Part 4

8.6K 721 31
                                    

Aku terbangun pagi sekali karena semalam aku tertidur sangat nyenyak. Semua ini karena apartemenku sangat nyaman. Apalagi kamar yang kugunakan untuk tidur saat ini. Dengan warna merah muda pastel yang sangat menyegarkan mata dan jendela yang menghadap langsung keramaian di luar sana. Dad sangat tepat memilihkan apartemen untukku. Terimakasih Dad. Aku sangat menyayangimu.

Kubiarkan mataku beradaptasi dengan cahaya kamar dan segera pergi mandi. Dinginnya udara London tidak boleh mengurangi semangatku pagi ini.

Setelah mandi, aku segera berpakaian layaknya para gadis seperti biasa. Sweater hangat, jeans dan boots kesayanganku. Mereka adalah benda yang paling bisa mengerti suasana hatiku saat ini. Lalu aku berjalan ke meja di samping tempat tidur dan melepaskan iPhone dari charger yang kubiarkan semalaman. Tidak ada satu pesan pun disana.

Aku keluar menuju dapur dan berniat untuk sarapan. Tetapi, aku baru sadar bahwa aku baru sampai kemarin dan belum membeli persediaan bahan makan. Sial. Aku pasti akan kelaparan pagi ini.

Kakiku membawaku menuju ruang tengah dan duduk dengan manis di sofa. Aku meraih tasku yang tergeletak di lantai dan mencari beberapa berkas dari sekolah lamaku di Australia. Kupastikan lagi agar semua tertata dengan rapi dan tak satu pun terlewatkan.

Aku baru sadar. Tidak mungkin aku akan berangkat kesana seorang diri. Aku kan belum tahu daerah disini. Jika saja ini Holmes Chapel. Aku pasti akan sangat hafal. Tapi ini tengah kota London. Mana aku tahu.

Tiba-tiba saja hatiku tergerak untuk menghubungi Harry. Karena memang hanya Harry lah yang kukenal disini. Maksudku, Harry lah yang berkewajiban mengantarku mendaftar ke kampus yang baru. Begitu kata Anne.

Aku mengetikkan namanya di pencarian kontak dan menekan tombol 'panggil'. Semoga saja dia mau. Maafkan aku Harry. Kumohon kau membantuku lagi.

"Tut...tut...tut..."

Sudah terhitung lima kali aku menghubungi Harry dan tidak sekalipun ada tanda-tanda jawaban darinya. Akhirnya, kuputuskan untuk mengirim pesan saja padanya. Semoga saja dia akan segera membacanya.

To : Harry

Harry, bisakah kau mengantarkanku ke kampus hanya untuk hari ini? Kuharap kau segera membalas pesanku.

Normal's POV

Louis yang sedang bermain ponsel Harry tiba-tiba tersenyum licik ketika melihat sebuah pesan. Harry sedang tertidur pulas jadi ini kesempatan emas baginya untuk menjadi pahlawan.

"Niall, Kita mempunyai tugas!" teriak Louis pada Niall yang berada di kamarnya.

"Tugas apa, Lou?" tanya Niall yang memunculkan kepalanya dari balik pintu kamar. Niall baru saja selesai mandi.

Louis belari kecil menuju pintu kamar Niall dan menunjukkan pesan dari Millie.

"Lou, kau membuka pesan milik Harry?!" teriak Niall yang mengetahui Louis menunjukkan pesan dari iPhone milik Harry.

"Diam saja Horan. Kita akan menjadi pahlawan pagi ini. Lagipula si keriting sedang tidur. Jadi, apa salahnya membantu." jawab Louis enteng.

"Hei, apa yang kalian laukan?" teriak Zayn yang tiba-tiba muncul di antara Louis dan Niall.

"Sst.." desis Louis pada Zayn. "Aku dan Niall akan mengantar adik Harry ke kampusnya."

"Aku ikut." ucap Zayn sambil berbisik. "Kalian kemarin kan tidak memberikan aku kesempatan untuk melihatnya."

"Baiklah. Ayo kita berangkat." ajak Louis semangat. Sementara Niall mengganti pakaiannya terlebih dahulu dan Zayn pergi ke kamar hanya untuk merapikan rambutnya yang mulai bertumbuh panjang itu.

Step Sister  (Harry Styles & Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang