Namanya juga fiksi, pasti fiktif
Jadi, apapun yang il tulis pasti imajinatif dan ngga terkait sama realitaJadi para readers ku, dibawa santai aja ya kalo il bilang ada yang ternak dinosaurus.
Happy reading!
Di tahun 3320, separuh isi bumi hancur akibat dari meledaknya teknologi yang lebih tinggi dari daya ledak nuklir.
Meratakan banyak pencakar langit juga trilyunan manusia hilang. Banyak anak kehilangan orang tuanya begitupun sebaliknya.
Salah satu musibah paling dahsyat yang menimpa manusia sepanjang sejarah, dan naasnya itu bukan karena alam. Melainkan manusia itu sendiri.
Meski usai kehancuran maha dahsyat tersebut, para ilmuwan dan pencipta teknologi berhasil membuat bumi kembali pulih hanya dalam waktu kurang dari dua tahun.
Seluruh aktivitas kembali normal dan lebih dari 100 negara mengalami kekosongan. Satu-satunya projek yang tak bisa diselesaikan mereka adalah "Human Growth".
Musnahnya separuh bumi yang disebabkan oleh robot membuat mereka memutuskan untuk menghentikan produksi robot secara massal. Seluruh perusahaan yang bergerak dibidang produksi AI manusia berhenti beroperasi.
Hari ini tepat dua tahun lalu, ledakan itu terjadi. 20 November 3322.
Lelaki bersnelli itu baru saja selesai melakukan kunjungan rutin. Secara fisik memang keadaan sudah membaik, namun secara batin juga mental orang-orang yang terkena dampak langsung butuh waktu lama agar bisa lebih baik.
"Hai, Emma" Emma Welston, gadis berusia 18 tahun.
Manusia yang berhasil survive meski harus kehilangan ingatan.
Emma melambaikan tangan lucu, membalas sapaannya.
"Emma mau berkunjung hari ini, bertemu Mama, Papa, Cani juga"
Hasta Kalingga melirik jam ditangan, tiga puluh delapan menit lagi baru ada janji temu.
"Saya boleh menemani kamu?" tanya Hasta dengan senyum simpul. Emma tentu saja mengiyakan.
Dua menit mereka tiba, monumen besar dengan satu kaki yang hampir patah namun tetap berdiri tegak mengandung arti bahwa bumi pernah hancur, luluh lantah, namun masih mampu bangkit berdiri.
Aula Dandellion adalah letak dimana nama-nama korban insiden itu ditulis.
"Hasta cuma punya Cani kah?" Emma melontarkan tanya.
Jangan heran kenapa Emma tidak memakai embel-embel dokter didepannya. Karena memang sudah terbiasa dari awal seperti itu. Hasta juga tidak keberatan.
Hasta baru berusia 23 tahun, insiden mengerikan itu terjadi saat ia belum diwisuda. Banyak rumah sakit membutuhkan tenaga medis sehingga para mahasiswa kedokteran dikerahkan untuk membantu.
"Iya" Cani adalah seekor kucing, kucing itu sempat hidup dan Emma melihatnya.
"Hasta nggak punya Mama Papa?"
"Iya"
"Lalu Hasta anak siapa?" Hasta tersenyum tipis, Emma memang lupa ingatan namun tidak berarti ia bisa sepolos ini.
"Tidak tahu" Emma manggut-manggut saja dan kembali menatap lurus ke depan.
"Hasta, Emma pengen es krim, boleh?"
"Boleh" Emma dengan cepat menarik lengan Hasta keluar, padahal mereka bisa menggunakan teleportasi agar cepat sampai.
Dua cone es krim rasa macha sudah dipesan. Mereka menunggu di salah satu meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Stories
Random⚠️Warn Not to under 20 Akan tamat maksimal threeshoot Open request Mengandung kata kasar dan vulgarisme 🔞Mature Content🔞