______________
"Iya benar, saya bicara sama perempuan malam itu. Tapi Kamu tau apa? Kamu bahkan tidak ada disana. Kamu nggak tau apa-apa tentang malam itu, Almira. Jangan memojokkan saya seolah saya lah yang bersalah disini. Kamu yang terlalu berlebihan menyimpulkan apapun terhadap saya." Ucap Hasta tajam. Tidak ada sorot bersalah dimatanya. Ia hanya membela dirinya yang memang tak ada apa-apa dengan perempuan itu.
Hening, Almira diam menatap Hasta yang seperti ini. Tak percaya jika Hasta bisa begini padanya. Hasta egois, apa salahnya sih menjelaskan semuanya malam itu? Almira bukan minta apa-apa, ia hanya minta penjelasan yang sebenarnya tentang siapa perempuan saat malam itu langsung dari Hasta. Tapi sepertinya memang sesulit itu ya, bagi Hasta untuk menjelaskan hal yang sebenarnya bisa dijelaskan dengan mudah tanpa adu mulut seperti ini.
"Kayanya, kita perlu memikirkan hubungan kita kedepannya Mas. Almi... Almi butuh waktu untuk benar-benar yakin kalau hubungan kita bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius." Ucap Almira yang kini mengalihkan wajahnya agar tak bisa dilihat Hasta.
Demi apapun, Almi sudah akan menangis melihat Hasta yang menghakiminya sejak tadi. Almira hanya meminta penjelasan, tapi layaknya tersangka, Hasta menghakiminya seolah Almi lah yang tak bisa mengertinya saat ini. Yah, lelaki dengan semua sikap angkuh dan ingin berkuasanya, Hasta juga seperti itu, angkuh dan ingin menang sendiri.
Tak lama muncul Bunda Nurul, beruntung perdebatan mereka terhenti beberapa saat yang lalu. Jadi tak perlu khawatir jika Bunda Nurul mendengarnya. Tapi jikapun mendengarnya, Almira tak yakin mereka akan baik-baik saja kedepannya.
"Bunda, Almi pamit pulang, ya. Udah sore, takut Ayah khawatir." Ucap Almira saat melihat Bunda Nurul keluar dari kamar dengan tubuh yang segar.
"Oh, udah mau pulang? Ya udah, gih sana Ta, anterin Almi." Suruh Bunda Nurul.
"Nggak perlu Bun, Almi jalan kaki aja. Takut ngerepotin Mas Hasta." Sahut Almira sebelum Hasta menjawab.
"Eh, nggak boleh. Udah, biar Hasta aja yang antar. Jalan kaki malah lama sampenya." Cegah Bunda.
"Ayo." Ucap Hasta yang langsung beranjak.
"Udah sana, hati-hati ya, Nduk. Le, hati-hati bawa motornya. Itu motor matic Bunda aja pake, kuncinya dimotor." Ucap Bunda.
Almira mencium punggung tangan Bunda Nurul untuk berpamitan.
"Iya Bunda." Ucap Hasta dan Almira bersamaan.
Hasta mengeluarkan motor matic Bundanya dari samping, lalu Almira naik ke boncengan. Hasta langsung menghidupkannya, lalu berpamitan pada Bunda Nurul.
Perjalanan yang singkat itu terasa begitu mencekam dan canggung. Itu karena keduanya yang masih dalam euforia perdebatan tadi.
Sampai rumah, sudah ada Ayah Aditya yang duduk didepan bersama Azmi. Hasta langsung menyalimi Ayah Aditya.
"Kok sama Hasta?" Tanya Ayah.
"Tadi mampir dulu ke rumah Yah, terus Hasta antar pulang karena sudah sore." Jawab Hasta.
"Oh, ya sudah duduk sini, nak Hasta. Nduk, buatin minum buat Mas mu ini." Ucap Ayah.
"Iya Yah, sebentar."
Almira langsung beranjak masuk. Ia meletakkan semua barangnya di atas meja makan. Lalu membuatkan teh untuk Hasta. Almira pikir pria itu akan segera pulang. Ternyata masih ingin ngobrol dengan Ayahnya. Almira berharapnya Hasta segera pulang. Ia masih kecewa dengan hasil perdebatan mereka tadi. Ia sedang tidak baik-baik saja saat ini, inginnya mengurung diri di kamar seharian.
Almira membawa teh hangat ke depan, dilihatnya Hasta yang sesekali melirik ponselnya. Ck, kalau mau pulang harusnya tolak saja ajakan mengobrol Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAHASTA (On Going)
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ ___________________________________________ Dijodohin sama om-om sekaligus pengusaha kaya raya❎ Dijodohin sama tetangga sekaligus Polisi Ganteng☑️ ___________________________________________ Start: 02 September 2022 Publ...