Part 65

1.3K 152 33
                                    

Setelah suasana gelap digantikan oleh cahaya yang menyilaukan mata, Harry merenggangkan kedua lengan lebarnya sambil tertawa. Aku menjauhkan tubuhku darinya sambil menatap wajah gelinya untuk waktu yang cukup lama. Kututup kedua mataku dengan telapak tanganku setelah mendengar Harry tersedak air liurnya sendiri.

Ruangan ini mulai sepi ketika satu per satu penonton beranjak dari duduk mereka. Dengan sekuat tenaga aku mendorong tubuh Harry, berharap dia menghentikan tawanya. Sekaligus membalaskan dendamku karena Harry melakukan hal yang usil selama film diputar.

"Film selanjutnya akan segera diputar, Harry. Ayo pergi." Kutautkan kedua alisku tidak sabar.

"Ya, baiklah.. dan berhenti memasang wajah jelekmu itu." Harry menyentuh daguku dan mencubitnya. "Aku tidak percaya sudah melihat film itu."

"Kenapa?" aku menaikkan suaraku tidak setuju kemudian mengikutinya berdiri. "Film tadi sangat bagus, Harry. Aku saja hampir menangis."

"Apa bagian yang bagus adalah bagian.." Harry mengatupkan kedua tangannya dan kedua alisnya naik turun. "benarkah? Huh?

"Ew! Apa yang kau pikirkan?" aku mendorong tubuhnya meskipun tidak membuatnya goyah.

"Tidak ada film romantis yang bisa mengalahkan The Notebook."

"Halo.." aku menggerakkan kepalaku. "Titanic adalah pencetus film romantis."

Kami berjalan pulang ke rumah karena jarak yang tidak terlalu jauh sambil berdebat tentang film-film. Bagaimana dia selalu tidak habis pikir dengan film zombie dan bagaimana aku menyukai film tersebut. Aku juga baru tahu jika Harry pernah membaca novel Fifty Shades of Grey tetapi dia berjanji tidak akan melihat filmnya. Bahkan, dia menyesal telah menyentuh buku tersebut.

"Bagaimana isinya?"

"Entahlah.." Harry mengernyit dengan ekspresi wajah yang tidak bisa ditebak. "Mengerikan."

"Atau menjijikkan?" dia mengangguk cepat. "Jangan-jangan kau membacanya berulang-ulang."

"Aku bahkan tidak mengerti kenapa aku membacanya. Setelah kupikirkan lagi, membaca buku seperti itu sangatlah tidak rasional." Harry menggeram pelan. "Apa yang terjadi dengan masa laluku?"

Perjalanan kami dipenuhi dengan aku yang menertawakannya. Karena jengkel, Harry membungkam mulutku yang terus mengoceh. Dia berjalan di belakangku dan kedua tangannya berada di pundakku untuk memberi kekuatan agar aku berjalan lebih cepat.

Ketika sampai di depan pintu, Harry menghentikan langkahnya yang otomatis membuatku ikut terhenti. Harry terdiam dan mulutku terbuka lebar ketika Niall berdiri dengan santai di depan rumah kami. Ekspresinya sama terkejutnya denganku tetapi ada guratan bahagia di wajahnya. Seperti sadar akan keinginanku, Harry melepaskan kedua tangannya dari bahuku. Kemudian aku berlari dan jatuh pada pelukan Niall yang memberikan kehangatan istimewa untukku.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku masih dalam pelukannya.

"Tentu saja aku ingin menemuimu, Millie." Kedua tangannya mengeratkan pelukan.

Harry berdeham pelan kemudian tangannya menepuk bahu Niall, "Aku masuk dulu."

Niall masih belum angkat bicara hingga Harry benar-benar menghilang di balik pintu. Dia menunduk dan menyentuh daguku agar aku menatap mata birunya. Tangannya terasa hangat hingga aku ingin menempelkannya pada kedua pipiku.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika akan kemari? Aku kan bisa menjemputmu."

"Di mana ada kejutan yang seperti itu?" Niall terkekeh kemudian tangannya mencari tanganku dan menyatukannya.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang