08. Perjodohan

1.2K 91 4
                                    

_______________

Almira sampai rumah sebelum Maghrib. Ia melihat Ayah dan adiknya sudah bersiap untuk sholat Maghrib di musholah rumah.

"Kamu dan Ayah nggak ke Masjid?" Tanya Almira.

"Nggak Mbak, Ayah bilang mau ada tamu." Jawab Azmi.

"Siapa?" Tanya Almira penasaran.

Azmi hanya mengendikkan bahunya. Almira bergegas mandi dan bersiap untuk sholat Maghrib berjamaah bersama Ayah dan Azmi. Usai sholat, Ayah meminta Almi untuk masak. Kata Ayah tamunya akan datang usai sholat Isya'. Azmi dan Almira di suruh untuk pakai pakaian yang bagus, katanya biar tidak malu-maluin.

Usai sholat Isya', Ayah dan Azmi sudah di ruang tengah menunggu. Sementara Almira masih di kamar bersiap-siap.

Suara mobil berhenti di pelataran rumah Pak Aditya. Azmi dan Pak Aditya sudah keluar untuk menyambut tamu. Almira juga turut keluar menghampiri Ayah dan adiknya. Penasaran, siapa sebenarnya tamu yang ditunggu-tunggu Ayahnya itu.

"Assalamu'alaikum Warahmatullah." Ucap tamu Pak Aditya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabaraakatu." Jawab Pak Aditya dan Azmi bersamaan.

Almira yang berada di belakang tak bisa melihat. Ia kembali ke dalam, lebih baik ia menyiapkan minuman. Toh nanti ia juga akan tahu siapa tamu Ayahnya itu. Suara obrolan Ayahnya dan tamunya yang Almira pikir lebih dari seorang itu terdengar ramai. Tak lama Azmi menghampirinya.

"Mbak, tamunya ada 3 orang." Ucap Azmi.

"Oh, yaudah. Tapi kayanya ada suara perempuan. Suami istri ya tamu Ayah?" Tanya Almira.

"Iya Mbak, beserta anaknya." Jawab Azmi.

"Oh, yaudah." Angguk Almira.

Azmi tak mengatakan apa-apa lagi, ia kembali ke depan gabung bersama Ayahnya. Almira menyelesaikan membuat minuman untuk tamu Ayahnya. Lalu membawa nampan berisi minuman dan cemilan ke depan.

"Nah ini Almira. Sini nak, gabung duduk sini." Ucap Pak Aditya.

Saat ini Ayahnya beserta para tamu dan adiknya duduk lesehan di karpet bulu. Karena kursi di ruang tamu hanya tiga, jadi para tamu harus duduk lesehan dibawah.

Almira melihat siapa tamu Ayahnya. Seketika ia terdiam, tapi tetap menghidangkan minuman yang ia buat dan sesekali tersenyum saat wanita paruh baya salah satu tamu Ayahnya itu tersenyum melihatnya.

"Bu Nurul, Pak Farhan. Almi pikir tamu jauh Ayah dari mana. Ternyata tetangga sekampung." Celetuk Almira berniat memecahkan keheningan setelah ia tiba disana.

"Iya, nggak jauh tapi bikin repot nak Almira pasti ya?" Sahut Bu Nurul.

"Nggak kok Bu, nggak repot sama sekali." Jawab Almira yang akhirnya ikut duduk di samping Bu Nurul yang memang hanya itu tempat yang tersisa. Ada sih tempat lain, tapi itu di samping pemuda yang siang ini membuat hidup Almira jungkir balik.

Hasta, pria itu terlihat biasa saja. Membuat Almira merasa aneh dengan sikapnya. Atau memang seperti itu perilaku dari tetangganya itu? Entahlah, bukan urusan Almira juga sih sebenarnya.

Dan akhirnya sampai ke tahap pembahasan yang lebih serius. Membuat Almira dengan amat sangat dan harus mendengarkannya dengan jelas. Takutnya malah nanti ia tak serius mendengarkan perbincangan dengan serius, malah menjadikan masalah di kemudian hari.

"Jadi, maksud kedatangan kami sekeluarga ke rumah Pak Aditya, selain ingin silaturahmi, juga ingin memperkenalkan anak bungsu saya pada anak gadis Pak Aditya, Almira." Ucap Pak Farhan masuk ke inti pembicaraan.

PRAHASTA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang