22. Keciduk Azmi

1.1K 94 3
                                    

_____________

"Almi... Jujur Almi belum siap, Ayah. Almi masih bingung, pun juga Almi baru saja mulai berkarir. Kalau menikah dengan Mas Hasta secepat ini, pasti harus merelakan karir Almi. Almi harus ikut dengan Mas Hasta di tempat dinas. Almi sungguh belum siap untuk hal itu." Jelas Almira kemudian.

Hasta menghela nafas, sudah menduga Almira akan menolaknya. Pasrah, Hasta akan menunggu sampai Almira siap untuk ke jenjang yang lebih serius.

"Nak Almi, kamu dan Hasta nggak perlu menikah buru-buru kok. Kalau memang belum siap, kan nggak ada salahnya bertunangan lebih dulu. Banyak kok sekarang, anak muda yang tunangan lalu menikahnya setahun kemudian." Sahut Bunda Nurul memberi pengertian.

"Iya Nduk, jika memang belum siap, tahun ini bertunangan saja dulu. Lalu tahun depan jika sudah siap, bisa langsung menikah." Sahut Ayah Farhan.

"Gimana, Nduk?" Tanya Ayah Aditya.

Almi diam, menunduk bingung sambil memikirkan semuanya. Melanjutkan ke tahap berikutnya, atau hanya seperti ini saja.

"Ayah, Bunda, jika memang Almira belum siap, tidak apa-apa. Mungkin memang Hasta yang terlalu terburu-buru untuk ke tahap serius. Hasta bisa menunggu Almira sampai ia siap, Ayah, Bunda." Sahut Hasta yang mengerti dengan kegelisahan Almira.

"Almi siap, Mas kalau bertunangan dulu tahun ini." Sahut Almira kemudian.

Ayah, Bunda beserta Hasta langsung diam mendengar jawaban Almira. Terutama Hasta, ia langsung menatap Almira yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Kamu yakin, Nduk?" Tanya Ayah Aditya.

"Iya, Al, kamu serius? Kalau memang belum siap, nggak papa kok, Hasta bisa menunggu. Iya kan, Ta?" Sahut Bunda Nurul yang langsung mendapati anggukan dari Hasta.

"Almi yakin, Bunda. Almi siap tunangan dengan Mas Hasta lebih dulu." Jelas Almira mempertegas ucapannya.

"Alhamdulillah, kalau begitu. Jadi, mau kapan acaranya?" Tanya Ayah Farhan.

"Almi terserah Mas Hasta aja, Ayah." Jawab Almira.

"Oh iya, kamu dinas kan, Ta. Kapan kamu libur?" Tanya Bunda Nurul.

"Untuk bulan Hasta lagi sibuk, Ayah, Bunda. Libur cuma 2 hari. Tapi kalau bulan depan, mungkin bisa Hasta ajuin cuti." Jelas Hasta.

"Oke, berarti bulan depan ya. Jadi mulai besok kita udah harus persiapkan semuanya. Dari gaun, cincin, terus tunangannya mau di rumah atau di gedung, Nak Almi?" Tanya Bunda Nurul.

"Em, kalau Almi pengennya di rumah aja Bunda, nanti sewa dekor." Jawabnya.

"Oh oke, terus tamunya mau berapa nih, yang di undang?" Tanya Bunda lagi.

"Kalau itu, Almi serahkan ke Bunda dan Ayah aja. Almi juga bingung masalah tamu undangannya." Jelas Almira.

"Bunda, kalau menurut Hasta, lebih baik nggak sampai 300 orang. Kan ini cuma acara tunangan aja, yang di undang pastinya temen-temen Almi dan Hasta, terus juga tetangga sekitar. Tamu orang tuanya nggak perlu." Jelas Hasta.

"Oh iya, ya. Ini kan masih tunangan, tamunya pastinya anak-anak muda. Bunda pikir sama kaya tamu nikahan, duh maaf ya, Nduk." Bunda Nurul terkekeh geli menyadari kesalahannya.

"Iya, nggak papa kok, Bun." Jawab Almi.

"Nah, sudah jelas kan. Jadi acaranya bulan depan, tapi belum tahu nih tanggalnya. Tapi segera di konfirmasi ya, Ta, biar bisa langsung cetak undangan." Sahut Ayah Farhan.

"Iya, Ayah. Besok Hasta akan bicarakan jadwal bulan depan ke komandan. Semoga bisa ambil cuti." Jawabnya.

Hasta tersenyum dan menghela nafas lega. Alhamdulillah, akhirnya Almira mau untuk terikat lebih dulu dengannya.

PRAHASTA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang