04. Di Jodohin?

1.6K 101 2
                                    

_________________

Almira yang baru saja di ajak kenalan oleh Polisi di depan Mushola sekolah masih merasakan dadanya berdebar. Atau lebih tepatnya, merasa aneh dan juga bingung. Almira akhirnya kembali lewat di depan ruang Kepala Sekolah, karena tidak fokus hampir saja Almira menabrak seseorang yang tiba-tiba keluar dari dalam.

"Astaghfirullah!" Pekik Almira pelan.

"Lain kali hati-hati." Ucap orang itu.

Almira menoleh, melihat siapa yang hampir ia tabrak karena keteledorannya tadi. Ternyata seorang Polisi, yang pastinya teman dari Polisi bernama Bayu tadi. Polisi itu melihat Almira sebentar, dan setelahnya langsung beranjak dari sana. Seperti terburu-buru hendak menerima telepon dari ponselnya yang bisa Almira dengar sedang berdering.

Almira merasakan debaran di dadanya semakin menggila. Ada apa dengannya sebenarnya? Daripada ia semakin kalut memikirkan dirinya yang entah mengapa seperti ini, lebih baik ia kembali ke ruang guru. Takutnya jika terus di pikirkan malah nanti ia bisa membahayakan orang lain, seperti tadi yang hampir saja menabrak orang karena tidak fokus.

Sementara sosok Polisi itu, menerima telepon dari seseorang di depan lobi sekolah. Dia Prahasta, IPDA Prahasta.

"Siap Ndan!" Ucap Hasta tegas sebelum akhirnya panggilan telepon berakhir.

Polisi bernama Bayu dan bawahannya Bripda Latif melihat Prahasta di depan lobi, keduanya pun menghampiri.

"Sedang apa Ta?" Tanya Bayu.

"Siap Ndan, terima telepon dari AKBP Jaka." Jawab Hasta yang langsung bersikap tegak di depan AKP Bayu.

"Oh, yasudah saya mau balik lagi nih. Kalian masih mau disini atau gimana?" Tanya Bayu.

"Kita ikut saja Ndan, nggak enak kalau di luar terus. Ntar Pak Wibowo berfikir kalau kita nggak seneng di ajak ngobrol bersama beliau." Sahut Hasta.

"Yaudah." Angguk Bayu berjalan lebih dulu di ikuti Hasta dan juga Latif.

"Bang Hasta, tau nggak?" Ucap Latif yang kini sedikit berbisik pada Hasta di belakang Bayu yang agak jauh jaraknya.

"Nggak." Jawab Hasta singkat.

"Belum juga ngomong bang. Ini loh tadi bang, Ndan Bayu kenalan sama guru muda disini. Mana cantik banget Bang, saya aja sempat terpesona tadi." Ujar Latif.

"Terus?" Tanya Hasta acuh.

"Yee, payah kalau ngomong sama Abang." Dengus Latif yang kemudian mengekor di belakang Bayu meninggalkan Hasta. Menurutnya Hasta sama seperti yang dibicarakan teman-temannya. Kaku, dingin, irit ngomong juga. Haduh, Ice boy lah bahasanya.

Hasta acuh saja, tidak penting menurutnya. Tapi, apa guru muda itu yang tadi hampir menabraknya di depan ruang kepala sekolah?

👨🏻‍✈️

Almira baru saja turun dari motor dengan di bonceng adiknya Azmi, melihat Ayahnya di depan teras sedang berbicara dengan seorang bapak-bapak. Almira tentu kenal dengan bapak itu, Pak Farhan adalah kepala Dusun di Kampung Rakyat. Bersahaja dan berwibawa, menurut Almira sosok Pak Farhan adalah kepala Dusun yang baik.

"Assalamu'alaikum." Salam Almira dan Azmi.

"Wa'alaikumsalam." Jawab keduanya.

Keduanya mencium punggung tangan Ayah Aditya dan Pak Farhan bergantian. Pak Farhan terlihat tersenyum kala Almira dan Azmi mencium punggung tangannya dengan takzim. Azmi sudah lebih dulu masuk ke dalam, namun Almira masih tertahan di depan.

"Ini anak perempuan Pak Aditya yang kemaren kuliah di Medan?" Celetuk Pak Farhan menatap Almira.

"Alhamdulillah, iya Pak. Nama saya Almira." Jawab Almira.

PRAHASTA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang