05. Terima?

1.3K 104 0
                                    

______________

Haruskah? Haruskah Almira menerima perjodohan yang Ayahnya buat? Haruskah Almira menerima seseorang yang tak dikenalnya? Dan mungkin orang iti juga di ambang dilema seperti dirinya yang bingung dengan hal ini.

Habis Maghrib, Almira masih mengunci diri di kamar. Ayah dan adiknya pasti Masih di Masjid sampai nanti setelah Sholat Isya' baru pulang.

Dering ponsel mengalihkan Almira, panggilan telepon WhatsApp dari sahabatnya, Mega. Langsung saja Almira menerima panggilan itu. Sudah seminggu Almira tidak mendengar suara sahabatnya itu.

"Assalamu'alaikum Mega!" Sapa Almira semangat. Senyuman kini menghiasi wajahnya.

"Wa'alaikumsalam sayangku Almi. Gimana kabar? Sehat?" Sahut Mega dari seberang.

"Alhamdulillah sehat, kamu gimana kabarnya? Sehat juga kah?" Tanya Almira balik.

"Alhamdulillah sehat, gimana nih kamu sekarang? Udah betah ngajar di Sekolah?" Tanya Mega.

"Alhamdulillah, betah. Anak-anak pada baik sama aku, guru-guru yang lain juga Alhamdulilah Wellcome. Cuma..." Almira bingung, haruskah ia ceritakan kebimbangannya pada sahabatnya atau harus ia pendam sendiri?

"Cuma kenapa? Ada masalah? Sini cerita, aku dengerin." Bujuk Mega.

"Gimana ya Ga.." Almira ragu.

"Cerita Al, siapa tau beban di pikiran kamu berkurang. Insya Allah nanti aku coba kasih solusi, sekarang aku dengerin dulu apa yang mau kamu ceritakan." Bujuk Mega lagi.

"Aku baru aja pulang tiba-tiba Ayah bilang mau jodohin aku. Aku bingung Mega, aku masih mau nikmati masa lajangku yang bebas. Masih mau fokus ke karir juga." Cerita Almira.

"Mau di jodohin sama siapa emang?" Tanya Mega.

"Aku belum tau Ayah mau jodohin aku sama siapa. Tapi aneh nggak sih? Aku baru aja pulang setelah bertahun-tahun tinggal di Medan. Terus Ayah tiba-tiba mau jodohin." Keluh Almira lagi.

"Udah tanya alesan ayah kamu mau jodohin kamu belum?" Tanya Mega kemudian.

"Udah, katanya mau aku punya pelindung, penjaga dan pendamping. Katanya aku nggak mungkin selamanya tinggal disini, aku pasti bakalan miliki rumah sendiri yaitu keluarga. Aku jadi mikir gini deh Mega, kayanya Ayah nggak mau aku ada di rumah ini deh." Ucap Almira.

"Hush! Nggak boleh ngomong gitu. Bisa jadi Ayah kamu pengen kamu punya pendamping aja Al. Apalagi kamu anak perempuan satu-satunya. Saran ku sih, kamu coba omongin pelan-pelan sama Ayah kamu. Toh nggak ada salahnya ngejalani dulu kan? Belum tentu kamu mau di jodohin langsung di nikahin detik itu juga sama Ayah kamu Al. Ya pastinya kalian harus saling kenal dulu, kalau cocok mungkin lanjut kalau si cowok beneran sayang sama kamu. Lagipula pilihan orang tua itu biasanya yang terbaik, Ayah kamu mungkin udah kenal betul sama cowok yang mau dijodohin sama kamu Al. Makanya udah seyakin itu mau jodohin kamu.

Ya dari pada kamu nyari orang lain yang belum tentu bisa menerima keluarga kamu atau kamu apa adanya. Lebih baik kamu coba aja. Ya kamu pikirin dulu deh Al, tanya ke Allah. Apapun yang jadi pilihan kamu, kamu harus ingat ada aku yang selalu dukung kamu." Ucap Mega.

"Huhuuhuu, Mega buat aku pengen nangis aja sih! Yuk kapan ketemuan? Kangen kamu!" Ucap Almira tertawa kemudian

"Haha, ya kapan-kapan deh. Lagian kota Dingin Deket kok sama Kampung Rakyat. Kamu dong, kalau lagi main ke kota Dingin kabar-kabari aku. Biar kita bisa ketemu." Ucap Mega kemudian.

Ya, Mega sahabat Almira yang asli tinggal di Kota Dingin. Jarak dari Kampung Rakyat ke pusat Kota Dingin hanya 1 jam mengendarai motor.

"Haha, ya kamu dong. Kapan main ke Kampung Rakyat? Btw kamu jadi kerja di Kantor Bupati?" Tanya Almira.

PRAHASTA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang