Di kantor Elgar tengah sibuk dengan layar Laptopnya, ia juga tengah mendengarkan sebuah music klasik dari band terkenal pada tahun 90 an.
Drrtt..
Drrtt..
Panggilan masuk dari "MR. MONEY"
"Telepon? Ayah? Ada apa?" Tanya Elgar pada dirinya sendiri saat menatap layar ponsel miliknya di atas meja kantor.
"Hallo, siang Dad"
"Oh my God, putraku"
"Ada apa dad?"
"Bisakah kau pergi ke rumah sakit milik keluarga Ferdice?"
"did something happen to dad?"
"Your mam is sick"
"Ouh really? Okey dalam 30 menit dari sekarang Elgar datang, Tunggu."
Tut..
Tut..
Elgar bergegas mengambil rompi di sofa, dan mengambil kunci mobil beserta handphone nya. Ia turun menaiki lift khusus milik tamu VVIP maupun untuk CEO.
Ia menuju parkiran, dan mengambil mobil sedan putih yang berlogo BMW tersebut.
Ia melaju dengan kencang, meyalip beberapa kendaraan di jalanan kota Amsterdam.
Hingga tak sampai 30 menit, ia tengah berlari masuk melewati koridor rumah sakit. Menuju ayahnya berda di lantai 3 rumah sakit.
"Elgara!" Teriak seorang pria paruh baya, yang tengah duduk di sbeuah kursi tunggu rumah sakit.
"Oh dad, apa yang terjadi dengan ibu?" Tanya Elgar dengan wajah panik.
"Elgar, kau tenang. Kau harus percaya dengan kehendak Tuhan kedepannya" ucap pria paruh baya tersebut, sembari mengelus lembut punggung sang anak.
"Maksut dady apa? Maaf, taoi Elgar tidak begitu mengerti dengan arti perkataan yang dad ucapkan." Jawab Elgar jujur.
"Flores, ibumu. Tengah mengidap gegar otak, dan belum diketahui penyebabnya. Tadi art kita menemukan Flores tengah terbaring kaku di samping sofa ruang utama" ucap Damiyan, ayah Elgar.
"Oh God.. bagaimana ini bisa terjadi begitu saja?" Elgar terduudk lemas di kursi tunggu. Meremas kepalanya erat, sembari menatap kosong ke arah tembok.
Drtt..
Drtt..
Panggilan masuk dari Javier
"Siang bub.."
"Javier biarkan aku tenang kali ini, pikiranku kacau."
"Hei bub, apa yang sedang terjadi?"
"Mam dalam keadaan sakit"
"Oh shit, waiting me. Aku akan menyusul mu El"
"Aku tidak but-"
Tut..
Tut..
###
Hari mulai gelap, kini Elgar tengah terduduk diam di samping Javier. Pria itu merangkul tubuh lemas Elgar dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa kau tidak menunggu MRS. Flores di dalam ruangan saja?" Tanya Javier pada Elgar.
"Aku bahkan menatap raga ibu yang hanya terdiam, dari balik pintu kaca itu begitu sakit hati. Bagaimana jika aku menatap langsung keadaan ibuku di dalam sana?" Tanya Elgar kepada Javier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Javiel [END]
Fanfiction[ minimal vote lah kakkk] "aku mencintaimu! Aku menyukaimu, kau adalah milikku, Javier ferdice" ucap Elgar dengan nada penuh penekanan. Javier tersenyum senang dengan pengakuan Elgar, yang selama ini ia tunggu. "A-ahh shh " desah Elgar tak tertahan...