Dua hati (21+)

74.5K 496 11
                                    

ALERT!
DIMOHON BIJAK

Perempuan yang seluruh tubuhnya dipenuhi ungu kebiruan berjalan terseok memunguti pakaian yang berserakan dilantai.

Lututnya gemetar, nyaris ambruk jika tidak bersandar pada tembok. Dibukanya pintu kamar, perempuan cantik itu bersimpuh, menenggelamkan wajahnya yang sembab pada dua telapak tangan.

"Eun byol"

Pria yang mengagahinya hingga tengah malam sejak matahari meninggalkan semburat orange, pria yang menyebut wanita lain ditengah cumbuan panasnya adalah pria yang juga berstatus sebagai suaminya.

Gema lenguhan panjang dengan nama wanita terselip diantaranya itu selalu menjadi irama menyakitkan ditelinga Lee Yoo Rae.

Sore tadi, Win pulang dengan keadaan mabuk. Mungkin juga sehabis bertengkar dengan pacarnya.

"Apa sebaiknya Eomma pisah saja sama Appa?" Tanyanya sembari mengusap perutnya yang masih rata. Usia kandungannya baru saja melewati trimester pertama.

Tubuh kurus itu masih tak mengenakan sehelai benangpun, dinginnya AC yang merasuk ke tulang ia abaikan jika saja tak ingat dengan nyawa dalam perutnya.

Air matanya kembali luruh, pernikahannya setahun lalu memang bermula dari merger perusahaan. Namun, cinta Yoo Rae kepada Win benar-benar tulus.

Plak

Bug

Ctak

Pinggang ramping yang masih terbenam dalam mimpi tiba-tiba ditendang kasar oleh Win.

Kening sang wanita sampai mengeluarkan darah terantuk nakas.

"Anjing! Beraninya lo tidur sama gue"

Rambut Yoo Rae dijambak hingga si pemilik mendongak.

"T-tapi Mas yang narik aku, mas yang-"

"You wanna said I frist make you having sex with you?"

"Bitch" Win meludahi wajah Yoo Rae, menyeretnya keluar seolah istrinya adalah hewan.

Reka adegan pertama kali Win merobek keperawanannya lima bulan lalu terngiang. Karena itu, ia tak pernah tidur meski selemas apapun usai Win melakukannya berkali-kali.

Yoo Rae bangkit, membiarkan tetes demi tetes cairan cinta Win membasahi lantai marmer itu.

🎠🎠🎠

"Dokten Yoo, takit?" suara khas anak umur tiga tahun membuat lengkung indah dibibir Yoo Rae terbentuk.

"Ndak" Yoo Rae mengusap puncak kepala pasien termuda yang mengidap leukimia tersebut.

Yoo Rae adalah seorang dokter anak, hatinya sakit melihat bocah yang belum mengerti apapun ini sudah harus dijejali ratusan obat.

"Vel mau punya adik?" namanya Veli, Kim Veli.

"A-dik?"

"Hm! Adiknya lagi bobo diperut dokter Yoo"

"Dokter Lee!" suara rekan kerjanya menginterupsi percakapan tersebut.

"Tadi lagi pada ngomongin kamu yang mau pingsan. Kamu kenapa?"

"Dokten Yoo. Adik!" sela Vel semangat. Kim Han Shi yang juga seorang obgyn mengerti dengan kalimat singkat itu.

"You get pregnant?" Yoo Rae mengulum senyum. Kabar ini memang membahagiakan namun mengingat bagaimana benih itu masuk ke rahimnya dengan cara itu membuat tatap Yoo Rae menyendu.

Dua manusia seprofesi tersebut sudah ada didalam satu ruangan. Ruang USG tentunya.

"Dokter Kim, kenapa?" melihat raut tak mengenakan Kim Han Shi membuatnya menoleh pada layar monitor.

Kim Han Shi menghela napas berat, alat USG ia tempelkan ditempat yang ia rasa ganjil.

"Kamu sering melakukan itu saat masih trimester pertama?"

Yoo Rae ingat betul, terhitung baru tiga kali mereka berhubungan badan.

Yoo Rae mengangguk ragu, karena nyatanya mungkin saja suaminya melakukan itu saat benihnya baru tumbuh.

"Ada pertumbuhan embrio tidak wajar, kemungkinan-

-Twin delay"

Bayi kembar kebanyakan lahir bersamaan, perbedaan jam mungkin sudah biasa.

Namun, dalam kasus Twin Delay, salah satu bayi telat menempel di uterus sehingga tumbuh kembangnya berbeda.

"Dokter Lee" jeda lumayan lama, sakit memang saat diharuskan memberitahukan fakta menyakitkan. Terlebih dia adalah orang yang kamu cintai.

"Jika ada masalah sedikit saja, janin atau ibu tidak bisa diselamatkan"

Yoo Rae tak lagi memperhatikan, jemarinya bergerak menggulir pesan teks yang masuk dilayar canggihnya.

01/06/2022 16:34 Pada No. Rek 1826539 ada dana keluar sebesar IDR5.000.000.000,00. Saldo akhir: IDR 19.487.000.000,00.Berita: ZEOLANO HOTEL

"Dokter Lee!" Han Shi tak sempat mencekal lengan Yoo Rae, perempuan cantik itu buru-buru keluar setelah membaca pesan tersebut.

🎠🎠🎠

Seorang wanita terus berteriak-teriak diselingi desah yang mengalun didalam salah satu ruang hotel.

"Ahng- Winh fuck!" Eun Byol meremas gemas rambut hitam lebat Win, kekasihnya.

"Kamu hanya bisa luluh dengan cara ini, bukan?"

Posisi Eun Byol duduk disofa, dengan paha yang diikat. Win sengaja, karena Eun Byol menyukainya.

Win yang masih mengenakan kaos hitam polos semakin mengocok vagina Eun Byol cepat.

Bibir tebal miliknya meraup buah dada Eun Byol yang ikut bergerak tak aruan. Mengikuti setiap gelombang gerak yang si pemilik ciptakan.

"Win!" rengek Eun Byol ketika ruas jari Win berhenti. Perempuan itu hampir sampai setelah kurang dari satu jam.

Win menarik resleting celana pendek yang ia pakai, mempertontonkan penisnya yang tebal dan berurat.

"Hngh-"

Blub

Win melesakkan miliknya ke rongga yang telah ia buat becek, tak menunggu lama ia segera memompa vagina Eun Byol dengan ritme cepat.

Tubrukan antara sofa, kulit, dan juga apa yang dibawah sana terdengar begitu erotis.

Win mengerang, kurang dari semenit dan Eun Byol sudah mengeluarkan cairannya membuat vagina yang becek semakin becek.

Dan entah kenapa, ingatan Win terputar pada vagina yang jauh lebih sempit dari milik wanitanya.

Win sadar, untuk pertama kalinya ia sadar. Dan semalam bukan kebetulan. Bagaimana Win meletakkan kissmark di lejer jenjang Yoo Rae bukan karena Yoo Rae adalah Eun Byol.

Tapi justru karena dia Yoo Rae, wanita yang ia lihat berpelukan dengan seorang lelaki pagi hari kemarin.

Dan Win mulai menyadari, hatinya telah terbagi.

Sebuah spot favorit Win yang ada di tubuh Eun Byol tidak sebanding dengan kehangatan milik Yoo Rae, istrinya.

Win akui ia brengsek, berani-beraninya menggagahi Yoo Rae dengan alasan mabuk dan berjanji tidak akan mengingat semua desahan Yoo Rae.

Tanpa mereka sadari, Yoo Rae membekap mulutnya meski tidak akan ada yang akan mendengar isakannya.

Atas akses bebas dari relasi, Yoo Rae dapat menyadap ruangan bernomor 77 dengan telepon selular.

"Win, kamu ga akan pergi kan?" disela alunan desahnya, Eun Byol merengek. Lengannya ia kalungkan dileher putih Win.

Win tak menjawab, melainkan melumat bibir tipis itu. Mencoba mengenyahkan rasa dengan cara ini.

Tbc

20 Juni 2022

Oneshoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang