Part 12

6.3K 633 14
                                    

Harry’s POV

Aku dan Millie terus berjalan menuju tempat yang sudah dipesan untuk kami. Ya, tempat itu memang sengaja dipesan. Mungkin ini akan menjadi awal dari hidup Millie. Atau entahlah.

Tanganku masih berusaha mendorong tubuh Millie dengan sangat lembut. Aku memang lebih memilih berjalan di belakangnya sambil menunjukkan arah padanya. Sebuah pemikiran agar dia tidak hilang ditelan bumi. Apalagi jika nantinya dia hilang dan tersesat. Gadis seusianya kan masih sangat labil.

Kedua mataku ini masih saja menatapnya dari belakang. Meskipun aku hanya bisa melihat rambut coklat panjangnya dan punggungnya. Bagiku itu sudah cukup. Asalkan dia tetap bersamaku saat ini.

Selama perjalanan, Mille tidak bertanya sedikitpun kemana kami akan pergi ataupun kapankah kami akan sampai. Dia hanya berjalan dan diam seperti orang yang kebingungan. Saat aku menyuruhnya belok, dia pun berbelok tanpa mempertanyakan tujuan pasti kami. Tapi, itu bagus karena aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar padanya.

Dari kejauhan aku bisa melihat tempat yang sudah disewa hari ini. Sesegera mungkin aku berjalan di samping Millie. “Kenapa kau diam saja?”

Millie menolehku lalu tersenyum. Senyuman kesukaanku. “Apa itu salah?”

Kugelengkan kepalaku pelan dan kumasukkan kedua tanganku ke dalam saku. Udara terasa cukup dingin. “Apa kau tidak pernah pergi keluar sekalipun?”

Ia menggeleng lagi sambil menunduk menatap langkah kakinya sendiri. “Tidak pernah.”

“Ternyata adikku sangat culun.”

Millie menautkan kedua alisnya sambil menatapku tajam. Aku sangat ingin tertawa melihatnya.

“Apa kau bilang?” suaranya meninggi. Cukup menyakiti telingaku.

Aku tertawa. Sebenarnya bukan menertawai nasibnya. Tapi menertawai wajah lucunya itu.

“Kau kan tinggal di kota yang luar biasa ini. Tapi, kau malah tidak pernah keluar sekalipun. Kau itu memang culun ya. Tidak di Australia tidak di sini, kau masih saja culun dan kurang pergaulan.”

“Hei!” Millie memukul lenganku pelan. Lalu ia berhenti dan menatapku tajam. Kurasa singa sedang kelaparan saat ini.

Aku membalikkan tubuhku menghadap Millie yang terhenti. Aku tertawa sangat keras melihat wajahnya yang memerah menahan marah. Ternyata pipinya memerah bukan hanya saat ia malu.

“Ayolah!” bujukku sambil menahan tawa. Sedangkan Millie menggeleng pelan sambil tetap berdiri di tempatnya.

“Minta maaflah dulu!” ucapnya setengah berteriak. Sekarang giliranku yang menggeleng pelan.

Tiba-tiba, telingaku mendengar bisikan-bisikan yang terasa tidak asing. Lalu, mataku berkeliling mencari bisikan itu berasal.

Crap!

Beberapa gadis sudah menyadari keberadaanku disini. Sialan!

Kulangkahkan kakiku mendekati Millie. Ia terlihat berjalan mundur perlahan-lahan. Tanpa banyak bicara lagi kugenggam pergelangan tangannya.

“Sepertinya sudah ada yang melihatku. Jadi cepat atau kau akan terinjak oleh mereka.” Ucapku setengah berbisik di telinganya.

Millie mengangguk lalu dengan cepat ia mengikuti permintaanku. Gadis penurut. Aku suka itu. Jadi, aku tidak akan terlalu susah dalam menjaganya selama di London.

Aku berusaha fokus kembali dengan jalanan yang kami lewati. Millie masih diam dalam genggamanku. Aku harus cepat agar dia aman.

“Harry! Harry!” Sial. Beberapa gadis mulai meneriakki namaku.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang