Part 56

2.3K 249 57
                                    


"Kau yakin dia ada di dalam?"

"Aku sudah mengirimnya pesan dan dia berjanji akan berada di rumah sepanjang waktu." Oliver menertawakan pemilihan katanya sendiri yang terdengar aneh.

Menunggu Thomas keluar, kedua mataku tidak henti-hentinya berlabuh ke pintu flatku yang berada tidak jauh. Biasanya dia akan berdiri di depan sana, menyuguhkan lesung pipi dan senyuman hangatnya. Aroma parfum mint yang segar selalu muncul meskipun dia hanya membuat gerakan kecil.

"Oliver!" suara yang cukup familiar menyambut kami ketika pintu terbuka. "Dan, hai tetangga?"

"Hai, Thomas."

"Apa kau akan mempersilahkan kami masuk?" seperti biasa, Oliver yang bertingkah seperti raja.

"Oh ya, tentu, maafkan aku." Thomas membuka pintunya lebar. "Aku tidak menyangka jika kalian berdua memiliki hubungan saudara."

"Aku sendiri juga tidak percaya." Aku mengamati tempatnya yang termasuk rapi bagi ukuran pria. Sofa berwarna biru, meja kayu, dan rak kecil berisi buku di samping sofa.

"Duduklah sesantai mungkin karena belum tentu sekali dalam setahun kau akan mengunjungi tempatku," Thomas menunjukku diikuti dengan kekehannya.

"Michael datang?" Oliver duduk mendahului.

"Ya, dalam lima menit." Thomas menyisir rambut merahnya dengan pelan. Dia cukup tinggi dengan tubuh yang agak kurus. Dia tidak terlihat aneh tapi jika dibandingkan dengan tubuh ideal Harry.., "Aku akan pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman."

"Millie, duduklah!"

"Berhenti bertingkah seolah kau pemilik tempat ini, Oliver!" aku mengambil langkah menuju sebuah foto yang tergantung di dinding. Thomas bersama dengan seorang pria, Thomas dengan keluarganya dan masih ada pria sama yang mungkin saudaranya.

"Kemarilah," Thomas berdiri di ruangan lain. "aku benci berada di sana, rasanya seperti kalian adalah tamu yang formal."

"Thomas, gadis ini ingin melihat koleksi buku tuamu." Lagi-lagi, Oliver mengambil langkah lebih awal dariku. Menghempaskan tubuhnya di sofa, membuatku bertanya-tanya tentang kedekatan mereka.

"Apa aku boleh melihatnya?"

"Ya tentu, tunggu sebentar." Thomas menghilang dan masuk ke ruangan yang mungkin saja kamarnya. Flatnya tidak jauh berbeda dengan milikku. Membuatku merasa tidak asing berada di ruang tengahnya yang kecil.

Aku duduk di atas sofa empuknya yang saat kududuki membuatku tubuhku terasa tenggelam. Sofanya seperti kasur air yang sangat rentan oleh berat badan. Membuatku ingin berbaring dan membiarkan pikiran penatku menghilang.

"Kau bisa memilihnya sendiri." Thomas meletakkan tumpukan buku di atas meja.

"Baiklah, kalian boleh berbincang berdua karena aku bisa mual mendengarnya."

"Oliver, bisakah kau tidak menjengkelkan sekali saja?"

"Aku sudah terbiasa dengan tingkahnya, jadi anggap saja dia tidak ada di sini." Thomas terkekeh sambil mengambil satu per satu novel dan menatanya di atas meja.

"Pride and Prejudice!" akhirnya aku mendapatkannya.

"Oh, sastra?"

"Ya," aku mengangguk ceria, "aku tidak tahu apa jadinya tugasku jika kau tidak memiliki buku ini."

"Aku mempunyai salinannya jika kau mau."

"Benarkah?" dia baik dan aku heran bagaimana bisa dia berteman dengan Oliver.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang