedang malas, Liam." Kutatap langit-langit flat ini sambil memikirkan apa yang sebenarnya terjadi denganku.

"Baiklah. Aku akan menghentikan permainan ini dan kau bisa bercerita padaku apapun yag sedang kau pikirkan."

"Itulah tujuanku datang kemari." Aku bangkit dan menghadap Liam yang meletakkan konsol gamenya.

Liam menggunakan kedua tangannya untuk menopang tubuh besarnya. Dia menghadapku dengan wajah yang serius. Aku senang jika kami kembali berkumpul di tempat ini. Meskipun baru aku, Liam dan Niall yang sampai di sini. Namun aku tidak tahu kemana perginya Niall saat ini. Sangat nyaman jika dia tidak berkeliaran di hadapanku.

"Kau bisa menceritakannya padaku."

"Jangan melihatku seperti itu." Kubulatkan mataku pada ekspresi mengerikannya. "Aku tidak mau ini terdengar emosional seperti cara wanita yang saling mencurahkan hati mereka."

"Mungkin akan sangat lega jika kau menceritakan dengan sedikit emosional." Liam mengangkat kedua bahunya.

Kuhembuskan nafasku dengan berat sambil menyusun kalimat yang akan terdengar masuk akal. Aku tahu, bahkan otakku sendiri mengatakan bahwa aku tidak waras. Namun apa yang ada di hatiku menyuarakan hal lain.

"Hei man!" suara khas milik Zayn menerobos telingaku. Aku pun menutup mulutku yang baru akan memulai ceritaku.

"Zayn." Ucapku yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

Zayn masuk ke ruangan tempatku dan Liam duduk dan dia meluncur di lantai. Dia merengkuhku dan Liam ke dalam pelukan hangatnya. Tawanya yang terdengar ceria menghangatkan hatiku. Kami baru saja berpisah dalam waktu yang singkat dan aku benar-benar merindukannya.

"Aku merindukan kalian." Ucapnya menyuarakan pikiranku dan aku tersenyum.

"Zayn, kita tidak berpisah dua tahun." Canda Liam.

"Bagaimana liburanmu?" tanyaku pada Zayn yang sekarang duduk di antara kami.

"Luar biasa.. Aku, Perrie dan keluargaku menghabiskan waktu yang menyenangkan di Paris. Kucoba untuk menghubungi kalian tapi aku tidak mau mengganggu."

"Mungkin kau tidak mencobanya sekalipun." Godaku, membuat Zayn melayangkan tinju pelannya ke lenganku.

"Kau membawa sesuatu dari Paris?"

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang