Part 25

4K 499 52
                                    

Harry's POV



Aku menunggu Liam di kamar hotelku, tapi ia belum muncul. Lima belas menit terasa seperti tahunan. Kamarku terasa seperti penjara.

Perasaan gelisah, aku tahu kenapa bisa seperti itu. Namun aku tidak yakin apa yang kuarasakan ini benar atau tidak. Sayangnya, semakin aku mendustainya semakin kuat pula desakan di dalam hatiku.

"Harold?" pintuku terbuka dan aku tahu itu Liam. Jadi aku menyuruhnya masuk. "Masuklah."

Aku duduk di sofa yang berada di sudut ruangan. Wajah Liam berubah menjadi bingung setelah melihatku. Ditutupnya pintuku dan ia berjalan mendekat.

"Kau tidak apa?" wajahnya terlihat khawatir.

"Tidak." Aku menggeleng bersamaan saat Liam duduk di sofa yang sama denganku.

"Ada apa kau memintaku untuk datang kemari?"

Jantungku terasa berdegup lebih kencang. Yang bisa kudengar hanya ketukan di dadaku yang membuatnya semakin sesak. Rasanya aku tidak bisa bernafas. Aku takut Liam akan menganggapku tidak waras.

"Li," aku tidak sanggup mengatakannya, tapi aku harus. "Aku sedang jatuh cinta."

"Baguslah jika begitu. Tunggu! Tapi Kendall?"

Matilah aku. Apa yang harus kukatakan. Bagaimana jika setelah mendengarnya, Liam malah menghinaku dan menganggapku pria yang aneh. Tentang Kendall? Itu urusan belakangan. Jujur saja, aku sudah kehilangan rasa pada wanita itu.

"Li, tapi ini tidak wajar."

"Poinnya, Styles?" Liam mendesak membuatku semakin kacau.

Seluruh organ tubuhku terasa berat ketika hendak mengatakannya. Sekilas aku yakin, tapi tidak setelahnya dan seperti itu berkali-kali.

"Li, aku jatuh cinta pada Millie. Adikku sendiri."

Wajah Liam terlihat tidak percaya saat dengan berani kutolehkan pandanganku. Aku sendiri juga tidak yakin dengan apa yang baru saja aku katakan. Bahkan mata Liam tidak berkedip dan nafasnya terlihat ditahan.

"Harry?" barulah sepersekian detik setelahnya ia membuka mulutnya. "Kau tidak bercanda, kan?"

Aku menggeleng antara ya dan tidak. Namun aku benar-benar berantakan saat ini. Mungkin aku sudah gila atau terlalu bernafsu pada adikku sendiri.

"Aku yakin, Li." Jawabku dengan suara yang pelan. "Bahkan aku lebih yakin perasaanku untuk Millie daripada untuk Kendall."

Liam menarik nafasnya lalu menarik tubuhnya yang tadi disenderkan ke punggung sofa. Tangannya bertumpu pada kedua pahanya dan matanya menatap karpet yang berada di bawah kami.

"Mungkin kau hanya merasa sayang pada Millie dan kau tidak bisa membedakannya. Kau hanya butuh proses."

Kutarik nafasku berat. Sedikit tidak percaya spekulasi yang Liam berikan.

"Aku bisa membedakannya, Li." Aku meninggikan suaraku.

"Bagaimana kau bisa? Jika kau hampir mengencani semua gadis dan kau merasa nyaman padanya. Begitu pula dengan adikmu. Kau ingat dengan beberapa model yang sering kau temui di Amerika? Kau juga merasa seperti itu pada mereka. Kau selalu berkata nyaman, nyaman dan nyaman."

Liam menegaskan setiap kalimatnya dan embuatku terasa tertampar. Ia masih mengingat bagaimana aku membicarakan model itu. Namun perasaan ini tidak sama.

"Aku memikirkan Millie setiap malam saat aku ingin tidur, aku selalu menunggu pesannya muncul di ponselku, aku selalu tersenyum meskipun hanya melihat wajahnya, aku selalu bergetar ketika ia memelukku-bukan, ketika ia menyentuhku."

"Itu sudah bi-"

"Dan aku selalu cemburu melihat Millie-adikku sendiri dekat dengan pria lain yang tidak lain adalah Niall. Apa kau masih menganggapku tidak bisa membedakan perasaanku, Li?"

Liam masih belum melihatku yang tengah terpuruk. Aku sendiri tidak tahu apa yang ia pikirkan sekarang. Yang tidak mau kudengar darinya hanyalah sesuatu yang membuatku sakit hati.

"Styles. Ini tidak benar."

"Aku sendiri tidak tahu, Li. Kumohon jangan salahkan perasaanku karena ini muncul dengan sendirinya."

Liam menggeleng lemah dan akhirnya ia mau menolehku. Ia terlihat khawatir.

"Aku tahu cinta datang kapanpun tanpa kita mau, tapi dia adikmu."

"Dia memang adikku, tapi aku mempunyai perasaan lebih dari sekedar adik padanya."

Aku mengusap wajahku dengan perasaan frustasi. Aku ingin berteriak sekencang mungkin tapi aku tahu itu mustahil. Aku ingin berlari dan memeluk Millie sangat erat dan mengatakan betapa kacaunya aku saat ini.

"Lalu, apa kata orang-orang nantinya? Fans akan berpikiran buruk tentangmu dan manajemen?"

"Aku tidak peduli apa kata dunia nantinya. Yang kutahu aku sangat mencintainya."

Aku mengangguk karena aku tahu konsekuensinya nanti. Ini bukanlah sesuatu yang salah karena ini bukan tindak kriminal. Aku tidak melakukan pembunuhan. Meskipun orang akan beranggapan aku yang salah. Namun aku tahu bahwa cinta tidak pernah salah.



Heyhoo, selamat menunaikan ibadah puasa ya untuk yang menjalankan :) Semoga di bulan Ramadhan ini kita semua diberi berkah *buustadzah. Maaf update nya lemot karena mau ngetik dulu biar tinggal ngeepost.

Buat 'Sexting' nya aku post malam ya. Hehehe, ayo dong baca biar aku seneng wks. Liat di works yaa ;)

Eits, vomment nya jangan lupa.

Qotd : Menurut kalian nih ff gimana sih? Please jawab buat setiap orang yg vote.

Lafyu too much guys!!

All the love x.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang