Javier masuk kedalam kamar. Ia mendapat kemeja putih milik Elgar yang tengah berserakan di lantai kamar.
"Elgar, aku tidak yakin jika kau seperti ini dalam sehari-hari" kata Javier pada Elgar.
"Wah wah.. apakah Tuan Javier Ferdice akan menyerah semudah ini?" Goda Elgar pada Javier. Pria itu hanya memijat pelipisnya saat menghadapi kelakuan Elgar yang jelas berbeda saat tampil dihadapan publik.
"Bukan seperti itu El, aku adalah pria pecinta kebersihan. Rasanya jika aku melihat kemeja mu kusut seperti biasa, ingin rasanya ku tarik kemeja mu guna ku setrika." Ucap Javier dengan jujur.
Javier duduk di tepi kasur, ia menatap Elgar yang hanya mengenakan celana kolor berwarna hitam, serta kaos putih polos berlengan pendek, yang memperlihatkan ketiak mulusnya.
Elgar turun dari kasur, pergi ke arah dapur untuk mengambil snack di almari.
Sedang Javier memunguti pakaian milik Elgar yang berantakan.
"Hei Javier!" Teriak Elgar menggema di apartemen.
"Ada apa bub?" Tanya Javier menaikkan suaranya satu oktaf.
"Dimana kau menaruh semua Snack di mobil ku tadi hah?" Tanya Elgar.
"Cari saja di almari dekat televisi di ruang utama. Kau akan menemukannya" teriak Javier.
"Oh, baiklah" jawab Elgar keras, sembari mengangguk-angguk.
Elgar berputar mengelilingi ruang utama, mencari snack yang kata Javier ada di almari dekat televisi ruang utama.
"Oh ayolah, para Snack ku, dimana kau bersembunyi?" Ucap Elgar pelan, sembari mencari Snack nya.
"JAVIER!" teriak Elgar lagi, nyaring masuk ke telinga Javier.
"Ada apa lagi, El?" Tanya Javier dengan sabar.
"Aku tidak dapat menemukan sanck milikku, YANG BENAR SAJA! KAU TARUH DI MANA SIALAN" teriak Elgar membuat telinga Javier panas.
Javier pun keluar dari kamar, membantu mencari snack milik Elgar.
Javier membuka laci meja di bawah televisi, ia menemukan Snack yang sedari tadi membuat gaduh Elgar.
"Apa kau tidak punya mata? Aku bahkan menemukan snack yang sedari tadi kau cari." Ucap Javier, pria itu melempar kasar Snack di dalam plastik besar berwarna putih.
"Brengsek, berani sekali kau melempar snack itu tepat di muka ku?" Tanya Elgar marah, pada pria di hadapannya.
"Oh oke, maafkan aku. Aku hanya tidak sengaja, lemparan ku juga tidak akan membuat mu mati muda bukan? " Jawab Javier. Pria itu berlalu masuk ke dalam kamar, dan bergegas pergi tidur.
Elgar yang kesal pun hanya diam, dan pergi ke tempat tidur. Pria itu menyalakan laptop miliknya, dan memutar sebuah film horor dengan volume yang lumayan keras. Sembari memakan snack itu di atas kasur.
"Elgara Damiyan" ucap Javier lembut di telinga Elgar.
"Apa? Kau memanggilku?" Tanya Elgar.
"Menurutmu? Apakah ada orang lain yang bernama Elgara dengan marga Damiyan?" Tanya Javier kembali.
"Kecilkan volume laptopmu, ini sudah larut. Waktunya kau untuk tidur sayang" ucap Javier, sembari memegang lembut punggung tangan Elgara.
"Ah wait, ini adalah kebiasaanku pada malam hari. Kau tidak senang dengan apa yang ku lakukan?" Tanya Elgar pada Javier. Lagi-lagi alasan itu yang Elgar gunakan, Javier hanya dapat menghela nafas lelah.
"Terserahmu. Tapi, kau harus tidur. Ini sudah larut" jawab Javier kembali.
"Tid-"
Cup!
Ucapan Elgar terpotong, saat bibir Elgar di kecup singkat oleh bibir tebal milik Javier.
Javier lanjut melumat pelan bibir Elgar, sembari tangannya bergerak mematikan laptop dipangkuan Elgar.
Elgar hanya membeku dengan apa yang Javier lakukan.
Javier melepas lumatan itu perlahan, "tidur. Sudah larut, hidupku terlalu repot, jika kau sakit aku tidak dapat merawatmu" ucap Javier, sembari mengecup singkat kening Elgar.
"Sialan kau Javier, berani-beraninya" ucap Elgar.
"Jika kau menolakku, aku akan membuat sebuah video sex kita, dan akan ku sebar luaskan" ucap javier pada Elgar.
"kau, Sialan kau. Pria brengsek sepertimu tidak akan bisa melawan seorang seperti ku JAVIER!"
"Dan sebaliknya babe.. pria bodoh seperti mu, tidak akan bisa mengalahkan kecerdikan ku."
"Semua yang kau katakan hanyalah omong kosong semata, sialan kau"
Javier tersenyum tipis ke arah Elgar. Menatap Pria itu penuh nafsu, ia mengelus lembut rahang milik Elgar.
Sedangkan Elgar yang di perlakukan sedemikian rupa, hanya bisa mematung dan menikmati setiap sentuhan yang di dapatnya.
##
Kini Setelah emosi yang membara, Elgar tertidur pulas di samping Javier
Javier menatap langit-langit kamarnya, sembari memikirkan hal apa yang akan ia lakukan agar Elgara dapat mencintainya.
"Eughh" suara lenguhan Elgar terdengar, pria itu berbalik badan memeluk tubuh kekar milik Javier.
"El?" Panggil Javier pelan, sembari menepuk pipi pria itu pelan.
Tak ada jawaban, Javier pun membalas pelukan hangat Elgar.
"Good night Baby, have a nice dream. I'm always by your side, love" bisik Javier di telinga Elgar.
Dua insan itupun tertidur dalam panjangnya malam, mereka telah masuk kedalam indahnya dunia di bawah alam bawah sadar.
###
Pagi telah tiba, Javier terbangun dan membersihkan diri.
Kini pria itu sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur apartemennya.
Jam menunjukkan pukul 07.00
Javier pergi ke kamar, guna membangunkan Seorang pria yang masih terjaga dalam tidur panjangnya.
"Elgara.. let's wake up bub" ucap Javier sembari mengelus lembut pucuk kepala milik Elgar.
"Enghh, 5 more minutes" ucap Elgar pelan.
"No, sudah pukul tujuh pagi." Jawab Javier pada Elgar. Pria itu menarik pergelangan tangan Elgar. Javier Menuntun pria itu untuk benar-benar bangun.
"Ah sialan, aku masih ingin tidur!" Teriak Elgar, pria itu bergegas berdiri dari tempat tidur. Dan berjalan menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.
###
Kini Javier dan Elgar tengah berada di meja makan. Mereka memakan sebuah sandwich dengan susu hangat.
"Kau yang membuatkan ku sarapan?" Tanya Elgar pada Javier heran.
"Lalu menurutmu? aku harus membelikan mu makanan di pasar kumuh? yang jelas-jelas kau tidak akan sudi memakannya." Ucap Javier, sembari melahap gigitan sandwich nya.
"Oh, terimakasih sarapannya." Ucap Elgar tak semangat.
Mereka makan dalam diam, tak ada suara satupun.
Sekitar 20 menit, sarapan telah usai. Javier pergi ke lokasi shooting menggunakan mobil milik sang ibu, sedangkan Elgar berangkat menggunakan mobil pribadi miliknya.
"Oh tunggu, Bub apakah kau tidak ingin memberikan suami mu ini morning kiss?" Tanya Javier pada Elgar.
"Oh bung, bahkan aku tidak memiliki perasaan sedikitpun dengan mu." Ucap Elgar, hendak pergi ke arah mobilnya terparkir.
"Jadi kau tidak ingin memberiku sebuah ciuman? Baiklah. Aku saja yang akan memberimu sebuah morning kiss." Ucap Javier kembali.
Cup!
Kecupan singkat mendarat pada bibir tipis milik Elgar.
"Bajingan kau!" Teriak Elgar, pria itu segera masuk dalam mobil dan melajukan mobilnya, bergabung dalam ramainya jalanan pagi di kota Amsterdam.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Javiel [END]
Fanfic[ minimal vote lah kakkk] "aku mencintaimu! Aku menyukaimu, kau adalah milikku, Javier ferdice" ucap Elgar dengan nada penuh penekanan. Javier tersenyum senang dengan pengakuan Elgar, yang selama ini ia tunggu. "A-ahh shh " desah Elgar tak tertahan...